SAVE MOUNT:
PERSFEKSTIF SURAT AL-ZALZALAH
Oleh: Hilda
Nurfuadah&NailuFarh
Menjaga gunung merupakan satu hal kewajiban bagi manusia. Mengapa
demikian? Bukan menjaga gunung berarti melarang untuk memanfaatkan apa yang ada
didalamnya, tetapi menjaga disini pada prinsipnya ialah pertama, adalah (justice) yakni
berlaku adil. Adil dalam konteks ekologi berarti kita berbuat secara seimbang, tidak
berlaku aniaya terhadap alam dan lingkungan.Kedua, prinsip al-tawazun
(keseimbangan). Harmoni dan stabilitas kehidupan ini memerlukan
keseimbangan (al-tawâzun wal i’tidâl ) dan kelestarian di segala
bidang. Pengelolaan dan pemanfaatan alam harus selalu memperhatikan aspek
keseimbangan alam. Jika terkait dengan penggunaan Sumber Daya Alam (SDA)
yang dapat diperbaharui, maka
manusia harus memperbaharuinya. Jika terkait dengan SDA yang tak dapat
diperbaharui, maka manusia tidak boleh boros (tabzir), berlebihan (israf).
Ketiga, prinsip al- intifa’ dun al-fasad, mengambil manfaat
tanpa merusak. Alam dan segala isinya diciptakan
untuk memang untuk manusia, sejauh hal-hal yang bermanfaat bagi manusia
dan tidak boleh menguras semua sumber daya alam hingga menimbulkan kerusakan.
Keempat,al-Ri’âyah Dûn al-Isrâf, yakni memelihara dan
merawat, dan tidak berlebihan secara eksploitatif, hingga merusak keberlanjutan
ekologi. Kelima, prinsip al-tahdits waal-istikhlaf yaknipembaharuan
sumber daya alam yang memang memungkinkan untuk diperbaharui. Kelima
prinsip ini merupakan prinsip-prinsip yang diserukan dalam paradigma tafsir
ekologi.[1]
Hal yang menarik jika kita
membahas seputar gunung selain fungsi dan tujuan diciptakannya gunung ini memiliki
rahasia yang Allah simpan, yaitu hari kiamat. Mengapa gunung menjadi suatu
tanda adanya hari kiamat?
Sebelum kita membahas tentang kaitan bumi dengan hari kiamat.
Pernahkah berfikir mengapa Allah mewahyukan tentang bumi yang
diguncangkan? Dalam hal ini mungkin
Allah ingin memberi tahu atau memberi peringatan kepada manusia, karena bumi
sebagai tempat tinggal, dan sumber pemenuhan kehidupan manusia.
#sÎ)ÏMs9Ìø9ãÞÚöF{$#$olm;#tø9ÎÇÊÈ
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),”
Kata ÚöF{$# ( bumi) sangat erat kaitannya dengan الجبل (gunung),
seperti
yang dijelaskan Al-Quran bahwa bumi sebagai hamparan (Q.S. An-Naba’[78]: 6)[2] dan agar bumi yang bersifat hamparan tidak terguncang dan
tergulung maka Allah melengkapinya dengan gunung-gunung QS. An-Nahl[16]: 15.[3]Gununginilah
yang berfungsisebagaipasak (QS.An-Naba’[78]:7)[4] selain itu, dijelaskan pula bahwa gunung itu tidak diam ditempat
melainkan bergerak.(QS. An-Naml[27]:88)[5]
gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari
lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan
bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang
satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan
gunung.
Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang
dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke
bawah 15 kali lipat besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Baru 20 tahun para ilmuan menemukan bahwa kerak bumi bergerak terus.
Ketika itu baru ditemukan lempeng tektonik yang menyebabkan asumsi bahwa gunung
mempunyai akar dan berperan menghentika gerakan horisontal lithosfer.[6]
Pada tahun 1960-an para ilmuan menemukan bukti-bukti bahwa benua itu
bergerak kecepatannya 1 cm per tahun di laut Atktik, 6 cm per tahun di
katulistiwa, dan sampai 9 cm per tahun di jalur di pegunungan. Dan itu 1400
setelah al-Qur’an memberi tahu tentang konsep gunung.[7]
Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lishtosfer
sekitar 5-100 km mengapung di atas substratum plastis (astenosfer) yang
tebalnya sampai 3000 km. Lempengan itu bergerak secara horisontal dan saling
bertabrakan dari waktu-kewaktu dan terlipat keatas dan kebawah, melahirkan
gunung-gunung. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh
menancap ke bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya gerakan lempeng lithosfer
itulah fungsi gunung. Tanpa gunug gerakan lempeng listhosfer akan lebih cepat
dan tabrakan antar lempeng akan drastis. Dan akan membahayakan kehidupan
manusia.[8]
Jadi, Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang
sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam
menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah dengan cara
menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke
bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan
cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing
di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita
dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu
tetap menyatu.
Selain sebagai pasak bumi, gunung juga mempunyai banyak fungsi dan manfaat
misalnya memengaruhi cuaca di wilayah sekitarnya, menyebabkan turunya hujan dan
menyajikan beraneka bahan mentah yang bermanfaat bagi kehidupan, serta sebagai
tempat tinggal dan bernaung.[9]
t,n=yzÏNºuq»yJ¡¡9$#ÎötóÎ/7uHxå$pktX÷rts?(4s+ø9r&urÎûÇÚöF{$#zÓźurubr&yÏJs?öNä3Î/£]t/ur$pkÏù`ÏBÈe@ä.7p/!#y4$uZø9tRr&urz`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB$oY÷Gu;/Rr'sù$pkÏù`ÏBÈe@à28l÷ryAOÍx.ÇÊÉÈ
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia
meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis
binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (QS. Lukman:10).
ª!$#ur@yèy_/ä3s9$£JÏiBYn=y{Wx»n=Ïß@yèy_ur/ä3s9z`ÏiBÉA$t6Éfø9$#$YY»oYò2r&@yèy_uröNä3s9@Î/ºu| ãNà6É)s?§ysø9$#@Î/ºtyurOä3É)s?öNà6yù't/4y7Ï9ºxx.OÏFã¼çmtGyJ÷èÏRöNà6øn=tæöNä3ª=yès9cqßJÎ=ó¡è@ÇÑÊÈ
“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia
ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan
Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan
nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).(QS. an-Nahl:81).
@yèy_ur$pkÏùzÓźuru`ÏB$ygÏ%öqsùx8t»t/ur$pkÏùu£s%ur!$pkÏù$pksEºuqø%r&þÎûÏpyèt/ör&5Q$r&[ä!#uqytû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9ÇÊÉÈ
“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya.’ (Q.S Fushshilat:10)
Gunung juga sebagai Sumber mata air, satu satunya penghasil air
tawar untuk kita minum. Seperti yang tertera dalam ayat-ayat berikut.
$uZù=yèy_ur$pkÏùzÓźuru;M»yÏJ»x©/ä3»uZøs)ór&ur[ä!$¨B$Y?#tèùÇËÐÈ
“Dan
Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan
air tawar?”(QS.Al-Mursalat[77]:27)
`¨Br&@yèy_uÚöF{$##Y#ts%@yèy_ur!$ygn=»n=Åz#\»yg÷Rr&@yèy_ur$olm;źuru@yèy_urú÷üt/Ç`÷tóst7ø9$##¹Å_%tn3×m»s9Ïär&yì¨B«!$#4ö@t/öNèdçsYò2r&wcqßJn=ôètÇÏÊÈ
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi
sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya,
dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu
pemisah antara dua laut?[10]
Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan
dari mereka tidak mengetahui.” (QS.An-Naml[27]:61)
Fungsi dan manfaat gunung sangat penting bagi kehidupan manusia,
sehingga tepat jika dikatakan bahwa keseimbangan kehidupan terdapat pada gunung
tersebut.
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا
فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan gunung-gunung yang
kokoh di dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu dengan
perimbangan yang tepat.’ (Q.S. Al-Hijr:19)
Adanya gunung-gunung yang kokoh menjadikan bumi terjaga dan
seimbang. Namun, jika allah menghendaki bumi kita ini untuk diguncangkan tentu
Allah yang Maha Pengasih mempunyai alasan mengapa demikian?
ÏMy_t÷zr&urÞÚöF{$#$ygs9$s)øOr&ÇËÈ
“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat
(yang dikandung)nya.”
Dengan beberapa makna diatas memberikan pemahaman bahwa bumi ini mengeluarkan
beban berat di dalamnya, meliputi aspek materi, dan teologi. Artinya bumi
mengeluarkan beban yang dikandung nya karena bumi yang kokoh ini perlahan
dirusak dan menjadikan bumi ini rapuh. Dan mengeluarkan segala isi bumi ialah
bentuk materi yang ada didalamnya, dengan bumi yang semakin rapuh maka bumi pun
tidak bisa lagi menjaga apa yang ada didalamnya. Sedangkan dari aspek teologi,
ialah mengeluarkan dosa, yakni
perbuatan-perbuatan manusia yang membuat alam ini semakin tidak seimbang dengan
pemanfaatan yang tidak diiringi dengan kelestarian lingkungan.
tA$s%urß`»|¡RM}$#$tB$olm;ÇÌÈ
“Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi
(menjadi begini)?",
Manusia terheran dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi, dalam
ayat ini memberikan isyarat kepada manusia agar berfikir tentang apa yang
terjadi. Melalui pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu yang ada padanya.
Artinya manusia tidak hanya menerima apa yang telah terjadi, tetapi juga
mencari tahu mengapa ini bisa terjadi? Sehingga manusia tahu apa yang harus ia
lakukan dan solusi apa dari masalah ini.
7Í´tBöqtß^ÏdptéB$ydu$t7÷zr&ÇÍÈ
“pada hari itu bumi menceritakan beritanya,”
Setelah manusia berfikir, maka bumi memberi tahukan apa yang telah
terjadi tentang pergerakan, letusan, guncangan dsb. Melalui hasil-hasil
penelitian manusia terhadap bumi.
¨br'Î//u4Óyr÷rr&$ygs9ÇÎÈ
“Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”
Ayat ini selain menjelaskan bahwa Allah memerintahkan yang demikian
itu kepadanya(bumi) tetapi juga menunjukkan bahwa Allah mengisyaratkan sesuatu
dengan kejadian itu.
Al-Qur’an memberi sebuah peringatan akan adanya nikmat yang tidak
disyukuri (dimanfaatkan dengan baik) maka Allah akan menghancurkan dengan
sekejap saja dan memberikan adzab sesuai apa yang telah ia lakukan dalam
kehidupannya di muka bumi.
7ͳtBöqtâßóÁtâ¨$¨Y9$#$Y?$tGô©r&(#÷ruãÏj9öNßgn=»yJôãr&ÇÏÈ
“pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya
dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan)
pekerjaan mereka.”
Dengan demikian, maka jika manusia mengerjakan kerusakan maka ia
akan merasakan akibat dari kerusakan itu, dan menjadikan manusia merasa resah,
gelisah (bentuk dari keadaan) karena perbuaatannya tersebut.
`yJsùö@yJ÷èttA$s)÷WÏB>o§s#\øyz¼çnttÇÐÈ`tBurö@yJ÷èttA$s)÷WÏB;o§s#vx©¼çnttÇÑÈ
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula.”
Kedua ayat diatas menjelaskan tentang keadilan. Allah maha kuasa
atas apa yang ia ciptakan, Allahlah hakim yang paling adil, Ia tahu apa yang
manusia kerjakan, meski dalam hati mereka. Juga di sembunyikan dari pandangan
manusia akan tetapi tidak bisadi sembunyikan dari penglihatan Allah.
Seperti pada realitas yang terjadi tentang pemanfaatan lingkungan
mereka menyembunyikan dan mengambil dari hak-hak yang lain, Allah mengetahui.
dan perbuatan mereka itu selain di tunjukkan mereka juga akan mendapat balasan
tentang apa yang telah ia kerjakan yaitu berupa bencana-becana. Dan tanpa
disadari bencana itulah hakikatnya merupakan gambaran hari kiamat.
Dalam QS. Al-Zalzalah ini memberi peringatan atas perbuatan mereka
untuk tidak merusak, mengeksploitasi alam ini (gunung), Allah menjadikan gunung
ini sebagai tanda hari kiamat merupakan bentuk kecintaan terhadap makhluknya,
yaitu memberi isyarat untuk menjaga nikmat ini (gunug) sebelum diguncangkan
karena kerusakan yang terjadi.
Gunung dengan berbagai macam fungsinya dijelaskan secara emplisit
dalam Al-Quran menunjukkan bahwa di dalam gunung memiliki kandungan yang sangat
berharga, dan semua itu untuk manusia. Namun, dengan berbagai catatan bahwa
kita juga harus ingat akan hablum minal alam yaitu dengan cara
memanfaatkan dengan semestinya tanpa merusak dan tidak israf (berlebihan).
Ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung makna teologi secara sempit
memiliki esensi yang luarbiasa jika kita kaji dan dikaitkan dengan realita yang
ada. Ini bukti keagungan Allah atas Kitabnya. Dan membuktikan bahwa Al-Qur’an
relevan sepanjang masa. Wallahu’alam.
Referensi:
Menggagas Paradigma Tafsir Ekologi oleh Dr. Abdul Mustaqim. Dipost
oleh Ana Indayani. http://lorongquran.blogspot.com/2014/01/tafsir-ekologi.html
Depag. RI. 1989. Al- Qur’an Terjemah, Jakarta : Gema Risalah
Perss.
Kamus Al Munawwir. Pdf.
Pranggono, Bambang. 2008. Mukjizat Sains
dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami.
Cet-V.
Rahman fazlur. 2007. Ensiklopedi Ilmu Dalam
Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik rahman.
Bandung:Mizan Pustaka. Cet-II.
[1] Menggagas Paradigma Tafsir Ekologi oleh Dr. Abdul Mustaqim. Dipost
oleh Ana Indayani. http://lorongquran.blogspot.com/2014/01/tafsir-ekologi.html
4s+ø9r&urÎûÇÚöF{$#źurubr&yÏJs?öNà6Î/#\»pk÷Xr&urWxç7ßuröNà6¯=yè©9tbrßtGöhs?ÇÊÎÈ
“Dan Dia
menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu,
(dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”
ts?urtA$t7Ågø:$#$pkâ:|¡øtrBZoyÏB%y`}ÉdurßJs?§tBÉ>$ys¡¡9$#4yì÷Yß¹«!$#üÏ%©!$#z`s)ø?r&¨@ä.>äóÓx«4¼çm¯RÎ)7Î7yz$yJÎ/cqè=yèøÿs?ÇÑÑÈ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.”
[6]Bambang Pranggono,Mukjizat Sains dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah, (Bandung: Ide Islami, 2008).
Cet-V. Hlm 31.
[7] Ibid, hlm. 32
[8] Ibid,.
[9]Afzal-ur-Rahman. 2007. Ensiklopedi Ilmu Dalam Al-Quran:
Rujukan Terlengkap Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik rahman.
Bandung:Mizan Pustaka. Cet-II. hlm. 154
[10]Yang dimaksud
dua laut di sini ialah laut yang asin dan sungai yang besar bermuara ke laut.
sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak langsung menjadi asin.
[11] Kamus al-Munawwir, hlm 153,
Pdf.
[12] Kamus Al-Munawwir, hlm 1545, Pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar