Kisah Hal-Hal Ghaib Pada Masa Yang Akan Datang
Kandungan Al-qur’an tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan
istilah Qashashul Qur’an (kisah-kisah Al-qur’an). Bahkan ayat-ayat yang
berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara
tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat bahwa Al-qur’an sangat perhatian
terhadap masalah kisah yang memang didalamnya banyak mengandung pelajaran
(ibrah)
Al-Qashashul
Ghuyub Al-Mustaqbilah[1] yaitu
kisah-kisah hal-hal ghaib pada masa yang akan datang yang belum terjadi pada
saat Al-qur’an diturunkan, kemudian kisah-kisah tersebut benar-benar terjadi.
Contoh seperti pada surat al-fath ayat 27 :
ôs)©9 Xy|¹ ª!$# ã&s!qßu $töä9$# Èd,ysø9$$Î/ ( £`è=äzôtGs9 yÉfó¡yJø9$# tP#tysø9$# bÎ) uä!$x© ª!$# úüÏZÏB#uä tûüÉ)Ïk=ptèC öNä3yrâäâ z`ÎÅ_Çs)ãBur w cqèù$srB ( zNÎ=yèsù $tB öNs9 (#qßJn=÷ès? @yèyÚsù `ÏB Èbrß Ï9ºs $[s÷Gsù $·6Ìs% ÇËÐÈ
27. Sesungguhnya
Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan
sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram,
insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan
mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang
tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat[1405].
[1405] Selang beberapa lama sebelum terjadi perdamaian
Hudaibiyah Nabi Muhammad s.a.w. bermimpi bahwa beliau bersama Para sahabatnya
memasuki kota Mekah dan Masjidil Haram dalam Keadaan sebahagian mereka bercukur
rambut dan sebahagian lagi bergunting. Nabi mengatakan bahwa mimpi beliau itu
akan terjadi nanti. kemudian berita ini tersiar di kalangan kaum muslim, orang-orang
munafik, orang-orang Yahudi dan Nasrani. setelah terjadi perdamaian Hudaibiyah
dan kaum muslimin waktu itu tidak sampai memasuki Mekah Maka orang-orang
munafik memperolok-olokkan Nabi dan menyatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan
beliau pasti akan terjadi itu adalah bohong belaka. Maka turunlah ayat ini yang
menyatakan bahwa mimpi Nabi itu pasti akan menjadi kenyataan di tahun yang akan
datang. dan sebelum itu dalam waktu yang dekat Nabi akan menaklukkan kota
Khaibar. andaikata pada tahun terjadinya perdamaian Hudaibiyah itu kaum Muslim
memasuki kota Mekah, Maka dikhawatirkan keselamatan orang-orang yang
Menyembunyikan imannya yang berada dalam kota Mekah waktu itu.
Selain itu
contoh lain disebutkan dalam srat Ar-Ruum ayat 1-4 yqng menjelaskan tentang
kemenangan bangsa Romawi atas Rusia. Yaitu:
“Alif Laamm Miiiim. Telah
dikalahkan bangsa Romawi. Dinegri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam
beberapa tahun (lagi). Bagi Alloh lah urusan sebelum dan sesudah (mereka
menang). Dan dihari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang
yang beriman.”
Asbabun Nuzul
1 Alif laam miim.(QS. 30:1)
الم (1)
Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang
menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami
kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang
Mukmin, lalu turunlah firman-Nya, "Alif lam mim. Telah dikalahkan bangsa
Romawi..." (Q.S. Ar-Rum 1-2) sampai dengan firman-Nya, "...karena
pertolongan Allah." (Q.S. Ar-Rum 5) Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis
yang serupa melalui Ibnu Mas'ud r.a. Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis
melalui Ibnu Syihab yang menceritakan, bahwa telah sampai suatu berita kepada
kami, bahwa orang-orang musyrik mendebat kaum Muslimin yang tinggal di Mekah
sebelum Rasulullah saw. berangkat keluar (ke medan perang Badar). Orang-orang
musyrik itu mengatakan kepada kaum Muslimin Mekah, "Orang-orang Romawi itu
mengakui bahwa mereka adalah ahli kitab, tetapi mereka ternyata dapat
dikalahkan oleh orang-orang Persia yang Majusi. Dan kalian menduga bahwa kalian
akan dapat mengalahkan kami dengan Kitab (Alquran) yang diturunkan kepada Nabi
kalian. Mengapa orang-orang Persia yang beragama Majusi itu dapat mengalahkan
orang-orang Romawi yang ahli Kitab? Maka kami pun pasti akan dapat mengalahkan
kalian sebagaimana orang-orang Persia dapat mengalahkan orang-orang
Romawi." Setelah itu maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Alif lam
mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi..." (Q.S. Ar-Rum 1-2) Ibnu Jarir telah
mengetengahkan pula hadis yang serupa melalui Ikrimah, Yahya Bin Ya'mur dan Qatadah.
Menurut riwayat yang pertama pada hadis yang pertama, yaitu riwayat yang
membaca fathah huruf ghain-nya, sehingga bacaannya menjadi ghalabatir ruumu.
Karena ayat ini diturunkan ketika kaum Muslimin memperoleh kemenangan atas
orang-orang musyrik Mekah dalam medan perang Badar. Menurut qiraat yang kedua
yaitu yang membaca damah huruf ghain-nya, sehingga bacaannya menjadi ghulibatir
ruumu. Dengan demikian maka makna ayat menjadi; bahwa orang-orang Romawi
sesudah mereka mengalami kemenangan atas orang-orang Persia, mereka akan
dikalahkan oleh kaum Muslimin. Penafsiran qiraat ini dimaksud supaya makna ayat
sealur dengan kejadiannya, apabila tidak demikian maka perubahan qiraat ini
tidak mempunyai arti yang besar.
2 Telah dikalahkan bangsa
Rumawi,(QS. 30:2)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ar Ruum 2
غُلِبَتِ الرُّومُ (2)
Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang
menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami
kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang
Mukmin, lalu turunlah firman-Nya, "Alif lam mim. Telah dikalahkan bangsa
Romawi..." (Q.S. Ar-Rum 1-2) sampai dengan firman-Nya, "...karena
pertolongan Allah." (Q.S. Ar-Rum 5) Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis
yang serupa melalui Ibnu Mas'ud r.a.
3 di negeri yang terdekat dan
mereka sesudah dikalahkan itu akan menang,(QS. 30:3)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ar Ruum 3
فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (3)
Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang
menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami
kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang
Mukmin, lalu turunlah firman-Nya, "Alif lam mim. Telah dikalahkan bangsa
Romawi..." (Q.S. Ar-Rum 1-2) sampai dengan firman-Nya, "...karena
pertolongan Allah." (Q.S. Ar-Rum 5) Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis
yang serupa melalui Ibnu Mas'ud r.a.
4 dalam beberapa tahun (lagi).
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari
(kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,(QS.
30:4)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah Ar Ruum 4
فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ
وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4)
Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah hadis melalui Abu Said yang
menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus orang-orang Romawi mengalami
kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu membuat takjub orang-orang
Mukmin, lalu turunlah firman-Nya, "Alif lam mim. Telah dikalahkan bangsa
Romawi..." (Q.S. Ar-Rum 1-2) sampai dengan firman-Nya, "...karena
pertolongan Allah." (Q.S. Ar-Rum 5) Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis
yang serupa melalui Ibnu Mas'ud r.a.
Al-Maidah ayat 67 yang menjelaskan tentang
jaminan Allah terhadap keselamatan Nabi
Muhammad dari orang-orang yang merencanakan penganiayaan terhadap beliau :
yaitu: “Wahai
rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari tuhanmu. Jika tidak
kamu kerjakan, berarti kamu tidak melaksanakan risalahnya. Alloh akan menjaga
kamu dari (penganiayaan) manusia.”
Tafsir [2]
Allah Swt. berfirman seraya berkhitab kepada hamba dan RasulNya —yaitu
Nabi Muhammad Saw.— dengan menyebut kedudukannya sebagai seorang rasul. Allah
memerintahkan kepadanya untuk menyampaikan semua yang diutuskan oleh Allah
melaluinya, dan Rasulullah Saw. telah menjalankan perintah tersebut serta
menunaikannya dengan sempurna. Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan tafsir
ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ismail, dari AsySya'bi, dari Masruq,
dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan, "Barang siapa yang mengatakan bahwa
Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya,
sesungguhnya dia telah berdusta,*' seraya membacakan firmanNya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(AlMaidah: 67). hingga akhir ayat.
Demikianlah bunyi riwayat ini secara ringkas dalam kitab ini. Imam
Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengah kannya di berbagai tempat dalam kitab
Sahih masingmasing secara panjang lebar. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam Kitabul Iman. Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab
tafsir dari kitab Sunnannya telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur, dari
Amir AsySya'bi, dari Masruq ibnul Ajda', dari Siti Aisyah r.a. Di dalam kitab
Sahihain, dari Siti Aisyah r.a. disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Seandainya
Muhammad Saw. menyembunyikan sesuatu dari AlQur'an, niscaya dia akan
menyembunyikan ayat ini," yaitu firmanNya:
sedangkan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedangkan Allahlah yang lebih
berhak untuk kamu takuti. AlIbnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Ahmad ibnu Mansur ArRamadi, telah menceritakan kepada kami Sa'id
ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Harun ibnu Antrah,
dari ayahnya yang menceritakan bahwa ketika i a berada d i hadapan Ibnu Abbas,
tibatiba datanglah seorang lelaki. Kemudian lelaki itu berkata,
"Sesungguhnya banyak orang yang berdatangan kepada kami. Mereka
menceritakan kepada kami bahwa pada kalian terdapat sesuatu yang belum pernah
Rasulullah Saw. jelaskan kepada orang lain." Maka Ibnu Abbas menjawab,
"Bukankah kamu ketahui bahwa Allah Swt. telah berfirman:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(AlMaidah: 67)
Demi Allah, Rasulullah Saw. tidak mewariskan kepada kami (ahlul bait)
sesuatu hal yang disembunyikan.'' Sanad asar ini berpredikat jayyid. Hal yang
sama disebutkan d i dalam kitab Sahih Bukhari melalui riwayat Abu Juhaifah,
yaitu Wahb ibnu Abdullah AsSawai, yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya
kepada Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a., "Apakah di kalangan kalian (ahlul
bait) terdapat sesuatu dari wahyu yang tidak terdapat di dalam AlQur'an?"
Maka Khalifah Ali r.a. menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang menumbuhkan
bijibijian dan yang menciptakan manusia, kecuali hanya pemahaman yang diberi
kan oleh Allah kepada seseorang mengenai AlQur'an dan apa yang terdapat di
dalam lembaran ini." Aku bertanya, "Apakah yang terdapat d i dalam
lembaran ini?" Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a. menjawab, "Masalah
*aqi (diat), mem bebaskan tawanan, dan seorang muslim tidak boleh dihukum mati
karena membunuh seorang kafir." Imam Bukhari mengatakan bahwa AzZuhri
pernah berkata, "Risalah adalah dari Allah, dan Rasul berkewajiban
menyampaikannya, sedangkan kita diwajibkan menerimanya. Umatnya telah menyaksikan
bahwa beliau Saw. telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanat Tuhannya,
serta menyampaikan kepada mereka dalam perayaan yang paling besar melalui khotbahnya, yaitu pada haji wada'. Saat itu di
tempat tersebut terdapat kurang tebih empat puluh ribu orang dari kalangan
sahabatsahabatnya." Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Jabir
ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam khotbah haji wada'nya:
Hai manusia, sesungguhnya kalian akan ditanyai mengenai diriku, maka
apakah yang akan kalian katakan?
Mereka menjawab, "Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan
risalah dan menyampaikan amanat serta menasihati umat." Maka Rasulullah Saw.
mengangkat jari telunjuknya k e langit, lalu menun jukkannya kepada mereka
seraya bersabda:
YaAllah, apakah aku telah menyampaikan?
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah
menceritakan kepada kami Fudail (yakni ibnu Gazwan), dari Ikrimah, dari Ibnu
Abbas yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam haji wada',
"Hai manusia, hari apakah sekarang?" Mereka menjawab, "Hari yang
suci." Rasulullah Saw. bersabda, "Negeri apakah ini?" Mereka
menjawab, "Negeri (kota) yang suci." Rasulullah Saw. bertanya,
"Bulan apakah sekarang?" Mereka menjawab, "Bulan suci."
Maka Rasulullah Saw. bersabda:
Maka sesungguhnya harta kalian, darah kalian, dan kehormatan kalian
diharamkan atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian seknrrmo ini di
np.oi>ri kalian ini dan dalam hutan kalian ini Rasulullah Saw. mengulangi
ucapan ini berkalikali, lalu mengangkat telunjuknya ke (arah) langit dan
bersabda:
Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan?
Ucapan ini diulangnya berkalikali. Ibnu Abbas mengatakan, "Demi
Allah, hal ini merupakan wasiat yang beliau tunjukkan kepada Tuhannya, yakni
beliau Saw. menitipkan umatnya kepada Allah Swt." Kemudian Rasulullah Saw.
bersabda:
Ingatlah, hendaklah orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang
tidak hadir. Janganlah kalian kembali menjadi kufur sesudahku, sebagian dari
kalian memukul leher sebagian yang lainnya.
Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Ali ibnul Madini, dari Yahya ibnu
Sa'id, dari Fudail ibnu Gazwan dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Firman Allah Swt.:
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak menyampaikan amanatNya. (AlMaidah: 67)
Yakni jika engkau tidak menyampaikannya kepada manusia apa yang telah
Aku perintahkan untuk menyampaikannya, berarti engkau tidak menyampaikan
risalah yang dipercayakan Allah kepadamu. Dengan kata lain dapat disebutkan
bahwa telah diketahui konsekuensi hal tersebut seandainya terjadi.
Yaitu jika engkau sembunyikan barang suatu ayat yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu, berarti engkau tidak menyampaikan risatah Nya. Ibnu Abu Hatim
mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada
kami Qubaihah ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan,dari seorang
lakilaki, dari Mujahid yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firmanNya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
(AlMaidah: 67)
Nabi Muhammad berkata, "Ya Tuhanku, apakah yang harus aku perbuat,
sedangkan aku sendirian, tentu mereka akan mengeroyokku." Maka tu runlah
firmanNya:
Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu
tidak menyampaikan amanatNya. (AlMaidah: 67)
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Sufyan AsSauri dengan sanad
yang sama. Firman Allah Swt.:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
Yakni sampaikanlah olehmu risalahKu, dan Aku akan memeliharamu,
menolongmu, dan mendukungmu serta memenangkanmu atas mereka.
568 Ju2 6AlMaidah
tiada seorang pun dari mereka dapat menyentuhmu dengan keburukan yang
menyakitkanmu. Sebelum ayat ini diturunkan, Nabi Saw. selalu dikawal. Seperti
yang disebutkan oleh Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah
menceritakan kepada kami Yahya yang mengatakan bahwa i a pernah mendengar
Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi'ah menceritakan, "Siti Aisyah pernah
bercerita bahwa d i suatu malam Rasulullah Saw. begadang, sedangkan Siti Aisyah
r.a. berada di sisinya. Siti Aisyah bertanya, 'Apakah gerangan yang membuatmu
gelisah, wahai Rasulullah Saw.?' Maka Rasulullah bersabda:
Miidahmudahan ada seorang lelaki saleh dari sahabatku yang mau
menjagaku malam ini'."
Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, "Ketika kami berdua dalam keadaan
demikian, tibatiba aku (Siti Aisyah) mendengar suara senjata, maka Rasulullah
Saw. bertanya, 'Siapakah orang ini?' Seseorang menjawab, 'Saya Sa'd ibdu
Malik.' Rasulullah Saw. bertanya, 'Apa yang sedang kamu lakukan?' Sa'd
menjawab, 'Aku datang untuk menjagamu, wahai Rasulullah'.'' Siti Aisyah
melanjutkan kisahnya, "Tidak lama kemudian aku mendengar suara tidur
Rasulullah Saw." Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui
jalur Yahya ibnu Sa'id AlAnsari dengan lafaz yang sama. Menurut suatu lafaz,
Rasulullah Saw. begadang d i suatu malam, yaitu setibanya di Madinah sesudah
hijrahnya dan sesudah mencampuri Siti Aisyah r.a. Hal ini terjadi pada tahun
dua Hijriah. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim
ibnu Marzuq AlBasri yang tinggal di Mesir, telah menceritakan kepada kami
Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami AlHaris ibnu Ubaid (yakni
Abu Qudamah), dari AlJariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Siti Aisyah yang
menceritakan bahwa Nabi Saw. selalu dikawal dan dijaga sebelum ayat ini
diturunkan, yaitu firmanNya:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
Tafsir Ibnu Kasir 569
Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Rasulullah Saw.
mengeluarkan kepala dari kemahnya dan bersabda:
Hai manusia, bubarlah kalian, sesungguhnya Allah Swt. telah menjaga diri
kami *."
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui Abdu ibnu
Humaid dan Nasr ibnu Ali AlJahdami, keduanya dari Muslim ibnu Ibrahim dengan
sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Juga
telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya
melalui jalur Muslim ibnu Ibrahim dengan sanad yang sama, kemudian Imam Hakim
mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim)
tidak mengetengahkannya. Telah diriwayatkan pula oleh Sa'id ibnu Mansur, dari
AlHaris ibnu Ubaid Abu Qudamah AlAyadi, dari AlJariri, dari Abdullah ibnu
Syaqiq, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan,
sebagian dari mereka ada yang meriwayatkan hadis ini dari AlJariri, dari Ibnu
Syaqiq yang telah menceritakan bahwa pada mulanya Nabi Saw. selalu dikawal
sebelum ayat ini diturunkan. Tetapi di dalam riwayat ini tidak disebutkan nama
Siti Aisyah. Menurut hemat kami, demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dari jalur Ismail ibnu Ulayyah; dan Ibnu Murdawaih melalui jalur Wuhaib,
keduanya dari AlJariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq secara murso/. Hadis ini
telah diriwayatkan secara mursal melalui Sa'id ibnu Jubair dan Muhammad ibnu
Ka'b AlQurazi. Keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. ArRabi' ibnu Anas, dan
ibnu Murdawaih. Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sulaiman Ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Rasyidin
AlMasri, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdus Salam AsSadfi,
telah menceritakan kepada kami AlFadl ibnul Mukhtai, dari Abdullah ibnu
Mauhib, dari Ismah ibnu Malik AlKatmi yang menceritakan bahwa kami selalu
mengawal Rasulullah Saw. di malam
570 Juz 6AlMaidah
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
Setelah ayat ini diturunkan, pengawalan pun dibubarkan. Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami
Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ahmad Abu Nasr AlKatib AlBagdadi, telah menceritakan
kepada kami Kardus ibnu Muhammad AlWasiti, telah menceritakan kepada kami
Ya'la ibnu Abdur Rahman, dari Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyyah. dari Abu Sa'id
Alkhudri yang menceritakan bahwa Al Abbas —paman Rasulullah Saw.—tennasuk
salah seorang yang ikut mengawal Nabi Saw. Setelah ayat ini diturunkan, ya itu
firmanNya:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
maka Rasulullah Saw. meninggalkan penjagaan, yakni tidak mau dikawal
lagi. Telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Hamid AlMadini, telah
menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sa'id, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Mufaddal ibnu Ibrahim AlAsy'ari, telah menceritakan
kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mu'awiyah ibnu
Ammar, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar Abuz
Zubair AlMakki menceritakan hadis berikut dari Jabir ibnu Abdullah yang
mengatakan bahwa dahulu apabila Rasulullah Saw. keluar, maka Abu Talib
mengirimkan seseorang untuk menjaganya, hingga turun firmanNya: •'jagaan Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMatdah: 67)
Setelah ayat ini diturunkan dan Abu Talib mengutus seseorang untuk
menjaga Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. bersabda:
Tafsir Ibnu Kasir 571
Hai paman, sesungguhnya Allah telah menjaga diriku (dari gangguan
manusia), maka sekarang aku tidak memerlukan lagi penjaga (pengawal pribadi)
yang engkau kirimkan.
Hadis ini garib, dan di dalamnya terdapat hal yang tidak dapat diterima,
mengingat ayat ini adalah Madaniyah: sedangkan pengertian hadis menunjukkan
kejadiannya berlangsung dalam periode Makkiyyah. Sulaiman ibnu Ahmad
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim,
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada
kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdul Majid AlHammani, dari
AnNadr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa dahulu
Rasulullah Saw. selalu dikawal. Abu Taliblah yang selalu mengirimkan beberapa
orang lelaki dari kalangan Bani Hasyim untuk mengawal dan menjaga Nabi Saw.
setiap harinya hingga turun kepada Nabi Saw. firman Allah Swt. yang mengatakan:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
(AlMaidah: 67)
Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu paman Nabi Saw. bermaksud
mengirimkan orangorang untuk mengawal Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda:
'Sesungguhnya Allah telah memelihara diriku dari (gangguan) jin
572 Juze-AI-Maldah
ImamTabrani meriwayatkannya dari Ya'qub ibnu Gailan AlAmman i. dari Abu
Kuraib dengan sanad yang sama. Hadis ini pun berpredikat garib, karena pendapat
yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini adalah Madaniyah, bahkan ayat
ini termasuk salah satu dari ayatayat yang paling akhir diturunkan oleh Allah
Swt. Termasuk pemeliharaan Allah Swt. kepada RasulNya ialah Allah menjaga
Rasulullah Saw. dari perlakuan jahat penduduk Mekah, para pemimpinnya,
orangorangnya yang dengki dan yang menentang beliau, serta para hartawannya
yang selalu memusuhi dan membenci beliau, selalu memeranginya siang dan malam.
Allah memelihara diri Nabi Saw. dari ulah jahat mereka dengan berbagai sarana
yang diciptakan olehNya melalui kekuasaan dan kebijaksanaanNya yang besar.
Pada permulaan masa risalah Nabi Saw., Allah memelihara beliau melalui
pamannya, yaitu AbuTalib; mengingat AbuTalib adalah seorang pemimpin yang besar
lagi ditaati d i kalangan orangorang Quraisy. Allah menciptakan rasa cinta
secara naluri kepada Rasulullah Saw. di dalam kalbu AbuTalib, tetapi bukan
cinta secara syar'L Seandainya AbuTalib adalah orang yang telah masuk Islam,
niscaya orangorang kafir dan para pembesar Mekah berani mengganggu Nabi Saw.
Akan tetapi, karena antara Abu Talib dan mereka terjalin kekufuran yang sama,
maka mereka menghormati dan segan kepadanya. Setelah paman Nabi Saw. —yaitu
AbuTalib— meninggal dunia, orangorang musyrik baru dapat menimpakan sedikit
gangguan yang menyakitkan terhadap diri Nabi Saw. Tetapi tidak lama kemudian
Allah membentuk kaum Ansar yang menolongnya; mereka oerbaiat kepadanya untuk
Islam serta meminta kepada beliau agar pindah ke negeri mereka, yaitu Madinah.
Setelah Nabi Saw. tiba d i Madinah, maka orangorang Ansar membela Nabi Saw.
dari gangguan dan serangan segala bangsa. Setiap kali seseorang dari kaum
musyrik dan kaum Ahli Kitab melancarkan tipu muslihat jahat terhadap diri
beliau Saw., maka Allah menangkal tipu daya mereka dan mengembalikan tipu
muslihat itu kepada perenca nanya sendiri. Orang Yahudi pemah melancarkan tipu
muslihat terhadap diri Nabi Saw. melalui sihirnya, tetapi Allah memelihara diri
Nabi Saw. dari keja
Tafsir Ibnu Kasir 573
hatan sihir mereka, dan diturunkanNya kepada Nabi Saw. dua surat
mu'awwizah sebagai obat untuk menangkal penyakit itu. Dan ketika seorang Yahudi
meracuni masakan kaki (kikil) kambing yang mereka kirimkan kepadanya di
Khaibar, Allah memberitahukan hal itu kepada Nabi Saw. dan memelihara diri Nabi
Saw. dari racun tersebut. Halhal seperti itu banyak sekali terjadi, kisahnya
panjang bila dituturkan; antara lain ialah apa yang disebutkan oleh ulama
tafsir dalam pembahasan ayat ini. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepada kami AlHaris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah
mencerita kan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b AIQurazi dan
lainlainnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila turun di suatu
tempat, maka para sahabatnya memilihkan buatnya sebuah pohon yang rindang, lalu
beliau Saw. merebahkan diri beristirahat di bawahnya. Dan ketika beliau Saw.
dalam keadaan demikian, datanglah seorang lelaki Arab Badui, lalu mencabut
pedangnya, kemudian ber kata "Siapakah yang melindungi dirimu
dariku?" Nabi Saw. menjawab, "Allah Swt." Maka tangan orang
Badui itu gemetar sehingga pedang terjatuh dari tangannya, lalu kepala orang
Badui itu dipukulkan ke pohon hingga pecah dan otaknya berhamburan. Kemudian
Allah Swt. menurun kan ftrmanNya:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id
Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id AlQattan. telah menceritakan kepada
kami Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah
menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Jabir ibnu Abdullah AlAnsari yang
menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw. berperang melawan Bani Anmar, beliau
turun istirahat di Zatur Riqa\ yaitu di daerah Nakhl yang tinggi. Ketika beliau
sedang duduk d i pinggir sebuah sumur seraya menjulurkan kedua kakinya (ke
dalam sumur itu), berkatalah AlHaris dari kalangan Bani "IMniinr " A
k u hftnar-hpnnr aWan mpmhiiniih M u h a m m a d " tf»mn
temannya berkata kepadanya, "Bagaimanakah cara kamu membunuh
dia?" AlHaris berkata, "Aku akan katakan kepadanya, 'Berikanlah
pedangmu kepadaku* Apabila dia telah memberikan pedangnya kepada ku, maka aku
akan membunuhnya dengan pedang itu. * AlHaris datang kepada Nabi Saw. dan berkata,
"Hai Muhammad, berikanlah pedangmu kepadaku, aku akan melihatlihatnya
dengan menghunusnya." Maka Nabi Saw. memberikan pedangnya kepada Al
Haris. Tetapi setelah AlHaris menerimanya dan menghunusnya, tiba tiba tangan
AlHaris gemetar hingga pedang itu terjatuh dari tangannya. Maka Rasulullah
Saw. bersabda:
Allah menghalanghalangi antara kamu dan apa yang kamu inginkan.
Lalu Allah Swt. menurunkan firmanNya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanatNya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
(AlMaidah: 67)
Bila ditinjau dari segi konteksnya, hadis ini berpredikat garib. Kisah
Gauras ibnul Haris ini terkenal di dalam kitab Sahih. Abu Bakar ibnu Murdawaih
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Ahmad ibnu Muhammad
ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab, telah
men ceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu
Salamah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang
menceritakan: Bila kami menemani Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, kami
mencarikan sebuah pohon yang paling besar dan paling rindang untuknya, lalu
beliau turun istirahat di bawahnya. Pada suatu hari beliau Saw. turun di bawah
sebuah pohon, kemudian beliau gantungkan pedangnya pada pohon tersebut. Lalu
datanglah seorang lelaki dan mengambil pedang itu, kemudian lelaki itu berkata,
"Hai Muhammad, siapakah yang akan melindungimu dariku?" Nabi Saw.
bersabda:
Allahlah yang akan melindungiku darimu. Sekarang letakkanlah pedang
itu, maka seketika itu juga dia langsung meletakkan pedangnya
Maka Allah Swt. menurunkan firmanNya:
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (AlMaidah: 67)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Hatim ibnu Hibban di dalam
kitab&a/iifcnya, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Ishaq Ibnu Ibrahim,
dari AlMuammal ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far,
telah menceritakan kepada kami Syu'bah; ia pernah mendengar Aba Israil —yakni
AlJusyami— mengatakan bahwa ia pemah mendengar Ja'dah —yakni Ibnu Khalid ibnus
Summah Al Jusyami r.a. —menceritakan hadis berikut, bahwa ia pernah mendengar
sebuah kisah mengenai Nabi Saw. Ketika beliau Saw. melihat seorang lelaki yang
gemuk, Nabi Saw. menunjuk ke arah perutnya dan bersabda:
Seandainya ini bukan di bagian ini, niscaya lebih baik darimu
Pernah pula didatangkan kepada Nabi Saw. seorang lelaki lain, lalu
dikatakan kepada Nabi Saw. bahwa orang ini bermaksud membunuhnya Maka Nabi Saw.
bersabda:
576 Juz 6 AlMaidah
Jangan takut, seandainya kamu bermaksud melakukan niatmu itu, Allah
tidak akan membiarkanmu dapat menguasai diriku.
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang yang kafir.
(AlMaidah: 67)
Yakni sampaikanlah (risalah ini) olehmu, dan Allahlah yang akan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya dan Dia akan menyesatkan siapa yang
dikehendakiNya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat
lainnya, yaitu firman Allah Swt.:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allahlah
yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendakiNya. (AlBaqarah:
272)
karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja sedang kan Kamilah
yang menghisab amalan mereka. (ArRa'd: 40)
563-564 Juz6AIMaldah
Hubungan Kisah dengan Hajat Hidup Manusia
Kisah dalam Al-Qur’an mempunyai multifungsi, selain berisi
pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah tauhid, dan
sekaligus menentramkan jiwa, bahkan dapat pula kisah itu berfungsi sebagai
penghibur jiwa dan pelipur lara, terutama bila berhadapan dengan tantangan yang
keras dari umat dan penolakan mereka. Peristiwa yang sangat mengecewakan serupa
itu tak usah menjadikan kita bersedih hati apalagi berputus asa sebab nabi-nabi
di masa silam juga menghadapi hal serupa, bahkan lebih sadis dan lebih brutal.
Jadi dengan adanya kisah para Nabi itu maka kita terasa terhibur, karena bila
dibandingkan dengan apa yang dihadapi para nabi di masa silam itu, maka yang
kita hadapi masih jauh lebih ringan. Dengan demikian jelaslah bahwa kisah-kisah
dalam Al-Qur’an betul-betul bertalian dengan kebutuhan hidup umat manusia di
dunia ini. Selain itu jika kisah yang dikarang oleh manusia lebih banyak
menunjukkan segi hiburan daripada pelajaran, maka akisah-kisah dalam Al-Qur’an
sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan dan dakwah daripada
tujuan-tujuan lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar