Rabu, 15 Oktober 2014

TEOLOGI GUNUNG DALAM AL-QUR’AN


TEOLOGI GUNUNG DALAM AL-QUR’AN:
Refleksi atas Rencana Eksplorasi “Fracking” Panas Bumi di Gunung Ciremai Kuningan Jawa Barat

Oleh:
Fuad Faizi
Nailu Farh
Hilda Nurfuadah


Pendahuluan
Masyarakat Kuningan dan sekitarnya sekarang sedang dihebohkan dengan adanya rencana eksplorasi panas bumi di wilayah gunung Ciremai. Kehebohan itu muncul dikarenakan kekhawatiran mereka atas potensi dampak yang akan ditimbulkan oleh eksplorasi itu. Dampak itu tentu akan mengancam kehidupan mereka. Kekhawatiran masyarakat Kuningan itu bukan tanpa dasar. Sekarang ini di Amerika (US) saja sedang terjadi perdebatan hebat tentang dampak destruktif dari eksplorasi gas panas bumi. Dalam sejarah Amerika, tidak ada perdebatan sehebat isu ini.

Memang tidak ada satu orang pun yang menyanggah kebenaran bahwa energi gas panas bumi adalah energi yang ramah lingkungan dan bisa diperbaharui. Permasalahan tentang panas bumi itu muncul lebih disebabkan oleh cara atau teknik yang dipakai dalam mengeksplorasi energi panas bumi. Teknik ini biasa disebut dengan “fracking” atau “hydraulic fracturing.” Teknik fracking ini adalah satu-satunya cara yang ada untuk mengeksplorasi energi panas bumi saat ini. Fracking adalah suatu teknik untuk melakukan eksplorasi panas bumi dengan cara menginjeksikan jutaan galon air yang dicampur dengan bahan-bahan kimia ke lapisan serpihan tanah yang menyimpan energi gas panas bumi guna untuk meledakkan lapisan itu supaya retak sehingga energi panas bumi bisa terlepas dan kemudian bisa ditambang. Dikarenakan adanya ledakan lapisan bawah tanah itu, gempa minor merupakan dampak yang tidak bisa dielakkan dari proses penambangan gas panas bumi.

Di Indonesia, isu tentang dampak panas bumi ini memang belum begitu banyak diketahui dan diperbincangkan oleh banyak orang. Di Amerika, isu mengenai dampak destruktif teknik fracking panas bumi semakin menguat sejak munculnya satu film dokumenter yang dibuat oleh seorang jurnalis bernama Josh Fox yang berjudul “Gasland” pada 2010. Film ini berdurasi kurang lebih 2 jam dan bisa ditonton secara gratis di youtube. Film ini mengungkap dampak fracking terhadap pencemaran sumber-sumber mata air yang ada di sekitar titik pengeboran yang ada di negara-negara bagian Amerika, terutama negara yang ada di wilayah Marcellus Shale. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana air-air itu tercemar oleh bahan-bahan kimia yang diinjeksikan ke dalam tanah dan oleh gas dari panas bumi itu sendiri. Bahkan, air kran warga sekitar bisa menyala ketika disulut dengan korek api. Ketika sudah tercemar akan sulit sekali untuk mempurifikasinya karena pencemaran itu telah masuk ke lapisan aquifer sehingga tidak mungkin untuk bisa mengembalikannya seperti semula karena ia telah menyebar ke mana-mana.

Film dokumenter ini kemudian diikuti dengan sekuel keduanya yang berjudul “Gasland part II” yang dirilis pada 2013 dan menjadi salah satu nominasi dalam piala Oscar pada kategori film dokumenter. Di film kedua ini, Josh Fox mengungkap lebih jauh dampak destruktif fracking selain dari pencemaran sumber mata air, yaitu mulai dari pencemaran dari ratusan truk untuk mengangkut air, pelepasan super green house gases yang berkontribusi pada perubahan iklim sampai retaknya rumah-rumah yang ada di sekitar pengeboran yang diakibatkan oleh gempa minor akibat dari fracking.

Film Josh Fox di atas hanya merupakan salah satu contoh yang menunjukkan dampak destruktif dari fracking panas bumi. Masih banyak film-film dokumenter lain[1] dan perdebatan publik[2] yang bisa dilihat secara gratis berkaitan dengan dampak negatif fracking di youtube.

Sementara itu, untuk melihat aksi-aksi penolakan di benua Amerika dan Eropa yang semakin hari semakin menguat juga bisa dilihat secara mudah. Silahkan ketik “ban fracking” di Google lalu klik gambar, maka anda akan terkejut melihat gambar-gambar yang menunjukkan aksi-aksi turun ke jalan oleh banyak orang menuntut pemerintah mereka agar menghentikan fracking. Dikarenakan aksi-aksi penolakan itu, akhirnya banyak negara-negara bagian Amerika dan Eropa yang memutuskan untuk menghentikan atau memoratorium ekplorasi panas bumi.[3] Ironisnya, pada Agustus 2014, di tengah gelombang penghentian eksplorasi panas bumi di berbagai penjuru dunia, pemerintah Indonesia justru baru saja mengesahkan Undang-undang (UU) Panas Bumi dalam rangka mempermudah proses eksplorasi fracking panas bumi, bahkan di wilayah hutan-hutan konservasi. Di Kuningan, rencana eksplorasi gas panas bumi itu memang akan dilakukan salah satunya pada wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

Pada tahun 2004, wilayah gunung Ciremai ditetapkan sebagai wilayah konservasi Taman Nasional. Penetapan wilayah konservasi itu bukan tanpa kontroversi. Banyak para petani yang hidup di sekitar lereng gunung Ciremai dipaksa untuk turun gunung karena mereka tidak diperbolehkan lagi untuk melakukan aktivitas apapun di dalam wilayah konservasi itu, mulai dari bertani, memburu babi hutan, sampai mencari kayu bakar. Padahal, sebelum TNGC, wilayah itu merupakan lahan-lahan petani untuk bertani meskipun sebagian petani melakukannya dengan cara tumpang sari di lahan-lahan perhutani lewat program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Waktu itu, PHBM di gunung Ciremai tercatat sebagai wilayah percontohan yang sukses. Layaknya pendekar, para petani itu mau tidak mau harus turun gunung dan kehilangan pekerjaannya karena dilarang menggarap lahan-lahan yang dulu menjadi garapan mereka. Ironisnya, setelah para pendekar-pendekar pertanian itu terusir dari lahan garapan mereka pada 2004, tiba-tiba pada tahun 2011 wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah kerja pertambangan panas bumi.

Perlu diketahui bahwa gunung Ciremai merupakan salah satu gunung berapi  yang masih aktif yang ada di wilayah Jawa Barat Indonesia. Terakhir kali Ciremai meletus pada tahun 1937. Status sebagai gunung berapi yang masih aktif inilah yang membuat kekhawatiran para penduduk lereng gunung Ciremai semakin bertambah. Sebuah gunung berapi yang masih aktif dan telah lama tidak menyemburkan lava pijarnya, tiba-tiba harus dilakukan pengeboran di bawahnya untuk kemudian diretakkan lapisan-lapisan bawah tanahnya yang menyimpan gas panas bumi itu. Ketakutan bahwa aktivitas itu akan memicu gempa yang lebih besar sehingga bisa memicu aktivitas gunung Ciremai untuk meletus lagi menjadi sesuatu yang tak terelakkan. Berangkat dari kekhawatiran ini, tulisan ini berusaha untuk menyelami kembali bagaimana Al-Quran, sebagai salah satu kitab suci agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, mendeskripsikan dan memaknai gunung (jibal) dalam ayat-ayat sucinya. Dengan pemahaman tentang bagaimana Al-Qur’an mendeskripsikan makna gunung itu diharapkan akan bisa menjadi bahan renungan bersama bagaimana seharusnya kita menyikapai rencana eksplorasi panas bumi di gunung Ciremai.

Makna dan Fungsi Gunung dalam Al-Qur’an
Al-Quran salah satunya banyak menjelaskan tentang alam semesta. Alam semesta merupakkan sebuah bukti kebesaran dan nikmat Allah. Karena penciptaan alam semesta sebagai bentuk adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya. Salah satu isi yang dimaksud itu adalah gunung.  

Al-Quran menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa arab, yaitu (1) jibal atau jabal dan (2) rawasi. Kata jibal disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal disebutkan sebanyak 6 kali, dan kata rawasi sebanyak 10 kali.[4]

Gunung merupakan sebuah bukit tinggi. Terciptanya suatu gunung dikarenakan adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta lempengan-lempengan bumi yang membentuk kerak bumi. Berkaitan dengan tujuan penciptaannya, ada beberapa fungsi dan makna gunung yang diterangkan dalam Al-Quran sebagai berikut:

1.      Penyalur Pembuangan Panas Bumi
 
Hal ini terdapat dalam surah al-Qashash ayat 29 yang berbunyi:
فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ

Maka tatkala Musa Telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung[1119] ia Berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), Sesungguhnya Aku melihat api, Mudah-mudahan Aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan."
[1119]  setelah Musa a.s. menyelesaikan perjanjian dengan Syu'aib a.s. ia berangkat dengan keluarganya dengan sejumlah kambing yang diberi mertuanya. Pada suatu malam yang sangat gelap dan dingin Musa a.s. tiba di suatu tempat tetapi setiap beliau menghidupkan api, api itu tidak mau menyala. Hal itu sangat mengherankan Musa, maka ia Berkata kepada Istrinya sebagai tersebut dalam ayat 29 tersebut.

Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa disuatu malam menemukan sumber api untuk menghangatkan badan keluarga dan beberapa kambingnya dari sebuah lereng gunung. Seringkali kita melihat ketika gunung akan meletus, ia akan mengeluarkan lahar panas, atau bagi seorang pendaki akan mampu melihat adanya kawah panas pada lereng gunung. Sumber panas inilah yang berasal dari dasar bumi. Panas bumi yang berlebihan ini dapat tersalurkan  sehingga gunung berfungsi  sebagai penyalur pembuangan panas bumi secara alamiah.

2.      Penyubur Tanah
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍۚ تَبْصِرَةً وَذِكْرَىٰ لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).”[5]


وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”[6]

Magma yang keluar dari dalam perut bumi mengandung mineral dan unsur hara yang menyuburkan tanah. Dengan adanya gunung berapi, daerah yang ada di sekitarnya menjadi subur. Ketika kita menilik daerah-daerah pegunungan, tanah disana sangat lah subur dan, oleh karena itu, daerah itu tepat untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Kesuburan itu merupakan karunia Allah swt yang harus dijaga dan dipergunakan untuk kemaslahatan umum. Karunia itu terwujud dalam keberadaan gunung-gunung yang memberikan dampak positif terhadap kesuburan tanah di wilayah sekitarnya ketika ia hanya meletus jika diperlukan saja (secara alamiah). Namun, ketika intensitas letusan itu sudah tidak alamiah (karena perbuatan manusia) atau terlalu sering maka ia justru menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan manusia yang tergantung pada keberadaannya. Ketika manusia yang ada di sekitarnya terancam berarti mereka tidak akan bisa lagi memanfaatkan kesuburan tanahnya yang merupakan karunia yang seharusnya menjadi nilai lebih yang harus diolah untuk kemaslahatan masyarakat seara umum. Ketika masyarakat di sekitarnya tidak bisa lagi memanfaatkan kesuburan tanahnya berarti itu telah mengancam sumber kehidupan dan kebutuhan pangan masyarakat.


3.      Sumber (Mata) Air Tawar
وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ شَامِخَاتٍ وَأَسْقَيْنَاكُمْ مَاءً فُرَاتًا
Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?[7]

أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”[8]

Ayat di atas menjelaskan salah satu fungsi penting gunung, yaitu sebagai penyedia air tawar bagi kehidupan manusia terutama lewat sumber mata air yang lazim ditemui di daerah pegunungan. Sebagai penyedia sumber mata air tawar, gunung seharusnya dijaga kelestariannya agar ia tetap bisa menyediakan sumber mata air yang bersih bagi kehidupan manusia yang ada di sekitarnya. Merusaknya atau mencemarinya berarti mengancam keberlangsungan kehidupan yang ada di sekitarnya. Tidak hanya mengancam kebutuhan air minum, tetapi juga kebutuhan pengairan untuk sawah-sawah atau lahan-lahan pertanian yang ada di sekitarnya.

Selain itu, ketika air tawar dari gunung itu tercemar, maka ia akan mencemari lahan-lahan pertanian yang ada di sekitarnya. Ketika ia telah mencemari lahan-lahan pertanian itu berarti ia telah juga mencemari makanan (beras, sayur, buah dst) bagi kebutuhan konsumsi hidup manusia. Jadi menjaga kemurnian dan kelestarian mata air itu adalah sama dengan menjaga kehidupan ini. Menjaga kehidupan ini tidak sebatas hanya untuk kita, tetapi juga untuk anak cucu kita kelak yang juga berhak atas air yang dikaruniakan Allah (melalui adanya gunung-gunung itu) kepada seluruh generasi manusia. Dan, kalau kita membiarkan atau tinggal diam terhadap segala aktivitas yang bisa mengancam keberlangsungan sumber mata air tawar itu, berarti kita telah mentelantarkan karunia Allah. Tidak hanya itu, sebagai akibatnya, kita juga berarti telah membiarkan anak cucu kita kelak menderita karena kesulitan dan pencemaran air (bersih).

4.      Sumber Makanan
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.[9]

الْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍۚ
“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.”[10]

Dalam ayat di atas digambarkan bahwa gunung merupakan wilayah yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Maka, seharusnya wilayah itu harus diperuntukkan untuk potensi terbesarnya, yaitu bercocok tanam agar maksimal, bukan untuk kepentingan lain yang justru sebenarnya mengancam keberlangsungan aktivitas bercocok tanam yang dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah pegunungan itu. Ketika mereka tidak bisa bercocok tanam lagi berarti mereka telah kehilangan sumber penghidupan dan pekerjaan mereka. Ketika mereka tidak bisa bekerja dengan bercocok tanam lagi berarti kita juga telah membiarkan sumber penghasil makanan bagi manusia sekitarnya hilang.

5.      Pemisah Dua Laut
أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut[1103]? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”[11]
[1103]. Yang dimaksud dua laut di sini ialah laut yang asin dan sungai yang besar bermuara ke laut. Sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak langsung menjadi asin.

Dalam ayat di atas diterangkan bahwa gunung merupakan pemisah antara dua laut. Dua laut yang dimaksud adalah pemisah antara kawasan air tawar dan air laut. Air yang bersumber dari gunung adalah air tawar yang kemudian mengalir ke dataran yang lebih rendah sampai akhirnya ke laut dan menjadi air asin. Hal ini menggambarkan bahwa gunung merupakan elemen penting bagi penyedia air tawar bagi kebutuhan minum manusia. Tidak bisa dibayangkan jika air tawar yang bersumber dari gunung itu telah tercemari, maka pencemaran itu akan menyebar ke mana-mana, terutama ke kawasan dataran rendah yang ada di sekitarnya, bahkan akan sampai ke laut.

Kalau sudah sampai ke laut, maka ia menjadi lebih tidak terkontrol lagi. Apalagi, tidak jauh dari kaki gunung Ciremai adalah wilayah pantai utara (Pantura) yang di sekitarnya terbentang lautan. Perlu diingat bahwa ketika lapisan aquifer yang ada tepat di bawah gunung itu sudah tercemar lalu air yang tercemar itu akan keluar melalui sumber-sumber mata air yang ada di gunung itu, maka bisa dipastikan manusia yang mengandalkan air dari gunung itu akan mengalami krisis air bersih. Dan, ketika mata air itu sudah tercemar, maka mustahil kita bisa memulihkannya kembali atau membendung penyebaran pencemaran itu. Sebagai manusia, selayaknya kita harus menjaga fungsi gunung sebagai penyedia air tawar/minum seperti yang difirmankan Allah.

6.      Pasak Bumi dan Penahan Goncangan
Gunung dalam al-Quran salah satunya digambarkan memiliki fungsi sebagai Pasak. Allah berfirman dalam surah an-Naba ayat 7:
Dan gunung-gunung sebagai pasak.[12]
Pasak disini dapat diartikan seperti tiang yang menguatkan sebuah rumah.  Gunung dapat diumpamakan sebagai sebuah paku yang ditancapkan pada bumi sehingga menjadikannya berdiri kokoh dan mencegah berubahnya bumi menjadi sebuah tempat yang tidak nyaman bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Allah SWT berfirman:
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk.”[13]

“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”.[14]

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”[15]

Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa fungsi gunung adalah sebagai penguat agar bumi tidak mengalami goncangan terus menerus. Jadi, gunung merupakan elemen penting bagi kehidupan ini karena dengan adanya gunung itu kehidupan bisa berjalan tanpa ada goncangan terus menerus. Meskipun kadang-kadang gunung bergoncang atau meletus, itu bersifat alamiah saja dan tidak terjadi secara terus menerus. Oleh karena itu seharusnya manusia harus menjaga semaksimal mungkin agar gunung tetap berfungsi sebagaimana seharusnya, yaitu sebagai pengokoh agar tidak berguncang terus menerus, dan bukan malah melakukan aktivitas yang bisa menimbulkan guncangan (gempa) di wilayah gunung itu, misalnya eksplorasi fracking panas bumi yang menimbulkan gempa-gempa minor. Gempa-gempa minor itu bahkan bisa jadi akan menjadi pemicu gempa yang lebih besar yang menggoyahkan fungsi gunung itu. Jadi, aktivitas-aktivitas yang justru memicu goncangan (baik kecil maupun besar) tidak seharusnya dilakukan di wilayah gunung karena itu telah menyalahi kodrat alamiah dari penciptaan gunung, yaitu sebagai pasak dan penahan goncangan.

Gunung, Goncangan dan Hari Kiamat
يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا مَهِيلًا
“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.”[16]

Dalam menerangkan kejadian hari Kiamat,[17] Al-Quran seringkali mengaitkannya dengan adanya goncangan yang maha dahsyat yang disertai dengan hancurnya bumi dan gunung-gunung. Jadi, hari Kiamat akan diwarnai dengan goncangan yang dikaitkan dengan bumi dan gunung. Sumber goncangan itu bisa jadi berasal dari bumi dan gunung karena dua hal itu memang bisa menjadi sumber goncangan. Goncangan yang bersumber dari bumi dan gunung itu sering kita temui dalam bentuk gempa tektonik dan vulkanik.

“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat).”[18]
“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya.”[19]

Ayat dari surat Az-Zalzalah di atas memberikan pemahaman tentang kejadian hari kiamat ketika bumi ini mengeluarkan beban berat yang ada di dalamnya. Beban ini bisa dipahami secara (1) tekstualis maupun secara (2) teologis. Secara tekstual, bumi mengeluarkan beban yang dikandungnya karena bumi yang kokoh ini telah rusak atau secara perlahan telah dirusak sehingga menjadikan bumi ini rapuh (tidak kokoh). Karena bumi semakin rapuh maka bumi pun tidak bisa lagi menjaga apa yang ada didalamnya. Sementara itu, secara teologis, beban itu bisa diartikan dengan dosa, yaitu bumi mengeluarkan dosa-dosa[20] dari perbuatan-perbuatan manusia yang membuat alam ini semakin tidak seimbang dikarenakan eksploitasi berlebihan yang dilakukan manusia. Dosa-dosa dari manusia yang tidak mengindahkan peringatan dari Tuhan itu telah merusak bumi. Para manusia “berdosa” itu telah melampaui batas dalam mengeksploitasi bumi ini sehingga bumi tidak mampu lagi bertahan.  

Ayat-ayat di atas sebenarnya memberikan peringatan kepada manusia untuk tidak merusak bumi dan mengeksploitasi gunung jika tidak ingin kiamat akan dipercepat. Allah telah menunjukkan goncangan dan gunung sebagai tanda hari kiamat ini merupakan bentuk kecintaan Allah terhadap manusia, yaitu memberikan isyarat kepada manusia untuk selalu menjaga nikmat (gunung) yang dikaruniakan-NYA dengan cara tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang justru membuat gunung dan bumi bergoncang. Jika kita tidak bersyukur terhadap nikmat itu, bisa jadi pembiaran terhadap aktivitas-aktivitas yang menyebabkan goncangan terus menerus pada gunung dan bumi itu bisa berakhir dengan hari Kiamat. Wallahu A’lam.

Kesimpulan
Hasil perenungan terhadap ayat-ayat di atas menegaskan kepada kita agar selalu menjaga nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah swt. Diantara nikmat-nikmat itu adalah nikmat dikaruniakannya gunung bagi keberlangsungan hidup manusia. Bahkan, seperti digambarkan Al-Quran, kehidupan bumi ini mustahil ada tanpa adanya gunung-gunung yang memiliki berbagai makna dan fungsi penting bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia ini. Oleh karena itu, seharusnya kita menjaga nikmat itu dengan menggunakannya sesuai dengan makna dan fungsinya yang tersurat dalam Al-Quran. Selain itu, seharusnya kita tidak melakukan pembiaran terhadap aktivitas-aktivitas yang justru mengancam makna dan fungsi utama dari gunung itu bagi keberlangsungan kehidupan manusia, yaitu salah satunya adalah aktivitas fracking yang jelas sekali telah menyalahi kodrat alamiah dari penciptaan gunung dalam Al-Quran. Selain pencemaran sumber mata air, fracking terbukti telah meyebabkan gempa minor terus menerus.[21] Belajar dari apa yang telah terbukti di Amerika dan Eropa, seharusnya kita tidak mengulangi kesalahan yang terjadi negara-negara itu. Kita harus menjaga nikmat gunung itu agar berfungsi sesuai dengan apa yang dideskripsikan oleh Allah swt dalam Al-Quran.

Referensi:
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa (1985) Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber Ilmu
Depag. RI. (1989) Al- Qur’an Terjemah. Jakarta: Gema Risalah Press.
Munawwir, Warson (1997) Kamus Al Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif.
Pranggono, Bambang. 2008. Mukjizat Sains dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami.
Rahman Fazlur (2007) Ensiklopedi Ilmu dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik Rahman. Bandung: Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish (2000) Tafsir Al Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.









[1]       Misalnya, ketik saja di youtube film yang berjudul “Fracking Hell.”
[2]       Misalnya, ketik saja di youtube “No Fracking Way: The Natural Gas Boom is Doing More Harm Than Good” yang merupakan rekaman perdebatan para ahli mengenai dampak fracking di salah satu stasiun televisi di Amerika.
[3]       Untuk mengetahui daftar negara-negara di dunia yang melarang atau memoratorium fracking gas panas bumi bisa dilihat di http://keeptapwatersafe.org/global-bans-on-fracking/
[4]       M. Quraish Shihab (2000) Tafsir al Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
[5]       Al-Qaff: 7-8
[6]       Al-A’raf: 58
[7]       Al-Mursalat:   27
[8]       An-Nur: 43
[9]       Fusilat: 10
[10]     Al- Qaaf: 7
[11]     An-Naml: 61
[12]     An-Naba: 7
[13]     Al-Anbiyya’: 31
[14]     An-Nahl: 15
[15]     Luqman: 10
[16]     Al-Muzammil: 14
[17]     Ayat-ayat yang lain yang menerangkan tentang hari Kiamat bisa dilihat di Lihat surah Az-Zilzal: 1-2, Al-Hajj: 1, Al-Waqi’ah: 4, Al-Muzammil: 14, Al-Insyiqaq: 4, Al-Haqqah: 14, Al-Fajr: 21, At-Takwir: 6, Al-Infithar: 3, Al-Kahfi: 47, An-Nahl: 88, Ath-Thur: 10, Al-Takwir; 2, Al-Ma’arij: 9, dan Al-Qari’ah: 5
[18]     Az-Zalzalah: 1
[19]     Az-Zalzalah: 2
[20]     Menurut Kamus Al-Munawwir lafadz أثقال dapat diartikan juga sebagai dosa-dosa.
[21]     Lihat bukti dan kesaksian dalam film Gasland part II pada menit 01.14 - 01.17.

Ads Inside Post