Senin, 09 Mei 2016

Save Mount: Perspektif Surat al Zalzalah



SAVE MOUNT: PERSFEKSTIF SURAT AL-ZALZALAH
Oleh: Hilda Nurfuadah&NailuFarh


Menjaga gunung merupakan satu hal kewajiban bagi manusia. Mengapa demikian? Bukan menjaga gunung berarti melarang untuk memanfaatkan apa yang ada didalamnya, tetapi menjaga disini pada prinsipnya ialah pertama, adalah (justice) yakni berlaku adil. Adil dalam konteks ekologi berarti kita berbuat secara seimbang, tidak berlaku aniaya terhadap alam dan lingkungan.Kedua, prinsip al-tawazun (keseimbangan). Harmoni dan stabilitas kehidupan ini memerlukan keseimbangan  (al-tawâzun wal i’tidâl ) dan kelestarian di segala bidang. Pengelolaan dan pemanfaatan alam harus selalu memperhatikan aspek keseimbangan alam. Jika terkait dengan penggunaan Sumber Daya Alam (SDA)
 yang  dapat diperbaharui, maka manusia harus memperbaharuinya. Jika terkait dengan SDA yang tak dapat  diperbaharui, maka manusia tidak boleh boros (tabzir), berlebihan (israf). Ketiga,  prinsip al- intifa’ dun al-fasad, mengambil manfaat tanpa merusak.  Alam dan segala isinya diciptakan untuk memang untuk manusia, sejauh hal-hal yang bermanfaat bagi  manusia dan tidak boleh menguras semua sumber daya alam hingga menimbulkan kerusakan.  Keempat,al-Ri’âyah Dûn al-Isrâf, yakni  memelihara dan merawat, dan tidak berlebihan secara eksploitatif, hingga merusak keberlanjutan ekologi. Kelima, prinsip al-tahdits waal-istikhlaf  yaknipembaharuan sumber daya alam yang memang memungkinkan  untuk diperbaharui. Kelima prinsip ini merupakan prinsip-prinsip yang diserukan dalam paradigma tafsir ekologi.[1]
            Hal yang menarik jika kita membahas seputar gunung selain fungsi dan tujuan diciptakannya gunung ini memiliki rahasia yang Allah simpan, yaitu hari kiamat. Mengapa gunung menjadi suatu tanda adanya hari kiamat?
Sebelum kita membahas tentang kaitan bumi dengan hari kiamat. Pernahkah berfikir mengapa Allah mewahyukan tentang bumi yang diguncangkan?  Dalam hal ini mungkin Allah ingin memberi tahu atau memberi peringatan kepada manusia, karena bumi sebagai tempat tinggal, dan sumber pemenuhan kehidupan manusia.
#sŒÎ)ÏMs9Ìø9ãÞÚöF{$#$olm;#tø9ÎÇÊÈ
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),”
Kata  ÚöF{$# ( bumi) sangat erat kaitannya dengan   الجبل (gunung),  seperti
yang dijelaskan Al-Quran bahwa bumi sebagai hamparan (Q.S. An-Naba’[78]: 6)[2] dan agar bumi yang bersifat hamparan tidak terguncang dan tergulung maka Allah melengkapinya dengan gunung-gunung QS. An-Nahl[16]: 15.[3]Gununginilah yang berfungsisebagaipasak (QS.An-Naba’[78]:7)[4] selain itu, dijelaskan pula bahwa gunung itu tidak diam ditempat melainkan bergerak.(QS. An-Naml[27]:88)[5]
gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung.
Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah 15 kali lipat besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Baru 20 tahun para ilmuan menemukan bahwa kerak bumi bergerak terus. Ketika itu baru ditemukan lempeng tektonik yang menyebabkan asumsi bahwa gunung mempunyai akar dan berperan menghentika gerakan horisontal lithosfer.[6]
Pada tahun 1960-an para ilmuan menemukan bukti-bukti bahwa benua itu bergerak kecepatannya 1 cm per tahun di laut Atktik, 6 cm per tahun di katulistiwa, dan sampai 9 cm per tahun di jalur di pegunungan. Dan itu 1400 setelah al-Qur’an memberi tahu tentang konsep gunung.[7]
Teori lempeng tektonik menyebutkan bahwa kulit bumi berupa 12 lempeng lishtosfer sekitar 5-100 km mengapung di atas substratum plastis (astenosfer) yang tebalnya sampai 3000 km. Lempengan itu bergerak secara horisontal dan saling bertabrakan dari waktu-kewaktu dan terlipat keatas dan kebawah, melahirkan gunung-gunung. Fase akhir terbentuknya gunung ditandai dengan akar yang jauh menancap ke bumi. Hal ini menyebabkan melambatnya gerakan lempeng lithosfer itulah fungsi gunung. Tanpa gunug gerakan lempeng listhosfer akan lebih cepat dan tabrakan antar lempeng akan drastis. Dan akan membahayakan kehidupan manusia.[8]
Jadi, Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah dengan cara menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Selain sebagai pasak bumi, gunung juga mempunyai banyak fungsi dan manfaat misalnya memengaruhi cuaca di wilayah sekitarnya, menyebabkan turunya hujan dan menyajikan beraneka bahan mentah yang bermanfaat bagi kehidupan, serta sebagai tempat tinggal dan bernaung.[9]
t,n=yzÏNºuq»yJ¡¡9$#ÎŽötóÎ/7uHxå$pktX÷rts?(4s+ø9r&urÎûÇÚöF{$#zÓźurubr&yÏJs?öNä3Î/£]t/ur$pkŽÏù`ÏBÈe@ä.7p­/!#yŠ4$uZø9tRr&urz`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB$oY÷Gu;/Rr'sù$pkŽÏù`ÏBÈe@à28l÷ryAOƒÍx.ÇÊÉÈ
Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (QS. Lukman:10).
ª!$#urŸ@yèy_/ä3s9$£JÏiBšYn=y{Wx»n=Ïߟ@yèy_ur/ä3s9z`ÏiBÉA$t6Éfø9$#$YY»oYò2r&Ÿ@yèy_uröNä3s9Ÿ@Î/ºuŽ| ãNà6É)s?§ysø9$#Ÿ@Î/ºtyurOä3ŠÉ)s?öNà6yù't/4y7Ï9ºxx.OÏFーçmtGyJ÷èÏRöNà6øn=tæöNä3ª=yès9šcqßJÎ=ó¡è@ÇÑÊÈ                                                                                               
“Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).(QS. an-Nahl:81).
Ÿ@yèy_ur$pkŽÏùzÓźuru`ÏB$ygÏ%öqsùx8t»t/ur$pkŽÏùu£s%ur!$pkŽÏù$pksEºuqø%r&þÎûÏpyèt/ör&5Q$­ƒr&[ä!#uqytû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9ÇÊÉÈ
“Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.’ (Q.S Fushshilat:10)
Gunung juga sebagai Sumber mata air, satu satunya penghasil air tawar untuk kita minum. Seperti yang tertera dalam ayat-ayat berikut.
$uZù=yèy_ur$pkŽÏùzÓźuru;M»yÏJ»x©/ä3»uZøs)ór&ur[ä!$¨B$Y?#tèùÇËÐÈ
“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?”(QS.Al-Mursalat[77]:27)
`¨Br&Ÿ@yèy_uÚöF{$##Y#ts%Ÿ@yèy_ur!$ygn=»n=Åz#\»yg÷Rr&Ÿ@yèy_ur$olm;źuruŸ@yèy_uršú÷üt/Ç`÷ƒtóst7ø9$##¹Å_%tn3×m»s9Ïär&yì¨B«!$#4ö@t/öNèdçŽsYò2r&ŸwšcqßJn=ôètƒÇÏÊÈ
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut?[10] Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.” (QS.An-Naml[27]:61)

Fungsi dan manfaat gunung sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga tepat jika dikatakan bahwa keseimbangan kehidupan terdapat pada gunung tersebut.
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan gunung-gunung yang kokoh di dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu dengan perimbangan yang tepat.’ (Q.S. Al-Hijr:19)
Adanya gunung-gunung yang kokoh menjadikan bumi terjaga dan seimbang. Namun, jika allah menghendaki bumi kita ini untuk diguncangkan tentu Allah yang Maha Pengasih mempunyai alasan mengapa demikian?
ÏMy_t÷zr&urÞÚöF{$#$ygs9$s)øOr&ÇËÈ
“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya.”
sل$s)øOr& : beban atau muatan, ل$s)øOr& : segala isi bumi, dan ل$s)øOr&: dosa.[11]
Dengan beberapa makna diatas memberikan pemahaman bahwa bumi ini mengeluarkan beban berat di dalamnya, meliputi aspek materi, dan teologi. Artinya bumi mengeluarkan beban yang dikandung nya karena bumi yang kokoh ini perlahan dirusak dan menjadikan bumi ini rapuh. Dan mengeluarkan segala isi bumi ialah bentuk materi yang ada didalamnya, dengan bumi yang semakin rapuh maka bumi pun tidak bisa lagi menjaga apa yang ada didalamnya. Sedangkan dari aspek teologi, ialah mengeluarkan dosa,  yakni perbuatan-perbuatan manusia yang membuat alam ini semakin tidak seimbang dengan pemanfaatan yang tidak diiringi dengan kelestarian lingkungan.
tA$s%urß`»|¡RM}$#$tB$olm;ÇÌÈ
“Dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?",
Manusia terheran dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi, dalam ayat ini memberikan isyarat kepada manusia agar berfikir tentang apa yang terjadi. Melalui pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu yang ada padanya. Artinya manusia tidak hanya menerima apa yang telah terjadi, tetapi juga mencari tahu mengapa ini bisa terjadi? Sehingga manusia tahu apa yang harus ia lakukan dan solusi apa dari masalah ini.
7Í´tBöqtƒß^ÏdptéB$ydu$t7÷zr&ÇÍÈ
“pada hari itu bumi menceritakan beritanya,”
Setelah manusia berfikir, maka bumi memberi tahukan apa yang telah terjadi tentang pergerakan, letusan, guncangan dsb. Melalui hasil-hasil penelitian manusia terhadap bumi.
¨br'Î/š­/u4Óyr÷rr&$ygs9ÇÎÈ
“Karena Sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya.”
4Óyr÷rr& mempunyai arti memberi wahyu, memberi isyarat, memberi rahasia.[12]
Ayat ini selain menjelaskan bahwa Allah memerintahkan yang demikian itu kepadanya(bumi) tetapi juga menunjukkan bahwa Allah mengisyaratkan sesuatu dengan kejadian itu.
Al-Qur’an memberi sebuah peringatan akan adanya nikmat yang tidak disyukuri (dimanfaatkan dengan baik) maka Allah akan menghancurkan dengan sekejap saja dan memberikan adzab sesuai apa yang telah ia lakukan dalam kehidupannya di muka bumi.
7ͳtBöqtƒâßóÁtƒâ¨$¨Y9$#$Y?$tGô©r&(#÷ruŽãÏj9öNßgn=»yJôãr&ÇÏÈ
“pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.”
Dengan demikian, maka jika manusia mengerjakan kerusakan maka ia akan merasakan akibat dari kerusakan itu, dan menjadikan manusia merasa resah, gelisah (bentuk dari keadaan) karena perbuaatannya tersebut.
`yJsùö@yJ÷ètƒtA$s)÷WÏB>o§sŒ#\øyz¼çnttƒÇÐÈ`tBurö@yJ÷ètƒtA$s)÷WÏB;o§sŒ#vx©¼çnttƒÇÑÈ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Kedua ayat diatas menjelaskan tentang keadilan. Allah maha kuasa atas apa yang ia ciptakan, Allahlah hakim yang paling adil, Ia tahu apa yang manusia kerjakan, meski dalam hati mereka. Juga di sembunyikan dari pandangan manusia akan tetapi tidak bisadi sembunyikan dari penglihatan Allah.
Seperti pada realitas yang terjadi tentang pemanfaatan lingkungan mereka menyembunyikan dan mengambil dari hak-hak yang lain, Allah mengetahui. dan perbuatan mereka itu selain di tunjukkan mereka juga akan mendapat balasan tentang apa yang telah ia kerjakan yaitu berupa bencana-becana. Dan tanpa disadari bencana itulah hakikatnya merupakan gambaran hari kiamat.
Dalam QS. Al-Zalzalah ini memberi peringatan atas perbuatan mereka untuk tidak merusak, mengeksploitasi alam ini (gunung), Allah menjadikan gunung ini sebagai tanda hari kiamat merupakan bentuk kecintaan terhadap makhluknya, yaitu memberi isyarat untuk menjaga nikmat ini (gunug) sebelum diguncangkan karena kerusakan yang terjadi.
Gunung dengan berbagai macam fungsinya dijelaskan secara emplisit dalam Al-Quran menunjukkan bahwa di dalam gunung memiliki kandungan yang sangat berharga, dan semua itu untuk manusia. Namun, dengan berbagai catatan bahwa kita juga harus ingat akan hablum minal alam yaitu dengan cara memanfaatkan dengan semestinya tanpa merusak dan tidak israf (berlebihan). 
Ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung makna teologi secara sempit memiliki esensi yang luarbiasa jika kita kaji dan dikaitkan dengan realita yang ada. Ini bukti keagungan Allah atas Kitabnya. Dan membuktikan bahwa Al-Qur’an relevan sepanjang masa. Wallahu’alam.

Referensi:
Menggagas Paradigma Tafsir Ekologi oleh Dr. Abdul Mustaqim. Dipost oleh Ana Indayani. http://lorongquran.blogspot.com/2014/01/tafsir-ekologi.html

Depag. RI. 1989. Al- Qur’an Terjemah, Jakarta : Gema Risalah Perss.

Kamus Al Munawwir. Pdf.

Pranggono, Bambang. 2008. Mukjizat Sains dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami. Cet-V.

Rahman fazlur. 2007. Ensiklopedi Ilmu Dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik rahman. Bandung:Mizan Pustaka. Cet-II.



[1] Menggagas Paradigma Tafsir Ekologi oleh Dr. Abdul Mustaqim. Dipost oleh Ana Indayani. http://lorongquran.blogspot.com/2014/01/tafsir-ekologi.html

óOs9r&È@yèøgwUuÚöF{$##Y»ygÏBÇÏÈt
“Tidakkah Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan”
4s+ø9r&urÎûÇÚöF{$#źurubr&yÏJs?öNà6Î/#\»pk÷Xr&urWxç7ßuröNà6¯=yè©9tbrßtGöhs?ÇÊÎÈ
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk
tA$t7Ågø:$#ur#YŠ$s?÷rr&ÇÐÈ
Dan gunung-gunung sebagai pasak?,
ts?urtA$t7Ågø:$#$pkâ:|¡øtrBZoyÏB%y`}ÉdurßJs?§tBÉ>$ys¡¡9$#4yì÷Yß¹«!$#üÏ%©!$#z`s)ø?r&¨@ä.>äóÓx«4¼çm¯RÎ)7ŽÎ7yz$yJÎ/šcqè=yèøÿs?ÇÑÑÈ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

[6]Bambang Pranggono,Mukjizat Sains dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah, (Bandung: Ide Islami, 2008). Cet-V. Hlm 31.
[7] Ibid, hlm. 32
[8] Ibid,.
[9]Afzal-ur-Rahman. 2007. Ensiklopedi Ilmu Dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik rahman. Bandung:Mizan Pustaka. Cet-II. hlm. 154Bottom of Form

 


[10]Yang dimaksud dua laut di sini ialah laut yang asin dan sungai yang besar bermuara ke laut. sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak langsung menjadi asin.

[11]  Kamus al-Munawwir, hlm 153, Pdf.
[12] Kamus Al-Munawwir, hlm 1545, Pdf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post