Musnad Mustakhraj ‘ala Shohih Imam
Muslim
(Abu Nu’aim al Ashbahani)
A.
Biografi Abu
Nu’aim[1]
Menurut kitab
Musnad Mustakhraj Shohih Muslim bahwa Abu Nu’aim bernama lengkap Imam Hafidz
Abu Nu’aim Ahmad bin ‘Abdullah bin Ahmad bin Ishaq bin Musa bin Mihran. Mihran,
ialah kakek moyangnya yang pertama kali masuk Islam. Beliau lebih dikenal
dengan sebutan Abu Nu’aim al Ashbahani. Nama Ashbahan merupakan sebuah kota kelahirannya
yang terletak di Negara Iran. Beliau dilahirkan pada bulan Rajab 336 H.
Bapaknya bernama
Imam Zahid Muhammad bin Yusuf al Bana. Beliau adalah seorang yang alim dalam
ilmu hadits. Sebagaimana Ibnu Khaldun berkata : “Sesungguhnya Imam Zahid adalah
orang yang pertama kali masuk Islam dari kakek moyangnya dan beliau adalah
seorang yang alim dalam ilmu hadits,
sehingga anaknya pun ahli dalam bidang tersebut”. Abu Nu’aim
wafat pada tanggal 21 Muharram 430 H dalam usia 94 tahun. Selama hidup beliau
banyak dihabiskan dengan belajar, mengajar dan menulis.
Sejak usia masih
beliau, Abu Nu’aim telah mengarungi dunia thalabul ‘ilmi, lantaran perhatian
besar sang ayah kepadanya. Karenakecerdasan beliau dan kemampuan ilmiahnya, banyak
gelar yang beliau dapat, seperti imam, ats tsiqah, 'allamah serta
Syaikhul Islam, selain itu, adz
Dzahabi menyatakan bahwa, "Tokoh-tokoh ilmu dunia telah memberikan ijazah
baginya pada tahun 340-an H, padahal usianya baru 6 tahun." Dia
mendapatkan ijazah (rekomendasi untuk meriwayatkan) dari banyak ulama, tanpa ada
orang lain yang menyamainya dan orang yang pertamakali memberikan ijazah
tersebut adalah Abu Muhammad bin Faris.
Abu Nu’aim tidak
hanya piawai dalam disiplin ilmu hadits. Dalam bidang qira`ah pun, kemampuannya
terakui. Beliau telah meriwayatkan banyak qira`ah langsung melalui ath
Thabrani. Abul Qasim al Hudzali mengambil ilmu qira`ah darinya. Oleh karena
itu, tidak mengherankan bila Ibnul Jazari menulis biografi Abu Nu’aim dalam
karyanya, Ghayatun Nihayah fi Thabaqatil Qurra`.
Abu Nu’aim
berguru pada ulama-ulama terdahulu. Beliau mempunyai guru sangat banyak di
berbagai daerah. Dalam perjalanannya mencari Hadits, beliau pergi ke Irak,
Hijaz, Khurasan, Baghdad, Bashrah, Kuffah, Mekkah,dan Naisabaor. Diantara
ulama-ulama yang menjadi guru beliau adalah Abi Muhammad bin, Abdullah bin
Ja’far bin Faris, Ahmad bin Binidari as-Syi’ar, Ahmad bin Ma’badi as-Samari, Ahmad
bin Muhammad bin Qishari, Abdullah bin Hasan bin Binidari al-Madini, Ahmad bin
Ibrahim bin Yusuf, Al-Hasan bin Sa’id bin Ja’far al-‘Ibadani al-Muthawa’i, Abi
Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Hamzah, Abi al-Qasim Sulaiman bin Ahmad
al-Malizani, Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim al-Aqili, Abi Muslim Abdirrahman
bin Muhammad bin Ahmad bin Sibah, Muhammad bin Ma’mar bin Nashih adz-Dzihli, Al-Hafidz
Muhammad bin Umar al-Ji’abi, Abi asy-Syayakh Abdillah bin Muhammad bin Ja’far
bin Hayyan, Abi Bakrin Muhammad bin Ibrahim al-Muqarriy.
Tak hanya itu, guru-guru Abu Nu’aim
dari berbagai daerah yakni;[2]
1.
Baghdad
a.
Abi Bakri bin Hasyim al Anbari
b.
Ahmad bin Yusuf bin Khilad an
Nashibiy
c.
Abi Muhammad bin Ahmad bin Hasan as
Shawaf
d.
Abi Bajri bin Kautsar al Barbahari
e.
Abdurrahman bin Abbasiy
f.
Isa bin Muhammad Thummariy
g.
Mukhallid bin Ja’far ad Daqiqi
h.
Abi Bakri Ahmad bin Ja’far bin
Hamdani bin Maliki al Qathi’iy
2.
Bashrah
a.
Habib bin Hasan
Qazazi
b.
Faruq bin Abdil
Kabir al Khatabi
c.
Abdullah bin
Ja’far bin Ishaq al Jabari
d.
Ahmad bin Hasan
bin Qasim bin Rabbani al Lukiy
e.
Muhammad bin Ali
binMuslim bin al Amiri
3.
Kuffah
a.
Ibrahim bin
Abdillah bin Abi Azaim
b.
Abi Bakrin
Abdillah bin Yahya Shalih
4.
Mekkah
a. Ahmad
bin Ibrahim al Kindi
b. Abi
Bakrin Muhammad bin Husain al Ajri
5.
Naisabor
a.
Abi Ahmad Hakim
b.
Husain bin Ali
bin Muhammad at Tamimi
c.
Abi Sa’id al
Husain bin Muhammad bin Ali az Za’faraniy
d.
Abi Abdillah bin
Abdirrahman bin Sahl bin Mukhallad
e. Abi
Bakrin Muhammad bin Ahmad al Mufid
Abu Nu’aim selain mempunyai guru yang banyak,
dalam kitab ini juga meriwayatkan banyaknya murid-murid beliau. Berikut adalah
nama-nama murid yang mengeluarkan hadits dari Abu Nu’aim. Jumlah murid
keseluruhan Abu Nu’aim dalam kitab Musnad Mustakhraj Imam Muslim sebanyak 61,
namun penulis hanya menyebutkan beberapa saja, yakni;[3]
1.
KuSyiyazi Liyaliyzuri al Jiyliy
2.
Abu Ali al Hasan bin Ali bin
Muhammad al Wahsyiyi
3.
Abdullah bin Abdul Jabbar bin Bayya
4.
Abu Sa’id Muhammad bin Ali bin
Muhammad bin Ibrahim
5.
Abu Bakkri bin Ali al Hamdzani adz
Dzakwani
6.
Abu Bakar Ahmad bin Ali al Khathib
al Baghdadiy
7.
Abu Shalih al Muadzzani
8.
Abu Bakrin Muhammad bin Ibrahim al
‘Athar Mustamili Abi Na’aim
9.
Sulaiman bin Ibrahim al Hafidz
10.
Habbatullah bin Muhammad
asy-Syibrawi
11.
Yusuf bin Hasan at Tafakkuriy
12.
Abdus Salam bin Ahmad al Qodhiy
13.
Abu Sa’di Muhammad bin Muhammad al
Matharazi
14.
Muhammad bin Abdullah al Adamiy al
Faqih
15.
Ahmad bin Manshur al Qadhiy
B.
Sistematika
Penulisan Kitab
Kitab Musnad Al-Mustakhroj ‘ala Shahi Imam
Muslim adalah salah satu kitab-kitab Abu Nu’aim yang disusun berdasarkan kitab
iman, kitab fiqih, kitab ibadah. Kitab ini terdiri dari 4 jilid dengan jumlah
hadits keseluruhannya adalah tiga ribu lima ratus enam belas hadits (3.516).
Kitab ini di tahqiq oleh Muhammad Husain Muhammad Husain Isma’il as Syafi’i.
Dari penelitian kitab Musnad Mustakhraj Shahih Muslim, penulis menemukan data
sebegai berikut.
NO
|
JILID
|
JUZ
|
NAMA KITAB
|
JUMLAH
|
|
BAB
|
HADITS
|
||||
1
|
1
|
-
|
مقدمة المسند
|
1
|
57
|
2
|
1
|
1
|
ماذكرفى الكذب على النبي
|
1
|
16
|
3
|
1
|
1-3
|
الايمان
|
91
|
460
|
4
|
1
|
3-4
|
اطهارة
|
63
|
297
|
5
|
2
|
4-8
|
الصلاة
|
227
|
1219
|
6
|
3
|
9
|
الجنائز
|
28
|
144
|
7
|
3
|
9-10
|
الزكاة
|
26
|
215
|
8
|
3
|
10-12
|
الصيام
|
141
|
275
|
9
|
3-4
|
12-14
|
الحج
|
41
|
474
|
10
|
4
|
14
|
حرم مكة و المدينة
|
2
|
76
|
11
|
4
|
14-15
|
النكاة
|
39
|
216
|
12
|
4
|
15
|
الطلاق
|
11
|
66
|
Kitab Musnan Mustakhroj ala Shahih Imam Muslim
ini diawali dengan muqadhimah musnad yakni, berisikan hadits-hadits yang
berjumlah 57 hadits. Jilid pertama dalam juz 1-3 terdapat kitab tentang Iman
yang terdiri dari 91 bab dan 533 Hadits. Pada pertengahan juz 3-4 terdapat
Kitab Thaharah yang terdiri dari 63 bab dan 297 hadits. Pada jilid kedua dalam
juz 4-8 terdapat Kitab Sholat yang terdiri dari 227 bab dan 1219 hadits. Pada
jilid ketiga dalam juz 9 terdapat Kitab Janaiz yang terdiri dari 28 bab dan 144
hadits. Pada jilid ketiga dalam juz 9-10 terdapat Kitab Zakat yang terdiri dari
26 bab dan 215 hadits. Pada jilid tiga dalam juz 10-12 terdapat Kitab Puasa
yang terdiri dari 141 bab dan 275 hadits. Pada jilid pertengahan tiga sampai
empat dalam juz 12-14 terdapat Kitab Haji yang terdiri dari 41 bab dan 474
hadits. Pada jilid empat dalam juz 14 terdapat Kitab Kota Suci Mekkah dan
Madinah yang terdiri dari 2 bab dan 76 hadits. Pada jilid empat dalam juz 14-15
terdapat Kitab Nikah yang terdiri dari 39 bab dan 216 hadits. Pada jilid empat
dalam juz 15 terdapat Kitab Thalaq yang terdiri dari 11 bab dan 66 hadits.
C.
Metode
penulisan Kitab[4]
Al-Mustakhraj adalah suatu kitab hadits yang
ditulis oleh seorang ulama’ dengan mentakhrijkan (menuliskan riwayat)
hadits-hadits yang sudah dibukukan di dalam suatu kitab hadits dengan sanadnya
yang sama tetapi dari jalan yang lain dari pengarang kitab mustakhraj ‘alaih
(yang dimustakhrajkan), lalu periwayatan mereka bertemu pada gurunya (penulis
kitab yang dimustakhrajkan) atau guru yang lebih tinggi, sampai kepada
shahabat. Syaratnya, tidak sampai kepada syaikh dengan jalan yang lebih panjang
sehingga menghilangkan sanad yang menghantarkan kepadanya yang lebih dekat,
kecuali dengan alasan uluw (ketinggian) atau ada ziyadah (tembahan) yang
penting. Bisa jadi Mustakhraj menggugurkan hadits-hadits yang sanadnya yang
tidak memuaskan dan bisa pula menyebutkan hadits-hadits itu dengan jalan
penulis kitab yang dimustakhrajkan. Metode yang digunakan hadits Musnad
Mustakhraj ala Shahih Muslim adalah sebagaiberikut.
1.
Uluwul Isnad
Yakni, metode
takhrij dengan jalan mengetahui rawi hadits dari shabat atau proses penelusuran
hadits yang didasarkan pada pengetahuan akan rawi atau tingkat sahabat.
Dalam metode
ini harus terlebih dahulu mengetahui
sanad hadits tersebut. Dalam pijaknya adalah perawi yang paling tinggi yaitu
sahabat-sahabat Rasulullah atau bisa juga para tabiin.
2.
Menggunakan banyak jalur apabila
terjadi suatu pertentangan dari hadits tersebut.
3.
Menggunakan hadits-hadits yang
tidak dipakai oleh para muhaditsin.
4.
Didasarkan pada lafal-lafal
tertentu
D.
Syarah-syarah
Kitab[5]
Dalah hal ini, penulis belum menemukan
syarah-syarah Kitab Musnad Mustakhroj ala Shahih Imam Muslim. Hanya saja
penulis menemekukan karya-karya kitab Abu Nu’aim lainnya, seperti:
1.
Hilyatul Aualiya
2.
Tarikh ash-Bahan
3.
Ma’rifatus Shahabah (طبع)
4.
Dalailu an Nubuwwah (طبع)
5.
Ulumul Hadits
6.
Al-Mustakhroj ala Bukhori
7.
Al-Mustakhroj ala Muslim al-Ma’ruf
bi Musnad Abu Naim
8.
Shifatul Jannah
9.
Thubbun Nabi Saw Makhthuth
10.
Fadhailu awwail min aminu bi Rasul
11.
Mu’jam asy-Syuyukh wa jam’uhul
Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Yusuf
12.
Al-Mustakhroj ‘ala Kitab li ibnu
Khuzaimah
13.
Al-Mustakhroj ‘ala Kitab Ulumul
Hadits lil Hakim
14.
Fadhailu Shahabah
15.
Ma’rifatus Shahabah
16.
Kitab al-Mu’taqadu
17.
Kitab : Thuruqu Hadits “ان لله تسعة و تسعين اسما”
18.
Fadhila as-Siwak
19.
Kitabul Huda
20.
Kitab Musallasat (اي الاحديث مسلسلة)
21.
Kitab Fadhilul ‘Ilmi
22.
‘Amalul Yauma wa al-Laili
23.
Juz`u Fadhilu Suratu al-Ikhlas
24.
Al-Jaza`u al-Wahtsiyat
25.
Muqtatifatu min al-Bukhari wa
Muslim
E.
Penilaian
Ulama atas Kitab Mustakhroj Imam Muslim[6]
Menurut kitab ini, Abu Nu’aim memiliki
kedudukan yang tinggi diantara para ulama. Beliau adalah ulama yang hafal
banyak hadits dan mampu menjelaskan tingkatan sanad yang tinggi yang tidak ada
tandingannya dan menjadi sandaranbagi penghafal hadits lainnya. Berikut adalah
pendapat-pendapat lainnya.
1.
Abu Muhammad as Samarqandi
Beliau berkata
: saya mendengar Abu Bakar al Khatib berkata: “saya tidak pernah melihat
seseorang yang dijuluki al-Hufadz selain dari dua orang, yaitu Abu Nu’aim al
Ashbahani dan Abu Hazim al ‘Abdawiy”
2.
Ahmad bin Muhammad bin Mardawiyah
Ahmad bin
Muhammad bin Mardawiyah berkata bahwa Abu Nu’aim pada masanya menjadi tempat
tujuan orang-orang (tokoh masyarakat) dan sering di datangi orang-orang
dikarenakan tidak ada diberbagai pelosok bumi orang yang lebih memahami sanad
dan lebih hafal hadits daripada Abu Nu’aim. Beliau adalah penghafal hadits
skala dunia/ internasional. Banyak orang yang berguru pada beliau. Setiap hari
kami selalu melihat salah satu dari mereka membicarakan hadits yang ingin
mereka pahami dan ketika beliau hendak pulang ke rumah, seringkali dibacakan
satu juz hadits kepada beliau di tengah jalan, dan beliaupun tidak melarangnya
sehingga beliau tidak punya waktu makan siang selain untuk menulis dan
mengajar.
3.
Ibnu Najar
Ibnu Najar
mengatakan bahwa Abu Nu’aim adalah mahkota ahli hadits dan salah satu ulama
besar.
4.
Hamzah bin Abbas al Alawi
Menurut hamzah
bin Abbas al Alawiyah bahwa ulama-ulama ahli hadits mengatakan Abu Nu’aim
bertahan atau eksis pada masanya selama 14 tahun tanpa tandingan, tidak
ditemukan di timur dan di barat yang sanadnya lebih tinggi dari beliau dan
lebih kuat hafalannya dri beliau.
5.
Ibnu Jauzi
Menurut Ibnu
Jauzi bahwa Abu Nu’aim mendapatkan banyak hadits dan mengarang banyak hadits
juga. Beliau sanat condong pada mazhab Asy’ari daam teologi. Imam abu
Amdirrahman as salami meriwayatkan hadits dari Abu Nu’aim, padahal beliau
sendiri lebih senior dalam kitab Thabaqatus Sulfiyah. Abu Thahir as Salafi
berkata : “saya mendengar Abul Ala yakni Muhammad bin Abdil Jabar al Qursadi
berkata bahwa ‘saya pernah menghadiri majlis Abu Bakar bin Abu Ali ad
Dzakwaniy, sewaktu saya kecil bersama ayah ketika beliau selesai mengaji beliau
berkata (Barangsiapa yang ingin menghadiri majlis Abu Nu’aim maka brdirilah)
padahal, Abu Nu’aim saat itu sedang dicekal, yang disebabkan adanya perbedaan
madzhb. Pada saat itu terjadi antara asy’ariyah dan Hanadillah. Karena ada
sesuatu yang menyebabkan pindah, serta adanya perbedaan inilah yang
menjadikanadanyatindak pembunuhan.”
F.
Daftar Pustaka
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad bin Abdullah bin
Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih Imam Muslim.
Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah. Juz 1-4
[1]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 9-20
[2]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 10-12
[3]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 12-15
[4]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 3-4
[5]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 17-19
[6]
Imam Hafidz Nu’aim Ahmad
bin Abdullah bin Ahmad bin Ishaq al Ashbahani. Musnad Mustakhraj ‘ala Shahih
Imam Muslim Juz 1. (Beirut : Darul Al Maktab al-ilmiyah). hal. 19-20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar