Disusun Oleh : Nailu Farh, Neni Nuraeni, & Leli Sobali
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan
makhluk Allah yang diciptakan paling sempurna. Manusia memiliki panca indra
yang baik, organ tubuh yang lengkap, terlebih lagi akal yang menjadi pembeda
diantara makhluk yang lain. Allah
menciptakan manusia di dunia memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Manuisa
dijadikan sebagai khalifah di muka bumi, seperti yang terdapat dalam quran
surat al Baqarah ayat 30. Selain itu manusia juga diciptakan Allah untuk
beribadah, seperti dalam surat Az Zariyat ayat 56.
Terlepas dari
tujuan dan maksud diciptakannya manusia di muka bumi, terdapat proses bagaimana
manusia itu diciptakan. Banyak penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan
teori-teori mengenai penciptaan manusia. Salah satunya teori yang sering kita
dengarkan, yakni teori evolusi oleh Charles Darwin.
Makalah ini akan menjelaskan tentang berbagai hal, seperti tentang
bagaimana proses penciptaan manusia. Di dalam al-qur'an dijelaskan tentang
proses penciptaan manusia. Proses penciptaan manusia kini telah di buktikan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui tafsir al Qur'an kita dapat
memahami proses penciptaan manusia sesuai dengan ayat-ayat al Qur'an dan dapat
dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Sehingga ada
keterkaitan antara ayat al Quran dengan ilmu pengetahuan dalam hal proses
penciptaan manusia.
B.
Rumusan Permasaalahan
Berdasarkan latar belakang di atas,
timbulah rumusan permasalahan di bawah ini:
1. Bagaimanakah definisi manusia
menurut al-Quran ?
2. Bagaimanakah proses penciptaan
manusia menurut al-Quran ?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan permasalahan di atas memiliki tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui definisi manusia menurut al-Quran
2.
Untuk
mengetahui proses penciptaan manusia menurut al-Quran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Manusia
Di dalam al-Quran
terdapat beberapa istilah kunci (key term) yang meskipun mengacu pada
pengertian manusia, tetapi memiliki makna signifikan yang berbeda-beda. Istilah-istilah kunci itu adalah Basyar, Insan, al-Nas, Anam,
Ibn Adam.[1]
Namun yang akan dibahas hanya tiga yakni Basyar, Insan dan An-Nas. Agar
terhindar dari kerancuan semantik, perlu difahami dalam konteks
apa manusia disebut basyar, dan dalam konteks apa manusia disebut insan,
serta dalam konteks apa pula manusia disebut An-nas.
1. Basyar
Kata basyar disebut dalam Al-Quran 35 kali dikaitkan dengan manusia dan 25 kali[2]
dihubungkan dengan nabi-rasul. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut
memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis. Salah satunya
pada surah Yusuf : 31 :
“Maka tatkala
wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepadanya (keelokan rupanya) dan
mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia (basyar). Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang
mulia ” (QS.Yusuf :
31)
Ayat ini
menceritakan wanita-wanita pembesar Mesir yang diundang Zulaikha dalam suatu
pertemuan yang takjub ketika melihat ketampanan Yusuf as. Konteks ayat ini
tidak memandang Yusuf as dari segi moralitas atau intelektualitasnya, melainkan
pada perawakannya yang tampan dan penampilannya yang mempesona yang tidak lain
adalah masalah biologis.
Pada ayat lain juga
manusia disebut dengan kata basyar dalam konteks sebagai makhluk biologis yaitu
pada ayat yang menceritakan jawaban Maryam (perawan) kepada malaikat yang
datang padanya membawa pesan Tuhan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak :
.....
“Maryam berkata:
Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak padahal aku tidak pernah disentuh
manusia (basyar) ” (QS.Ali
Imran : 47)
Maryam berkata
demikian sebab dia tahu bahwa yang dapat menyentuh (hubungan seksual) itu hanya
manusia dalam arti makhluk biologis, dan anak adalah buah dari hubungan seksual
antara laki-laki dan perempuan . Nalar Maryam tidak menerima, bagaimana mungkin
dia akan punya anak padahal dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki.
Penolakan
orang-orang kafir untuk beriman, juga karena pandangan mereka terhadap seorang
rasul yang hanya pada sisi biologisnya saja. Yakni sebagai manusia yang
sama seperti mereka yang makan, minum, jalan-jalan di pasar, dan melakukan
aktifitas lainnya. Mereka tidak mempertimbangkan aspek lain dari seorang rasul
seperti kapasitas, moralitas, kredibilitas kepribadiannya, dan akseptabilitas
di mata umatnya. Karena itu Allah SWT menyuruh Rasulullah saw untuk menegaskan
bahwa secara biologis ia memang seperti manusia biasa, tetapi memiliki
perbedaan dari yang lain yaitu penunjukan langsung dari Tuhan untuk
menyampaikan risalah-Nya. Dan dari sisi inilah Rasulullah menjadi manusia luar
biasa.
“Katakanlah (Muhammad kepada mereka bahwa) aku ini manusia
biasa (basyar) seperti kamu. Hanya saja aku diberi wahyu” (QS.Al-Kahfi
: 110)
Beberapa ayat di
atas dengan jelas menegaskan bahwa konsep basyar selalu dihubungkan
dengan sifat-sifat ketubuhan (biologis) manusia yang mempunyai bentuk/ postur
tubuh, mengalami pertumbuhan dan perkembangan jasmani, makan, minum, melakukan
hubungan seksual, bercinta, berjalan-jalan di pasar, dan lain-lain. Dengan kata
lain, basyar dipakai untuk menunjuk dimensi alamiah yang menjadi
ciri pokok manusia pada umumnya.
2.
Al-Insan
Kata al-insan disebut
sebanyak 65 kali [3] dalam Al-Quran. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan
kata insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk istimewa,
secara moral maupun spiritual. Keistimewaan itu tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Jalaludin Rahmat memberi penjabaran al-insan secara
luas pada tiga kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan
keistimewaan manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan
dengan predisposisi negatif yang inheren dan laten pada
diri manusia. Ketiga, al-insan disebut dalam hubungannya dengan proses
penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua konteks al-insan menunjuk
pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.[4]
3.
An-Nas
Konsep al-Nas
mengacu pada manusia sebagi makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas paling
banyak disebut al-Quran yaitu sebanyak 240 kali[5].
Salah satunya adalah :
“Wahai manusia
sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal”(QS.al-Hujurat :
13)
B.
Proses
Penciptaan Manusia
Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia
mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut
dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min
hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan
seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri
(manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun
(23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut
dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui
proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah)
yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah
itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah
beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan
kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al
Mu’minuun (23):12-14). Berikut ini ayat-ayat al-Quran yang menyebutkan tentang
penciptaan manusia:
“Dia telah menciptakan manusia dari
mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S An-Nahl [16] : 4)
“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-cakap
dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari
tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang
laki-laki yang sempurna?” (Q.S
Al Kahfi [18] : 37)
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S Al Hajj [22] : 5)
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S Al Mu`minun [23] : 13)
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak
ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan
dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang
berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan)
dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah
mudah.”
(Q.S Fatir [35] : 11)
Dan Apakah manusia tidak
memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba
ia menjadi penantang yang nyata! (Q.S Yaasin [36] : 77)
“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes
mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai
seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa
(dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada
yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada
ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S Al Mu`min [40] : 67)
“Dari air mani, apabila dipancarkan.” (Q.S An Najm [53] : 46)
“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam
rahim),
(Q.S al Qiyaamah [75] : 37)
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya
(dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan
melihat.” (Q.S
al Insan [76] : 2
“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.” (Q.S ‘Abasa [80] : 19)
Periode turunya al-Quran menurut
Noeldeke[6]
:
1.
Periode Mekkah awal
‘Abasa
An-Najm
Al-Qiyaamah
2.
Periode Mekkah Tengah
Al Mu`minun
Al Insan
Al-Kahfi
3.
Periode Mekkah Akhir
An-Nahl
Al-Mu`min
Fathir
4.
Periode Madinah
Al-Hajj
Adapun proses penciptaan manusia
dijelaskan Allah SWT dalam alquran melalui beberapa fase atau tahapan. Salah
satunya pada QS. Al-Mu’minun : 12-14 :
(12)
Dan
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Berdasarkan
ayat di atas manusia diciptakan dengan tahap-tahap:
1.
‘Sulalah
min thin’ (saripati tanah)
Saripati
tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik
tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi
darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma. Fase ini disebut juga
sebagai fase ‘turab’ (tanah). Sebagaimana terdapat dalam Quran
Surat Al-Hajj : 5
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari
segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan
umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang
dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila
telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.
2.
‘Nuthfah’
(air mani).
Makna
asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat
membasahi. Dalam tafsir Al Misbah[7],
yang dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran mani yang menyembur dari
alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi
yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu.
- ‘Alaqah’ (segumpal darah).
Kata ‘alaqah (
علقه ) terambil
dari kata alaqa sesuatu yang membeku, tergantung atau
berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
bergantung di diding rahim.[8]
- ‘Mudghah’ (segumpal daging).
Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel
telur wanita intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal
sebagai zigot dalam ilmu biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah
diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot mampu
mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhanya.[9]
5.
‘Idzam
(tulang atau kerangka).
Pada
fase ini embrio mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya berupa
segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.
6.
Kisa
al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging
atau otot).
Pengungkapan
fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan
pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi
yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa
tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang
7.
Insya
(mewujudkan
makhluk lain).
Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang
dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk-makhluk
lain. Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia memiliki
potensi yang sangat besar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga mencapai
kesempurnaan makhluk.
Dan ini menguatkan bahwa Alqur'an benar-benar dari Allah Subhanahu
Wata'ala. Adapun para Ulama tafsir terdahulu, tafsir mereka tentang ayat ini
berbeda-beda.Ini diringkas oleh Imam al-Qurtubi rahimahullah, beliau
menjelaskan:" Orang – orang berbeda pendapat tentang arti "Kholqon
akhor ( makhluk yang berbentuk lain )"
Ibnu Abbas, as-Sya'bi, Abul 'Aliyah, ad-Dhahhaq dan Ibnu Zaid
rahimahumullah berpendapat : "yaitu peniupan ruh kadalam janin yang
sebelumnya adalah benda mati". Riwayat lain dari Ibnu Abbas radiyallahu
'anhu :"yaitu keluarnya janin kedunia". Qotadah rahimahullah
berpendapat :" yaitu beda tumbuh rambutnya" Ad-Dhahhaq
rahimahullah dalam riwayat lain berpendapat :" Keluarnya gigi dan
tumbuhnya rambut"
Mujahid rahimahullah berpendapat :"Sempurna masa mudanya"
dan ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhu. Tapi yang benar bahwa
maksudnya adalah umum untuk ini dan itu, baik berfikir memahami, berlatih,
belajar smpai dia mati"[10]
Setelah ketujuh fase di atas terlewati, timbul tiga
tahap selanjutnya. Pada tahapan ini bayi mulai mnegalami perkembangan dalam
Rahim Ibu. Berikut ini tahapan-tahapan perkembangannya yang dicantumkan dalam
QS. Az-Zumar ayat 6, yang berbunyi:
Dia
menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya
dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang
ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan
yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?
Sebagaimana akan dipahami ayat ini
menunjukan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga
tahapan yang berbeda. Benar, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan
embrio dalam bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Misalnya, dalam buku basic human embryology sebuah buku referensi utama dalam
bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut : “kehidupan dalam rahim
memiliki tiga tahapan ” : Pre-Embrionik, dua setengah minggu pertama;
embrionik, sampai akhir minggu edelapan ; dan Fetus / janin, dari minggu
kedelapan sampai kelahiran. Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda
dari perkembangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut
adalah sebagai berikut :[11]
1.
Tahap Pre-embrionik
Pada tahap perama zigot tumbuh membesar melalui pembelahan seldan
terbentuklahsegumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim.
Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel penyusunya pun mengatur
diri sendiri guna mebentuk tiga lapisan.
2.
Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa
ini, bayi disebut sebagai embrio. Pada tahap ini organ dan sistim tubuh bayi
mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
3.
Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya bayi disebut sebagai fetus.
Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hngga masa kelahiran. Ciri
khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai manusia, dengan wajah,
kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua
organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga mingu kelahiran.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Manusia
dalam al-Quran dikenal dengan istilah basyar, al-Insan, dan an-Nas. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut
memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis. Kemudian kata al-Insan hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan kata tersebut, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk
istimewa, secara moral maupun spiritual. Adapun Konsep al-Nas mengacu pada manusia sebagi makhluk sosial.
Dalam proses penciptaannya al-Quran menyebutkan dalam beberapa tahap mulai dari
air mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal
daging, kemudian mengalami tahapan pembentukan tulang, dan akhirnya
terbentuklah janin. Pada tahapan janin di rahim Ibu ini terus mengalami
perkembangan pula sampai proses kelahiran.
DAFTAR PUSTAKA
Amal , Taufik Adnan, 2011, “Rekonstruksi Sejarah Al-Quran, Jakarta : Devisi Muslim
DemokratiS.
Baqi , Muhammad Fuad Abdul, Mu’jam mufahras
lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub
Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab
Musaddad, Ja'far
“M akalah Manusia dalam Perspektif al Quran”.htm diunduh 23 februari 2015 pukul 14:00
Al-Qurtubi, dalam Tafsir Al-Qurtubi,
hlm 108 juz 12
Shihab , M. Quraish, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera
Hati : 2002). vol 9
Seha
, Sampo, “Manusia dalam Al-quran
Menurut Persfektif Filsafat Manusia”, (Al Fikr : UIN Alauddin Makasar,
2010), vol. 14,
Yahya, Harun, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002),
[1]
Kamus al-Munawwir Indonesia-Arab
[2] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam
mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 199
[3] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam
mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 93
[4] Ja'far Musaddad MAKALAH
MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN.htm diunduh 23 februari 2015
pukul 14:00
[5] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam
mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 726
[6]
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah
Al-Quran, Jakarta : Devisi Muslim Demokratis, 2011 ,hal. 130-134
[7]Quraish
Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati : 2002). vol 9 hal. 13 dan 167
[8] Sampo Seha, “Manusia dalam
Al-quran Menurut Persfektif Filsafat Manusia”, (Al Fikr
: UIN Alauddin Makasar, 2010), vol. 14,
hal. 404
[9]
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002), hal. 106
[10]
Al-Qurtubi, dalam Tafsir
Al-Qurtubi, hlm 108 juz 12
[11]
Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002), hal. 108-109