BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Selama
berjuta-juta tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam semesta termasuk
bumi dan isinya, yaitu jauh sebelum manusia diciptakan. Allah menciptakan alam
atas kehendakNya dan bentuknya atas pilihaNya, tidak dapat didahului dan
disamai oleh siapapun. Allah berkuasa mutlak dan langsung, tidak ada perantara,
dan yang terang dengan ayat ini bahwa Allah Maha Besar Kekuasaan-Nya. Alam dalam
pandangan Islam (Al-Quran) adalah tanda “kekuasaan” Allah sebagai pencipta alam
supaya manusia untuk berfikir memahami, mengingat, bersyukur, dan bertafakkur,
alam juga memberikan jalan bagi manusia untuk mengetahui keberadaan-Nya.
Abu Raihan
al-Biruni, adalah ilmuan muslim yang pertama kali menyatakan bahwa gravitasi
yang ada di bumi sama dengan yang ada di langit yaitu alam yang berpusat di
bumi. Kalau di alam semesta terdapat dua jenis dilatasi waktu yang berbeda,
maka di dalam Al-Qur’an kita kenal dua ayat yang menyatakan kesetaraan satu
hari dengan 1000 tahun kita (dalam surat Sajdah : 5) dan menyatakan kesetaraan
satu hari dengan 50000 tahun kita (dalam surat al-Ma’arij :4) yang keduanya
membenarkan kenisbian waktu. Bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya
tidak terhingga, tetapi juga tidak berubah keadaanya sejak waktu tak terhingga
lamanya yang akan datang.
2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana teks ayat dan terjemah QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
2. Bagaimana makna mufradat yang terdapat
dalam QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
3.
Bagaimana
Asbabun Nuzul pada QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
4. Bagaimana uraian tafsir QS. Ali-‘Imran ayat 190 ?
5.
Apa sajakah hadits-hadits yang relevan dengan QS. Ali-‘Imran ayat 190?
6.
Bagaimana
konsepsi penciptaan alam semesta dalam QS. Ali-‘Imran ayat190 ?
7.
Bagaimana hikmah dari penafsiran QS. Ali-‘Imran ayat 190?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teks dan Terjemahan
cÎ)
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
É#»n=ÏF÷z$#ur
È@ø©9$#
Í$pk¨]9$#ur
;M»tUy
Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$#
ÇÊÒÉÈ
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal.
B.
Makna Mufradat
No
|
Lafadz
|
Makna
|
1
|
,ù=yz
|
Perkiraan
dan penyusunan yang menunjukan pada tatanan yang mantap.
|
2
|
Nºuq»yJ¡¡9$#
|
Alam
yang ada diatasmu, yang engkau lihat sendiri.
|
3
|
ÚöF{$#
|
Tempat
hidup kamu.
|
4
|
$pk¨]9$#ur
È@ø©9$#
Í#»n=ÏF÷z$#ur
|
Pergantian
antara keduanya, dan silih bergantinya siang dan malam.
|
5
|
M»tUy
|
Sungguh
merupakan tanda (dalil) yang menunjukan adanya Allah dan kekuasaan-Nya.
|
6
|
=»t6ø9F{$#
|
Akal.[1]
|
C.
Asbabun Nuzul
Ath-Thabrani dan
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata,” Orang-orang Quraisy
mendatangi orang-orang Yahudi dan bertanya kepada mereka, Apa tanda-tanda yang
dibawa Musa kepada kalian ? orang-orang Yahudi menjawab : Tongkat dan tangan
yang putih bagi orang-orang yang melihatnya, lalu orang Quraisy itu mendatangi
orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, Apa tanda-tanda yang
diperlihatkan Isa ? mereka menjawab : Dia dulu menyembuhkan orang yang buta,
orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang mati. Lalu mereka mendatangi Nabi
Muhammad lalu mereka berkata kepada beliau “ Berdoalah kepada Tuhanmu untuk
mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami “ lalu beliau berdoa,
maka turunlah firman Allah “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal.”[2]
D.
Uraian Tafsir
Karena itu,
renungkanlah oleh kita yang terkandung dalam asbabun nuzul ayat diatas
tersebut. Riwayat ini sulit dimengerti, mengingat ayat ini adalah ayat
Madaniyah, sedangkan permintaan mereka yang menghendaki agar bukit Safa menjadi
emas adalah di Mekah. Makna ayat ini ialah Allah SWT berfirman:
cÎ)
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
É
ÇÊÒÉÈ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. (Ali Imran: 190 )
Yakni yang ini dalam ketinggiannya dan keluasannya, dan yang ini dalam
hamparannya, kepadatannya serta tata letaknya, dan semua yang ada pada keduanya
berupa tanda-tanda yang dapat disaksikan lagi amat besar, seperti bintang-bintang
yang beredar dan yang tetap.
Lautan,
gunung-gunung dan padang pasir, pepohonan, tumbuh-tumbuhan, tanam-tanaman dan
buah-buahan serta hewan-hewan, barang-barang tambang, serta berbagai macam
manfaat yang beraneka warna, bermacam-macam rasa, bau, dan kegunaannya.
É#»n=ÏF÷z$#ur
È@ø©9$#
Í$pk¨]9$#ur
ÇÊÒÉÈ
dan silih bergantinya malam dan siang. (Ali Imran: 190)
Maksudnya, saling bergiliran dan saling mengurangi panjang dan pendeknya;
adakalanya yang ini panjang, sedangkan yang lainnya pendek, kemudian keduanya menjadi
sama. Setelah itu yang ini mengambil sebagian waktu dari yang lain hingga ia
menjadi panjang waktunya, yang sebelum itu pendek, dan menjadi pendeklah yang
tadinya panjang. Semuanya itu berjalan berdasarkan pengaturan dari Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. Karena
itu, dalam firman selanjurnya disebutkan:
;M»tUy
Í<'rT[{
É=»t6ø9F{$#
ÇÊÒÉÈ
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Ali Imran: 190)
Yaitu akal-akal
yang sempurna lagi memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang
dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-masing secara jelas
dan gamblang. Lain halnya dengan orang yang tuli dan bisu serta orang-orang
yang tidak berakal[3]
seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam surat Yusuf :
105-106
ûÉiïr(2ur
ô`ÏiB
7pt#uä
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
crßJt
$pkön=tæ
öNèdur
$pk÷]tã
tbqàÊÌ÷èãB
ÇÊÉÎÈ $tBur
ß`ÏB÷sã
NèdçsYò2r&
«!$$Î/
wÎ)
Nèdur
tbqä.Îô³B
ÇÊÉÏÈ
105.
dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.
106. dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).
Selanjutnya Allah
menjelaskan ciri khas orang-orang yang berakal, melalui firman berikutnya dalam
surat Ali-‘Imran : 191
tûïÏ%©!$#
tbrãä.õt
©!$#
$VJ»uÏ%
#Yqãèè%ur
4n?tãur
öNÎgÎ/qãZã_
tbrã¤6xÿtGtur
Îû
È,ù=yz
ÏNºuq»uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
$uZ/u
$tB
|Mø)n=yz
#x»yd
WxÏÜ»t/
y7oY»ysö6ß
$oYÉ)sù
z>#xtã
Í$¨Z9$#
ÇÊÒÊÈ
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka.
Seperti yang
disebutkan di dalam kitab Sahihain dengan melalui Imran Ibnu Husain,
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu berdiri, maka
salatlah sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu sambil duduk, maka salatlah dengan
berbaring pada lambungmu.”
Mereka tidak pernah terputus dari berzikir mengingat-Nya dalam
semua keadaan mereka baik lisan, hati, dan jiwa mereka semuanya selalu mengingat
Allah. Mereka memahami semua hikmah yang terkandung di dalamnya yang menunjukkan
kepada kebesaran Penciptanya, kekuasaan-Nya, pengetahuan- Nya, hikmah-Nya,
pilihan-Nya, dan rahmat-Nya.[4]
Diriwayatkan
dari Al-Hasan Al-Basri bahwa ia pernah mengatakan, "Berpikir selama sesaat
lebih baik daripada berdiri shalat semalam." Sedangkan Al-Fudail
mengatakan bahwa Al-Hasan pernah berkata, "Pikiran merupakan cermin yang
memperlihatkan kepadamu kebaikan dan keburukanmu." Disebutkan dari Isa
a.s. bahwa ia pernah mengatakan. "Beruntunglah bagi orang yang ucapannya
adalah zikir, diamnya berpikir, dan pandangannya sebagai pelajaran." Luqmanul
Hakim mengatakan, "Sesungguhnya lama menyendiri mengilhamkan berpikir, dan
lama berpikir merupakan jalan yang menunjukkan ke pintu surga."
Bisyr ibnul
Haris Al-Hafi mengatakan, "Seandainya manusia bertafakkur merenungkan
keagungan Allah Swt., niscaya mereka tidak berani berbuat durhaka
kepada-Nya." Ibnu Abud Dunia mengatakan bahwa Al-Husain Ibnu Abdur Rahman
pernah mengucapkan syair-syair yaitu:
Hiburan orang mukmin adalah bertafakkur, kesenangan orang mukmin
adalah mengambil pelajaran. Kami memuji kepada Allah semata, kami semua berada
dalam bahaya. Banyak orang yang lalai (berzikir) umurnya telah habis, sedangkan
dia tidak
menyadarinya. Banyak kehidupan terpenuhi semua yang
dicitacitakannya, bunga-bunga yang mekar dengan gemericik air dari mata air,
naungan pepohonan, tumbuh-tumbuhan yang segar, dan buah-buahan yang masak,
semuanya itu menjadi berubah
oleh lewatnya masa yang begitu cepat; demikian pula pemiliknya. Kami
memuji: kepada Allah semata, sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung
pelajaran. Sesungguhnya pada yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang
yang berakal
jika ia menggunakan akal pikirannya.[5]
Allah mencela
orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari makhluk-Nya yang menunjukkan
kepada Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, syariat-Nya, dan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
ûÉiïr(2ur
ô`ÏiB
7pt#uä
Îû
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
crßJt
$pkön=tæ
öNèdur
$pk÷]tã
tbqàÊÌ÷èãB
ÇÊÉÎÈ $tBur
ß`ÏB÷sã
NèdçsYò2r&
«!$$Î/
wÎ)
Nèdur
tbqä.Îô³B
ÇÊÉÏÈ
105.
dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang
mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.
106. dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam Keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).[6]
E. Konsepsi
Penciptaan Alam Semesta
Konsepsi tentang alam semesta, dimulai dari pengertian kuno yang
menganggap ruang alam ini dilingkungi oleh sebuah kubah raksasayang sangat
besar yang disebut langit, sampai pada pengertian modern yang menganggap ruang
lam ini tidak terbatas dan tidak terhingga besarnya. Dan akhirnya sampai pada
konsepsi ruang alam yang terbatas namun berhingga besarnya yang mengembang
setelah terlebih dahulu melalui fase inflasi. Pada tahap pertama sebelum
inflasi ini, isi alam terutama energi dan radiasi, sedangkan pada saat
menjelang berakhirnya inflasi materialisasi energi terjadi secara
besar-besaran, sehingga pada tahap kedua sesudah inflasi itu jagad raya ini
berisi materi dan radiasi.
Evolusi bintang-bintang menjadi
bintang Kerdil Putih, Raksasa Merah, Super Nova, bintang neutron atau Pulsar,
dan disinggung pula terbentuknya benda-benda langit yang jauh lebih kecil dari
pada matahari yang menggumpal menjadi planet tanpa menyelenggarakan reaksi
nuklir, atau bintang kerdil Coklat yang isinya diperkirakan bukan hidrogen
melainkan deuterium.
Akhirnya dikemukakan kosmologi yang
menyoroti tiga kemungkinan yang oleh para ilmuan diduga merupakan nasib alam
semesta ini yaitu ”mbedal” berkembang dengan jari-jari yang proporsional
dengan waktu, atau berkembang terus menerus tanpa akhir, atau berkembang dengan
kelajuan yang berkurang, dengan perlambatan yang ditentukan oleh banyak materi
yang terkandung didalam jagad raya, hingga mencapai ukuran tertentu, kemudian
berhenti dan kembali mengecil jari-jarinya.
Dari data observasi para ilmuan
menduga dengan keras bahwa kerapatan materi di alam semesta ini nilainya dekat
dengan nilai kritis yang merupakan batas antara alam terbuka dengan alam
tertutup, sehingga eksistensi alam ini akan lama sekali meskipun tidak kekal
menurut ajaran islam. Seperti firman Allah dalam surat Ali-‘Imran : 133
*
(#þqããÍ$yur
4n<Î)
;otÏÿøótB
`ÏiB
öNà6În/§
>p¨Yy_ur
$ygàÊótã
ßNºuq»yJ¡¡9$#
ÞÚöF{$#ur
ôN£Ïãé&
tûüÉ)GßJù=Ï9
ÇÊÌÌÈ
133.
dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
Mencatat
bahwa alam ghaib yang diciptakan oleh Allah bersama-sama dengan jagad raya ini,
yang terdapat pada surat Hud : 108 yaitu
*
$¨Br&ur
tûïÏ%©!$#
(#rßÏèß
Å"sù
Ïp¨Ypgø:$#
tûïÏ$Î#»yz
$pkÏù
$tB
ÏMtB#y
ßNºuq»yJ¡¡9$#
ÞÚöF{$#ur
wÎ)
$tB
uä!$x©
y7/u
(
¹ä!$sÜtã
uöxî
7räøgxC
ÇÊÉÑÈ
108. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.[7]
F.
Hadits yang relevan
Sebagaimana
firman Allah yang
menunjukkan bahwa langit dan bumi diciptakan selama enam hari. Dasar penciptaan segala sesuatu adalah kasih sayang dari Allah. Dalam firman QS.
Al-A’raf ayat 54 bahwa :
cÎ)
ãNä3/u
ª!$#
Ï%©!$#
t,n=y{
ÏNºuq»yJ¡¡9$#
uÚöF{$#ur
Îû
ÏpGÅ
5Q$r&
§NèO
3uqtGó$#
n?tã
ĸóyêø9$#
ÓÅ´øóã
@ø©9$#
u$pk¨]9$#
¼çmç7è=ôÜt
$ZWÏWym
}§ôJ¤±9$#ur
tyJs)ø9$#ur
tPqàfZ9$#ur
¤Nºt¤|¡ãB
ÿ¾ÍnÍöDr'Î/
3
wr&
ã&s!
ß,ù=sø:$#
âöDF{$#ur
3
x8u$t6s?
ª!$#
>u
tûüÏHs>»yèø9$#
ÇÎÍÈ
54.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula)
matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan
semesta alam.
[548] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib
kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
Hadits yang
relevan dengan QS. Ali-‘Imran
ayat 190 dan juga berkaitan dengan ayat yang diatas yaitu penjelasan khusus yang lebih rinci tentang
penciptaan bumi sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Imam An-Nasai (303H) dalam
kitabnya As-Sunan Al-Kubra 10/213 no.11328 :
عن الْأَخْضَر بْن عَجْلَانَ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجِ
الْمَكِّيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِي قَالَ: «يَا أَبَا هُرَيْرَةَ، إِنَّ اللهَ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ،
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَوْمَ السَّابِعِ، وَخَلَقَ التُّرْبَةَ يَوْمَ
السَّبْتِ، وَالْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَالشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ،
وَالتِّقْنَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَالنُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ،
وَالدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَآدَمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ
مِنَ النَّهَارِ بَعْدَ الْعَصْرِ، وَخَلَقَ أَدِيمَ الْأَرْضِ أَحْمَرَهَا
وَأَسْوَدَهَا، وَطَيِّبَهَا وَخَبِيثَهَا، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ جَعَلَ اللهُ عَزَّ
وَجَلَّ مِنْ آدَمَ الطِّيِّبَ وَالْخَبِيثَ»
Abu
Hurairah berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
memegang tanganku dan berkata: "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya Allah
menciptakan langit dan bumi dan seisinya dalam enam hari, kemudian bersemayam
di atas 'Arsy pada hari ketujuh. Dan menciptakan tanah pada hari Sabtu, gunung
pada hari Ahad, pohon pada hari Senin, At-Tiqna (sesuatu yang penting dalam
kehidupan) pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, hewan-hewan pada hari
Kamis, dan Adam pada hari Jum'at di akhir waktu siang setelah Ashar.
Menciptakan tanah bumi dari yang merah dan hitam, dan dari yang baik dan yang
buruk, oleh karena itu Allah 'azza wa jalla menciptakan dari Adam
kebaikan dan keburukan".
Dan
Allah menciptakan segala sesuatu adalah kasih sayang dari Allah
خلق الله عزوجل , يوم خلق السموات والارض مائة رحمة , فجعل فى الارض منها رحمة
( رواه ابن ماجه عن ابى سعيد )
“ Allah ‘Azza wa Jalla, ketika menciptakan langit-langit dan bumi atas dasar 100 rahmat.”[8]
G.
Hikmah
Hikmah dari uraian penafsiran pada QS. Ali-‘Imran sebagai berikut :
1)
Allah
menciptakan alam ini supaya manusia untuk berfikir memahami, mengingat,
bersyukur, dan bertafakkur, alam juga memberikan jalan bagi manusia untuk
mengetahui keberadaan-Nya.
2)
Allah memberikan akal kepada makhluk-Nya yang sempurna lagi
memiliki kecerdasan, karena hanya yang demikianlah yang dapat mengetahui segala
sesuatu isi alam semesta dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan
gamblang.
3)
Allah menciptakan alam semesta ini mempunyai tujuan dan kegunaan
untuk makhluk-Nya.
4)
Sesungguhnya pada penciptaan alam yang demikian itu terkandung
pelajaran bagi orang yang berakal jika ia menggunakan akal pikirannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Selama
berjuta-juta tahun yang lalu, Allah telah menciptakan alam semesta termasuk
bumi dan isinya, yaitu jauh sebelum manusia diciptakan Allah. Proses menciptakan alam atas kehendak-Nya dan
bentuknya atas piliha-Nya, tidak dapat didahului dan disamai oleh siapapun. Allah
menciptakan alam semesta ini mempunyai tujuan dan kegunaan untuk makhluk di
alam semesta ini. Dan apabila Allah telah menentukan sesuatu, Allah hanya
berfirman كن فيكون maka terjadi.
Dengan akal dan
budi yang telah dianugerakan oleh Allah kepada manusia, supaya manusia
dapat berfikir memahami, mengingat, bersyukur atas nikmat dan kekuasaanya
Allah. Sesungguhnya
pada penciptaan alam yang demikian itu terkandung pelajaran bagi orang yang
berakal jika manusia menggunakan akal pikirannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Baiquni. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.
Jakarta : Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.
Jalaluddin As-Suyuthi. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an.
Jakarta : Gema Insani, 2008.
Al-Imam Abdul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. T a f s i r I b n u
K a s i r juz4 : Sinar Baru Algensindo.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang : CV
Toha Putra, 1986.
Imam
An-Nasai (303H). kitab As-Sunan Al-Kubra 10/213 no.11328.
[2] Jalaluddin As-Suyuthi. Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta :
Gema Insani, 2008, hal 148-149.
[3] Al-Imam Abdul Fida Ismail Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi. T a f s i
r I b n u K a s i r juz 4 : Sinar Baru Algensindo
hal 359
[7] Ahmad Baiquni. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Jakarta
: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996 hal 219-220
[8] http://umar-arrahimy.blogspot.com/2013/02/proses-penciptaan-bumi.html.
diakses pada tanggal 23 November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar