Senin, 09 Mei 2016

Tafsir QS. Ali-‘Imran ayat 190




BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang
            Selama berjuta-juta tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam semesta termasuk bumi dan isinya, yaitu jauh sebelum manusia diciptakan. Allah menciptakan alam atas kehendakNya dan bentuknya atas pilihaNya, tidak dapat didahului dan disamai oleh siapapun. Allah berkuasa mutlak dan langsung, tidak ada perantara, dan yang terang dengan ayat ini bahwa Allah Maha Besar Kekuasaan-Nya. Alam dalam pandangan Islam (Al-Quran) adalah tanda “kekuasaan” Allah sebagai pencipta alam supaya manusia untuk berfikir memahami, mengingat, bersyukur, dan bertafakkur, alam juga memberikan jalan bagi manusia untuk mengetahui keberadaan-Nya.
            Abu Raihan al-Biruni, adalah ilmuan muslim yang pertama kali menyatakan bahwa gravitasi yang ada di bumi sama dengan yang ada di langit yaitu alam yang berpusat di bumi. Kalau di alam semesta terdapat dua jenis dilatasi waktu yang berbeda, maka di dalam Al-Qur’an kita kenal dua ayat yang menyatakan kesetaraan satu hari dengan 1000 tahun kita (dalam surat Sajdah : 5) dan menyatakan kesetaraan satu hari dengan 50000 tahun kita (dalam surat al-Ma’arij :4) yang keduanya membenarkan kenisbian waktu. Bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tidak terhingga, tetapi juga tidak berubah keadaanya sejak waktu tak terhingga lamanya yang akan datang.  

2.    Rumusan Masalah

1.    Bagaimana teks ayat dan terjemah QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
2.    Bagaimana makna mufradat yang terdapat dalam QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
3.    Bagaimana Asbabun Nuzul pada QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
4.    Bagaimana uraian tafsir QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
5.    Apa sajakah hadits-hadits yang relevan dengan QS. Ali-‘Imran ayat 190?
6.    Bagaimana konsepsi penciptaan alam semesta dalam QS. Ali-‘Imran ayat190 ?
7.    Bagaimana hikmah dari penafsiran QS. Ali-‘Imran ayat 190?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Teks dan Terjemahan
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ  
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

B.  Makna Mufradat
No
Lafadz
Makna
1
,ù=yz
Perkiraan dan penyusunan yang menunjukan pada tatanan yang mantap.
2
Nºuq»yJ¡¡9$#
Alam yang ada diatasmu, yang engkau lihat sendiri.
3
ÚöF{$#

Tempat hidup kamu.
4
$pk¨]9$#ur È@øŠ©9$# Í#»n=ÏF÷z$#ur
Pergantian antara keduanya, dan silih bergantinya siang dan malam.
5
M»tƒUy
Sungguh merupakan tanda (dalil) yang menunjukan adanya Allah dan kekuasaan-Nya.
6
=»t6ø9F{$#
Akal.[1]


C.  Asbabun Nuzul
            Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,” Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, Apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada kalian ? orang-orang Yahudi menjawab : Tongkat dan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya, lalu orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa ? mereka menjawab : Dia dulu menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati. Lalu mereka mendatangi Nabi Muhammad lalu mereka berkata kepada beliau “ Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami “ lalu beliau berdoa, maka turunlah firman Allah “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”[2]

D.  Uraian Tafsir
Karena itu, renungkanlah oleh kita yang terkandung dalam asbabun nuzul ayat diatas tersebut. Riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat ini adalah ayat Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar bukit Safa menjadi emas adalah di Mekah. Makna ayat ini ialah Allah SWT berfirman:
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É ÇÊÒÉÈ 
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. (Ali Imran: 190 )
Yakni yang ini dalam ketinggiannya dan keluasannya, dan yang ini dalam hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya, dan semua yang ada pada keduanya berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi amat besar, seperti bintang-bintang yang beredar dan yang tetap.
Lautan, gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.
 É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ÇÊÒÉÈ  
dan silih bergantinya malam dan siang. (Ali Imran: 190)
Maksudnya, saling bergiliran dan saling mengurangi panjang dan pendeknya; adakalanya yang ini panjang, sedangkan yang lainnya pendek, kemudian keduanya menjadi sama. Setelah itu yang ini mengambil sebagian waktu dari yang lain hingga ia menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek, dan menjadi pendeklah yang tadinya panjang. Semuanya itu berjalan berdasarkan pengaturan dari  Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Karena itu, dalam firman selanjurnya disebutkan:
;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ  
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190)
Yaitu akal-akal yang sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya dengan orang yang tuli dan bisu serta orang-orang yang tidak berakal[3] seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam surat Yusuf : 105-106
ûÉiïr(Ÿ2ur ô`ÏiB 7ptƒ#uä Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur šcrßJtƒ $pköŽn=tæ öNèdur $pk÷]tã tbqàÊ̍÷èãB ÇÊÉÎÈ   $tBur ß`ÏB÷sムNèdçŽsYò2r& «!$$Î/ žwÎ) Nèdur tbqä.ÎŽô³B ÇÊÉÏÈ  
105. dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.
106. dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).
            Selanjutnya Allah menjelaskan ciri khas orang-orang yang berakal, melalui firman berikutnya dalam surat Ali-‘Imran : 191
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ     
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
            Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain dengan melalui Imran Ibnu Husain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu berdiri, maka salatlah sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu sambil duduk, maka salatlah dengan berbaring pada lambungmu.”
Mereka tidak pernah terputus dari berzikir mengingat-Nya dalam semua keadaan mereka baik lisan, hati, dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat Allah. Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan- Nya, hikmah-Nya, pilihan-Nya, dan rahmat-Nya.[4]
Diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri bahwa ia pernah mengatakan, "Berpikir selama sesaat lebih baik daripada berdiri shalat semalam." Sedangkan Al-Fudail mengatakan bahwa Al-Hasan pernah berkata, "Pikiran merupakan cermin yang memperlihatkan kepadamu kebaikan dan keburukanmu." Disebutkan dari Isa a.s. bahwa ia pernah mengatakan. "Beruntunglah bagi orang yang ucapannya adalah zikir, diamnya berpikir, dan pandangannya sebagai pelajaran." Luqmanul Hakim mengatakan, "Sesungguhnya lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan lama berpikir merupakan jalan yang menunjukkan ke pintu surga."
Bisyr ibnul Haris Al-Hafi mengatakan, "Seandainya manusia bertafakkur merenungkan keagungan Allah Swt., niscaya mereka tidak berani berbuat durhaka kepada-Nya." Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa Al-Husain Ibnu Abdur Rahman pernah mengucapkan syair-syair yaitu:
Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur, kesenangan orang mukmin adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah semata, kami semua berada dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir) umurnya telah habis, sedangkan dia tidak
menyadarinya. Banyak kehidupan terpenuhi semua yang dicitacitakannya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik air dari mata air, naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar, dan buah-buahan yang masak, semuanya itu menjadi berubah
oleh lewatnya masa yang begitu cepat; demikian pula pemiliknya. Kami memuji: kepada Allah semata, sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran. Sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal
jika ia menggunakan akal pikirannya.[5]
Allah mencela orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari makhluk-Nya yang menunjukkan kepada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, syariat-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
ûÉiïr(Ÿ2ur ô`ÏiB 7ptƒ#uä Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur šcrßJtƒ $pköŽn=tæ öNèdur $pk÷]tã tbqàÊ̍÷èãB ÇÊÉÎÈ   $tBur ß`ÏB÷sムNèdçŽsYò2r& «!$$Î/ žwÎ) Nèdur tbqä.ÎŽô³B ÇÊÉÏÈ  
105. dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.
106. dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).[6]

E.  Konsepsi Penciptaan Alam Semesta
            Konsepsi tentang alam semesta, dimulai dari pengertian kuno yang menganggap ruang alam ini dilingkungi oleh sebuah kubah raksasayang sangat besar yang disebut langit, sampai pada pengertian modern yang menganggap ruang lam ini tidak terbatas dan tidak terhingga besarnya. Dan akhirnya sampai pada konsepsi ruang alam yang terbatas namun berhingga besarnya yang mengembang setelah terlebih dahulu melalui fase inflasi. Pada tahap pertama sebelum inflasi ini, isi alam terutama energi dan radiasi, sedangkan pada saat menjelang berakhirnya inflasi materialisasi energi terjadi secara besar-besaran, sehingga pada tahap kedua sesudah inflasi itu jagad raya ini berisi materi dan radiasi.
            Evolusi bintang-bintang menjadi bintang Kerdil Putih, Raksasa Merah, Super Nova, bintang neutron atau Pulsar, dan disinggung pula terbentuknya benda-benda langit yang jauh lebih kecil dari pada matahari yang menggumpal menjadi planet tanpa menyelenggarakan reaksi nuklir, atau bintang kerdil Coklat yang isinya diperkirakan bukan hidrogen melainkan deuterium.
            Akhirnya dikemukakan kosmologi yang menyoroti tiga kemungkinan yang oleh para ilmuan diduga merupakan nasib alam semesta ini yaitu ”mbedal” berkembang dengan jari-jari yang proporsional dengan waktu, atau berkembang terus menerus tanpa akhir, atau berkembang dengan kelajuan yang berkurang, dengan perlambatan yang ditentukan oleh banyak materi yang terkandung didalam jagad raya, hingga mencapai ukuran tertentu, kemudian berhenti dan kembali mengecil jari-jarinya.
            Dari data observasi para ilmuan menduga dengan keras bahwa kerapatan materi di alam semesta ini nilainya dekat dengan nilai kritis yang merupakan batas antara alam terbuka dengan alam tertutup, sehingga eksistensi alam ini akan lama sekali meskipun tidak kekal menurut ajaran islam. Seperti firman Allah dalam surat Ali-‘Imran : 133
* (#þqããÍ$yur 4n<Î) ;otÏÿøótB `ÏiB öNà6În/§ >p¨Yy_ur $ygàÊótã ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur ôN£Ïãé& tûüÉ)­GßJù=Ï9 ÇÊÌÌÈ     
133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Mencatat bahwa alam ghaib yang diciptakan oleh Allah bersama-sama dengan jagad raya ini, yang terdapat pada surat Hud : 108 yaitu
* $¨Br&ur tûïÏ%©!$# (#rßÏèß Å"sù Ïp¨Ypgø:$# tûïÏ$Î#»yz $pkŽÏù $tB ÏMtB#yŠ ßNºuq»yJ¡¡9$# ÞÚöF{$#ur žwÎ) $tB uä!$x© y7/u ( ¹ä!$sÜtã uŽöxî 7ŒräøgxC ÇÊÉÑÈ  
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.[7]

F.   Hadits yang relevan
Sebagaimana firman Allah yang menunjukkan bahwa langit dan bumi diciptakan selama enam hari. Dasar penciptaan segala sesuatu adalah kasih sayang dari Allah. Dalam firman QS. Al-A’raf ayat 54 bahwa :
žcÎ) ãNä3­/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸóyêø9$# ÓÅ´øóムŸ@ø©9$# u$pk¨]9$# ¼çmç7è=ôÜtƒ $ZWÏWym }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur tPqàfZ9$#ur ¤Nºt¤|¡ãB ÿ¾Ín͐öDr'Î/ 3 Ÿwr& ã&s! ß,ù=sƒø:$# âöDF{$#ur 3 x8u$t6s? ª!$# >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÎÍÈ  
54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
[548] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
Hadits yang relevan dengan QS. Ali-‘Imran ayat 190 dan juga berkaitan dengan ayat yang diatas yaitu penjelasan khusus yang lebih rinci tentang penciptaan bumi sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Imam An-Nasai (303H) dalam kitabnya As-Sunan Al-Kubra 10/213 no.11328 :
عن الْأَخْضَر بْن عَجْلَانَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجِ الْمَكِّيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِي قَالَ: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنَّ اللهَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَوْمَ السَّابِعِ، وَخَلَقَ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَالْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَالشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَالتِّقْنَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَالنُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَالدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَآدَمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ بَعْدَ الْعَصْرِ، وَخَلَقَ أَدِيمَ الْأَرْضِ أَحْمَرَهَا وَأَسْوَدَهَا، وَطَيِّبَهَا وَخَبِيثَهَا، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ جَعَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ آدَمَ الطِّيِّبَ وَالْخَبِيثَ»
Abu Hurairah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang tanganku dan berkata: "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi dan seisinya dalam enam hari, kemudian bersemayam di atas 'Arsy pada hari ketujuh. Dan menciptakan tanah pada hari Sabtu, gunung pada hari Ahad, pohon pada hari Senin, At-Tiqna (sesuatu yang penting dalam kehidupan) pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, hewan-hewan pada hari Kamis, dan Adam pada hari Jum'at di akhir waktu siang setelah Ashar. Menciptakan tanah bumi dari yang merah dan hitam, dan dari yang baik dan yang buruk, oleh karena itu Allah 'azza wa jalla menciptakan dari Adam kebaikan dan keburukan".
Dan Allah menciptakan segala sesuatu adalah kasih sayang dari Allah 
خلق الله عزوجل , يوم خلق السموات والارض مائة رحمة , فجعل فى الارض منها رحمة ( رواه ابن ماجه عن ابى سعيد )

 “ Allah ‘Azza wa Jalla, ketika menciptakan langit-langit dan bumi atas dasar 100   rahmat.”[8]


G. Hikmah
Hikmah dari uraian penafsiran pada QS. Ali-‘Imran sebagai berikut :
1)      Allah menciptakan alam ini supaya manusia untuk berfikir memahami, mengingat, bersyukur, dan bertafakkur, alam juga memberikan jalan bagi manusia untuk mengetahui keberadaan-Nya.
2)      Allah memberikan akal kepada makhluk-Nya yang sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu isi alam semesta dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang.
3)      Allah menciptakan alam semesta ini mempunyai tujuan dan kegunaan untuk makhluk-Nya.
4)      Sesungguhnya pada penciptaan alam yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika ia menggunakan akal pikirannya.













BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Selama berjuta-juta tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam semesta termasuk bumi dan isinya, yaitu jauh sebelum manusia diciptakan Allah. Proses  menciptakan alam atas kehendak-Nya dan bentuknya atas piliha-Nya, tidak dapat didahului dan disamai oleh siapapun. Allah menciptakan alam semesta ini mempunyai tujuan dan kegunaan untuk makhluk di alam semesta ini. Dan apabila Allah telah menentukan sesuatu, Allah hanya berfirman كن فيكون  maka terjadi.
            Dengan akal dan budi yang telah dianugerakan oleh Allah kepada manusia, supaya manusia dapat berfikir memahami, mengingat, bersyukur atas nikmat dan kekuasaanya Allah. Sesungguhnya pada penciptaan alam yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang berakal jika manusia menggunakan akal pikirannya.


















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Baiquni. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Jalaluddin As-Suyuthi. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta : Gema Insani, 2008.
Al-Imam Abdul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. T a f s i r  I b n u  K a s i r juz4 : Sinar Baru Algensindo.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : CV Toha Putra, 1986.
Imam An-Nasai (303H). kitab As-Sunan Al-Kubra 10/213 no.11328.



[1] Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : CV Toha Putra, 1986, hal 287
[2] Jalaluddin As-Suyuthi. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta : Gema Insani, 2008, hal 148-149.
[3] Al-Imam Abdul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. T a f s i r  I b n u  K a s i r juz 4 : Sinar Baru Algensindo hal 359
[4] Ibid. Ibnu Katsir  T a f s i r  I b n u  K a s i r juz 4  hal  360.
[5] Ibid. Ibnu Katrir. T a f s i r  I b n u  K a s i r juz 4 hal 363.
[6] Ibid. Ibnu Katrir. T a f s i r  I b n u  K a s i r juz 4 hal 364-365
[7] Ahmad Baiquni. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996 hal 219-220

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post