TEOLOGI GUNUNG DALAM AL-QUR’AN:
Refleksi atas Rencana Eksplorasi “Fracking” Panas Bumi di
Gunung Ciremai Kuningan Jawa Barat
Oleh:
Fuad Faizi
Nailu Farh
Hilda Nurfuadah
Pendahuluan
Masyarakat Kuningan dan sekitarnya sekarang sedang
dihebohkan dengan adanya rencana eksplorasi panas bumi di wilayah gunung
Ciremai. Kehebohan itu muncul dikarenakan kekhawatiran mereka atas potensi
dampak yang akan ditimbulkan oleh eksplorasi itu. Dampak itu tentu akan
mengancam kehidupan mereka. Kekhawatiran masyarakat Kuningan itu bukan tanpa
dasar. Sekarang ini di Amerika (US) saja sedang terjadi perdebatan hebat
tentang dampak destruktif dari eksplorasi gas panas bumi. Dalam sejarah
Amerika, tidak ada perdebatan sehebat isu ini.
Memang tidak ada satu orang pun yang menyanggah kebenaran
bahwa energi gas panas bumi adalah energi yang ramah lingkungan dan bisa
diperbaharui. Permasalahan tentang panas bumi itu muncul lebih disebabkan oleh
cara atau teknik yang dipakai dalam mengeksplorasi energi panas bumi. Teknik
ini biasa disebut dengan “fracking” atau “hydraulic fracturing.”
Teknik fracking ini adalah satu-satunya cara yang ada untuk
mengeksplorasi energi panas bumi saat ini. Fracking adalah suatu teknik untuk
melakukan eksplorasi panas bumi dengan cara menginjeksikan jutaan galon air yang
dicampur dengan bahan-bahan kimia ke lapisan serpihan tanah yang menyimpan
energi gas panas bumi guna untuk meledakkan lapisan itu supaya retak sehingga
energi panas bumi bisa terlepas dan kemudian bisa ditambang. Dikarenakan adanya
ledakan lapisan bawah tanah itu, gempa minor merupakan dampak yang tidak bisa
dielakkan dari proses penambangan gas panas bumi.
Di Indonesia, isu tentang dampak panas bumi ini memang belum
begitu banyak diketahui dan diperbincangkan oleh banyak orang. Di Amerika, isu
mengenai dampak destruktif teknik fracking panas bumi semakin menguat
sejak munculnya satu film dokumenter yang dibuat oleh seorang jurnalis bernama Josh
Fox yang berjudul “Gasland” pada 2010. Film ini berdurasi kurang
lebih 2 jam dan bisa ditonton secara gratis di youtube. Film ini mengungkap
dampak fracking terhadap pencemaran sumber-sumber mata air yang ada di
sekitar titik pengeboran yang ada di negara-negara bagian Amerika, terutama
negara yang ada di wilayah Marcellus Shale. Dalam film ini diperlihatkan
bagaimana air-air itu tercemar oleh bahan-bahan kimia yang diinjeksikan ke
dalam tanah dan oleh gas dari panas bumi itu sendiri. Bahkan, air kran warga
sekitar bisa menyala ketika disulut dengan korek api. Ketika sudah tercemar
akan sulit sekali untuk mempurifikasinya karena pencemaran itu telah masuk ke
lapisan aquifer sehingga tidak mungkin untuk bisa mengembalikannya
seperti semula karena ia telah menyebar ke mana-mana.
Film dokumenter ini kemudian diikuti dengan sekuel
keduanya yang berjudul “Gasland part II” yang dirilis pada 2013 dan
menjadi salah satu nominasi dalam piala Oscar pada kategori film dokumenter. Di
film kedua ini, Josh Fox mengungkap lebih jauh dampak destruktif fracking
selain dari pencemaran sumber mata air, yaitu mulai dari pencemaran dari ratusan
truk untuk mengangkut air, pelepasan super green house gases yang
berkontribusi pada perubahan iklim sampai retaknya rumah-rumah yang ada di
sekitar pengeboran yang diakibatkan oleh gempa minor akibat dari fracking.
Film Josh Fox di atas hanya merupakan salah satu contoh
yang menunjukkan dampak destruktif dari fracking panas bumi. Masih
banyak film-film dokumenter lain[1] dan
perdebatan publik[2]
yang bisa dilihat secara gratis berkaitan dengan dampak negatif fracking
di youtube.
Sementara itu, untuk melihat aksi-aksi penolakan di benua
Amerika dan Eropa yang semakin hari semakin menguat juga bisa dilihat secara
mudah. Silahkan ketik “ban fracking” di Google lalu klik gambar, maka
anda akan terkejut melihat gambar-gambar yang menunjukkan aksi-aksi turun ke
jalan oleh banyak orang menuntut pemerintah mereka agar menghentikan fracking.
Dikarenakan aksi-aksi penolakan itu, akhirnya banyak negara-negara bagian
Amerika dan Eropa yang memutuskan untuk menghentikan atau memoratorium
ekplorasi panas bumi.[3]
Ironisnya, pada Agustus 2014, di tengah gelombang penghentian eksplorasi panas
bumi di berbagai penjuru dunia, pemerintah Indonesia justru baru saja
mengesahkan Undang-undang (UU) Panas Bumi dalam rangka mempermudah proses eksplorasi
fracking panas bumi, bahkan di wilayah hutan-hutan konservasi. Di
Kuningan, rencana eksplorasi gas panas bumi itu memang akan dilakukan salah
satunya pada wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Pada tahun 2004, wilayah gunung Ciremai ditetapkan
sebagai wilayah konservasi Taman Nasional. Penetapan wilayah konservasi itu
bukan tanpa kontroversi. Banyak para petani yang hidup di sekitar lereng gunung
Ciremai dipaksa untuk turun gunung karena mereka tidak diperbolehkan lagi untuk
melakukan aktivitas apapun di dalam wilayah konservasi itu, mulai dari bertani,
memburu babi hutan, sampai mencari kayu bakar. Padahal, sebelum TNGC, wilayah
itu merupakan lahan-lahan petani untuk bertani meskipun sebagian petani
melakukannya dengan cara tumpang sari di lahan-lahan perhutani lewat program
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Waktu itu, PHBM di gunung Ciremai
tercatat sebagai wilayah percontohan yang sukses. Layaknya pendekar, para
petani itu mau tidak mau harus turun gunung dan kehilangan pekerjaannya karena dilarang
menggarap lahan-lahan yang dulu menjadi garapan mereka. Ironisnya, setelah para
pendekar-pendekar pertanian itu terusir dari lahan garapan mereka pada 2004,
tiba-tiba pada tahun 2011 wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah kerja
pertambangan panas bumi.
Perlu diketahui bahwa gunung Ciremai merupakan salah satu
gunung berapi yang masih aktif yang ada
di wilayah Jawa Barat Indonesia. Terakhir kali Ciremai meletus pada tahun 1937.
Status sebagai gunung berapi yang masih aktif inilah yang membuat kekhawatiran
para penduduk lereng gunung Ciremai semakin bertambah. Sebuah gunung berapi
yang masih aktif dan telah lama tidak menyemburkan lava pijarnya, tiba-tiba
harus dilakukan pengeboran di bawahnya untuk kemudian diretakkan
lapisan-lapisan bawah tanahnya yang menyimpan gas panas bumi itu. Ketakutan
bahwa aktivitas itu akan memicu gempa yang lebih besar sehingga bisa memicu
aktivitas gunung Ciremai untuk meletus lagi menjadi sesuatu yang tak
terelakkan. Berangkat dari kekhawatiran ini, tulisan ini berusaha untuk
menyelami kembali bagaimana Al-Quran, sebagai salah satu kitab suci agama Islam
yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, mendeskripsikan dan memaknai gunung
(jibal) dalam ayat-ayat sucinya. Dengan pemahaman tentang bagaimana
Al-Qur’an mendeskripsikan makna gunung itu diharapkan akan bisa menjadi bahan
renungan bersama bagaimana seharusnya kita menyikapai rencana eksplorasi panas
bumi di gunung Ciremai.
Makna dan Fungsi Gunung dalam Al-Qur’an
Al-Quran salah satunya banyak menjelaskan tentang alam semesta.
Alam semesta merupakkan sebuah bukti kebesaran dan nikmat Allah. Karena
penciptaan alam semesta sebagai bentuk adanya Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Allah
telah menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya. Salah satu isi yang
dimaksud itu adalah gunung.
Al-Quran menyebut gunung dengan dua perkataan bahasa
arab, yaitu (1) jibal atau jabal dan (2) rawasi. Kata jibal
disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 23 kali. Sedangkan kata jabal
disebutkan sebanyak 6 kali, dan kata rawasi sebanyak 10 kali.[4]
Gunung merupakan sebuah bukit tinggi. Terciptanya suatu
gunung dikarenakan adanya suatu pergerakan bumi dan tumbukan tanah serta
lempengan-lempengan bumi yang membentuk kerak bumi. Berkaitan dengan tujuan
penciptaannya, ada beberapa fungsi dan makna gunung yang diterangkan dalam
Al-Quran sebagai berikut:
1.
Penyalur Pembuangan Panas Bumi
Hal ini terdapat dalam surah al-Qashash ayat 29 yang
berbunyi:
فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ
الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي
آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
“Maka tatkala Musa Telah menyelesaikan waktu yang
ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng
gunung[1119] ia Berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini),
Sesungguhnya Aku melihat api, Mudah-mudahan Aku dapat membawa suatu berita
kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat
menghangatkan badan."
[1119] setelah Musa a.s. menyelesaikan
perjanjian dengan Syu'aib a.s. ia berangkat dengan keluarganya dengan sejumlah
kambing yang diberi mertuanya. Pada suatu malam yang sangat gelap dan dingin
Musa a.s. tiba di suatu tempat tetapi setiap beliau menghidupkan api, api itu
tidak mau menyala. Hal itu sangat mengherankan Musa, maka ia Berkata kepada
Istrinya sebagai tersebut dalam ayat 29 tersebut.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Musa disuatu malam
menemukan sumber api untuk menghangatkan badan keluarga dan beberapa kambingnya
dari sebuah lereng gunung. Seringkali kita melihat ketika gunung akan meletus,
ia akan mengeluarkan lahar panas, atau bagi seorang pendaki akan mampu melihat
adanya kawah panas pada lereng gunung. Sumber panas inilah yang berasal dari
dasar bumi. Panas bumi yang berlebihan ini dapat tersalurkan sehingga gunung berfungsi sebagai penyalur pembuangan panas bumi secara
alamiah.
2.
Penyubur Tanah
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا
فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍۚ تَبْصِرَةً وَذِكْرَىٰ لِكُلِّ عَبْدٍ
مُنِيبٍ
“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya
gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang
indah dipandang mata. untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba
yang kembali (mengingat Allah).”[5]
وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي
خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ
يَشْكُرُونَ
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh
merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi
orang-orang yang bersyukur.”[6]
Magma yang keluar dari dalam perut bumi mengandung
mineral dan unsur hara yang menyuburkan tanah. Dengan adanya gunung berapi, daerah
yang ada di sekitarnya menjadi subur. Ketika kita menilik daerah-daerah
pegunungan, tanah disana sangat lah subur dan, oleh karena itu, daerah itu
tepat untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Kesuburan itu merupakan
karunia Allah swt yang harus dijaga dan dipergunakan untuk kemaslahatan umum.
Karunia itu terwujud dalam keberadaan gunung-gunung yang memberikan dampak
positif terhadap kesuburan tanah di wilayah sekitarnya ketika ia hanya meletus
jika diperlukan saja (secara alamiah). Namun, ketika intensitas letusan itu
sudah tidak alamiah (karena perbuatan manusia) atau terlalu sering maka ia
justru menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan manusia yang tergantung
pada keberadaannya. Ketika manusia yang ada di sekitarnya terancam berarti
mereka tidak akan bisa lagi memanfaatkan kesuburan tanahnya yang merupakan
karunia yang seharusnya menjadi nilai lebih yang harus diolah untuk kemaslahatan
masyarakat seara umum. Ketika masyarakat di sekitarnya tidak bisa lagi
memanfaatkan kesuburan tanahnya berarti itu telah mengancam sumber kehidupan
dan kebutuhan pangan masyarakat.
3.
Sumber (Mata) Air Tawar
وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ شَامِخَاتٍ وَأَسْقَيْنَاكُمْ مَاءً فُرَاتًا
“Dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi,
dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?”[7]
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ
يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ
السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ
وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ ۖ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
“Tidaklah kamu
melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti)
gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.”[8]
Ayat di atas menjelaskan
salah satu fungsi penting gunung, yaitu sebagai penyedia air tawar bagi kehidupan manusia terutama
lewat sumber mata air yang lazim ditemui di daerah pegunungan. Sebagai penyedia
sumber mata air tawar, gunung seharusnya dijaga kelestariannya agar ia tetap
bisa menyediakan sumber mata air yang bersih bagi kehidupan manusia yang ada di
sekitarnya. Merusaknya atau mencemarinya berarti mengancam keberlangsungan kehidupan
yang ada di sekitarnya. Tidak hanya mengancam kebutuhan air minum, tetapi juga
kebutuhan pengairan untuk sawah-sawah atau lahan-lahan pertanian yang ada di
sekitarnya.
Selain itu, ketika air
tawar dari gunung itu tercemar, maka ia akan mencemari lahan-lahan pertanian
yang ada di sekitarnya. Ketika ia telah mencemari lahan-lahan pertanian itu berarti
ia telah juga mencemari makanan (beras, sayur, buah dst) bagi kebutuhan
konsumsi hidup manusia. Jadi menjaga kemurnian dan kelestarian mata air itu
adalah sama dengan menjaga kehidupan ini. Menjaga kehidupan ini tidak sebatas hanya
untuk kita, tetapi juga untuk anak cucu kita kelak yang juga berhak atas air
yang dikaruniakan Allah (melalui adanya gunung-gunung itu) kepada seluruh
generasi manusia. Dan, kalau kita membiarkan atau tinggal diam terhadap segala
aktivitas yang bisa mengancam keberlangsungan sumber mata air tawar itu,
berarti kita telah mentelantarkan karunia Allah. Tidak hanya itu, sebagai
akibatnya, kita juga berarti telah membiarkan anak cucu kita kelak menderita
karena kesulitan dan pencemaran air (bersih).
4.
Sumber Makanan
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا
وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً
لِلسَّائِلِينَ
“Dan dia menciptakan di
bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.”[9]
الْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا
وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍۚ
“Dan Kami hamparkan bumi
itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan
padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.”[10]
Dalam ayat di atas digambarkan
bahwa gunung merupakan wilayah yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Maka, seharusnya wilayah
itu harus diperuntukkan untuk potensi terbesarnya, yaitu bercocok tanam agar
maksimal, bukan untuk kepentingan lain yang justru sebenarnya mengancam
keberlangsungan aktivitas bercocok tanam yang dilakukan oleh orang-orang yang
tinggal di wilayah pegunungan itu. Ketika mereka tidak bisa bercocok tanam lagi
berarti mereka telah kehilangan sumber penghidupan dan pekerjaan mereka. Ketika
mereka tidak bisa bekerja dengan bercocok tanam lagi berarti kita juga telah membiarkan
sumber penghasil makanan bagi manusia sekitarnya hilang.
5.
Pemisah Dua Laut
أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ
قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ
بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ
“Atau siapakah yang
telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai
di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya
dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut[1103]? Apakah disamping Allah ada
tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”[11]
[1103]. Yang dimaksud dua
laut di sini ialah laut yang asin dan sungai yang besar bermuara ke laut.
Sungai yang tawar itu setelah sampai di muara tidak langsung menjadi asin.
Dalam ayat di atas diterangkan bahwa gunung merupakan
pemisah antara dua laut. Dua laut yang dimaksud adalah pemisah antara kawasan
air tawar dan air laut. Air yang bersumber dari gunung adalah air tawar yang
kemudian mengalir ke dataran yang lebih rendah sampai akhirnya ke laut dan
menjadi air asin. Hal ini menggambarkan bahwa gunung merupakan elemen penting
bagi penyedia air tawar bagi kebutuhan minum manusia. Tidak bisa dibayangkan
jika air tawar yang bersumber dari gunung itu telah tercemari, maka pencemaran
itu akan menyebar ke mana-mana, terutama ke kawasan dataran rendah yang ada di
sekitarnya, bahkan akan sampai ke laut.
Kalau sudah sampai ke laut, maka ia menjadi lebih tidak
terkontrol lagi. Apalagi, tidak jauh dari kaki gunung Ciremai adalah wilayah
pantai utara (Pantura) yang di sekitarnya terbentang lautan. Perlu diingat
bahwa ketika lapisan aquifer yang ada tepat di bawah gunung itu sudah
tercemar lalu air yang tercemar itu akan keluar melalui sumber-sumber mata air
yang ada di gunung itu, maka bisa dipastikan manusia yang mengandalkan air dari
gunung itu akan mengalami krisis air bersih. Dan, ketika mata air itu sudah
tercemar, maka mustahil kita bisa memulihkannya kembali atau membendung
penyebaran pencemaran itu. Sebagai manusia, selayaknya kita harus menjaga
fungsi gunung sebagai penyedia air tawar/minum seperti yang difirmankan Allah.
6. Pasak Bumi dan Penahan Goncangan
Gunung dalam al-Quran salah satunya digambarkan memiliki fungsi
sebagai Pasak. Allah berfirman dalam surah an-Naba ayat 7:
“Dan gunung-gunung sebagai pasak.”[12]
Pasak disini dapat diartikan seperti tiang yang
menguatkan sebuah rumah. Gunung dapat
diumpamakan sebagai sebuah paku yang ditancapkan pada bumi sehingga menjadikannya
berdiri kokoh dan mencegah berubahnya bumi menjadi sebuah tempat yang tidak
nyaman bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Allah SWT berfirman:
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini
gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan
telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka
mendapat petunjuk.”[13]
“Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi
supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai
dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk”.[14]
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ
رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ ۚ
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ
كَرِيمٍ
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya
dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak
menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis
binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya
segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”[15]
Dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa fungsi gunung adalah
sebagai penguat agar bumi tidak mengalami goncangan terus menerus. Jadi, gunung
merupakan elemen penting bagi kehidupan ini karena dengan adanya gunung itu
kehidupan bisa berjalan tanpa ada goncangan terus menerus. Meskipun
kadang-kadang gunung bergoncang atau meletus, itu bersifat alamiah saja dan tidak
terjadi secara terus menerus. Oleh karena itu seharusnya manusia harus menjaga
semaksimal mungkin agar gunung tetap berfungsi sebagaimana seharusnya, yaitu sebagai
pengokoh agar tidak berguncang terus menerus, dan bukan malah melakukan
aktivitas yang bisa menimbulkan guncangan (gempa) di wilayah gunung itu,
misalnya eksplorasi fracking panas bumi yang menimbulkan gempa-gempa
minor. Gempa-gempa minor itu bahkan bisa jadi akan menjadi pemicu gempa yang
lebih besar yang menggoyahkan fungsi gunung itu. Jadi, aktivitas-aktivitas yang
justru memicu goncangan (baik kecil maupun besar) tidak seharusnya dilakukan di
wilayah gunung karena itu telah menyalahi kodrat alamiah dari penciptaan gunung,
yaitu sebagai pasak dan penahan goncangan.
Gunung, Goncangan dan Hari Kiamat
يَوْمَ تَرْجُفُ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيبًا
مَهِيلًا
“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan
menjadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang berterbangan.”[16]
Dalam menerangkan kejadian hari Kiamat,[17]
Al-Quran seringkali mengaitkannya dengan adanya goncangan yang maha dahsyat
yang disertai dengan hancurnya bumi dan gunung-gunung. Jadi, hari Kiamat akan
diwarnai dengan goncangan yang dikaitkan dengan bumi dan gunung. Sumber
goncangan itu bisa jadi berasal dari bumi dan gunung karena dua hal itu memang
bisa menjadi sumber goncangan. Goncangan yang bersumber dari bumi dan gunung
itu sering kita temui dalam bentuk gempa tektonik dan vulkanik.
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangannya (yang dahsyat).”[18]
“Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang
dikandung) nya.”[19]
Ayat dari surat Az-Zalzalah di atas memberikan pemahaman tentang
kejadian hari kiamat ketika bumi ini mengeluarkan beban berat yang ada di dalamnya.
Beban ini bisa dipahami secara (1) tekstualis maupun secara (2) teologis. Secara
tekstual, bumi mengeluarkan beban yang dikandungnya karena bumi yang kokoh ini telah
rusak atau secara perlahan telah dirusak sehingga menjadikan bumi ini rapuh
(tidak kokoh). Karena bumi semakin rapuh maka bumi pun tidak bisa lagi menjaga
apa yang ada didalamnya. Sementara itu, secara teologis, beban itu bisa
diartikan dengan dosa, yaitu bumi mengeluarkan dosa-dosa[20] dari perbuatan-perbuatan
manusia yang membuat alam ini semakin tidak seimbang dikarenakan eksploitasi berlebihan
yang dilakukan manusia. Dosa-dosa dari manusia yang tidak mengindahkan
peringatan dari Tuhan itu telah merusak bumi. Para manusia “berdosa” itu telah
melampaui batas dalam mengeksploitasi bumi ini sehingga bumi tidak mampu lagi
bertahan.
Ayat-ayat di atas sebenarnya memberikan peringatan kepada
manusia untuk tidak merusak bumi dan mengeksploitasi gunung jika tidak ingin
kiamat akan dipercepat. Allah telah menunjukkan goncangan dan gunung sebagai
tanda hari kiamat ini merupakan bentuk kecintaan Allah terhadap manusia, yaitu
memberikan isyarat kepada manusia untuk selalu menjaga nikmat (gunung) yang
dikaruniakan-NYA dengan cara tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang justru
membuat gunung dan bumi bergoncang. Jika kita tidak bersyukur terhadap nikmat
itu, bisa jadi pembiaran terhadap aktivitas-aktivitas yang menyebabkan
goncangan terus menerus pada gunung dan bumi itu bisa berakhir dengan hari Kiamat.
Wallahu A’lam.
Kesimpulan
Hasil perenungan terhadap ayat-ayat di atas menegaskan
kepada kita agar selalu menjaga nikmat-nikmat yang dikaruniakan Allah swt.
Diantara nikmat-nikmat itu adalah nikmat dikaruniakannya gunung bagi
keberlangsungan hidup manusia. Bahkan, seperti digambarkan Al-Quran, kehidupan
bumi ini mustahil ada tanpa adanya gunung-gunung yang memiliki berbagai makna
dan fungsi penting bagi keberlangsungan hidup manusia di dunia ini. Oleh karena
itu, seharusnya kita menjaga nikmat itu dengan menggunakannya sesuai dengan
makna dan fungsinya yang tersurat dalam Al-Quran. Selain itu, seharusnya kita
tidak melakukan pembiaran terhadap aktivitas-aktivitas yang justru mengancam
makna dan fungsi utama dari gunung itu bagi keberlangsungan kehidupan manusia,
yaitu salah satunya adalah aktivitas fracking yang jelas sekali telah
menyalahi kodrat alamiah dari penciptaan gunung dalam Al-Quran. Selain
pencemaran sumber mata air, fracking terbukti telah meyebabkan gempa
minor terus menerus.[21] Belajar
dari apa yang telah terbukti di Amerika dan Eropa, seharusnya kita tidak
mengulangi kesalahan yang terjadi negara-negara itu. Kita harus menjaga nikmat
gunung itu agar berfungsi sesuai dengan apa yang dideskripsikan oleh Allah swt
dalam Al-Quran.
Referensi:
Al-Maraghi, Syekh Ahmad Mustofa (1985) Terjemah
Tafsir Al-Maraghi. Yogyakarta: Sumber Ilmu
Depag. RI. (1989) Al- Qur’an Terjemah.
Jakarta: Gema Risalah Press.
Munawwir, Warson (1997) Kamus Al Munawwir.
Surabaya: Pustaka Progressif.
Pranggono, Bambang. 2008. Mukjizat Sains dalam Al Quran: Menggali Inspirasi Ilmiah. Bandung: Ide Islami.
Rahman Fazlur (2007) Ensiklopedi Ilmu dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap
Isyrat-isyarat Ilmiyah. Terj. Taufik Rahman. Bandung: Mizan Pustaka.
Shihab, M. Quraish (2000) Tafsir Al Mishbah.
Jakarta: Lentera Hati.
[1] Misalnya, ketik saja di youtube
film yang berjudul “Fracking Hell.”
[2] Misalnya, ketik saja di youtube
“No Fracking Way: The Natural Gas Boom is Doing More Harm Than Good” yang
merupakan rekaman perdebatan para ahli mengenai dampak fracking di salah satu
stasiun televisi di Amerika.
[3] Untuk mengetahui daftar
negara-negara di dunia yang melarang atau memoratorium fracking gas
panas bumi bisa dilihat di http://keeptapwatersafe.org/global-bans-on-fracking/
[4] M.
Quraish Shihab (2000) Tafsir al Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
[5] Al-Qaff: 7-8
[6] Al-A’raf: 58
[8] An-Nur: 43
[9] Fusilat: 10
[10] Al- Qaaf: 7
[11] An-Naml: 61
[12] An-Naba: 7
[13] Al-Anbiyya’: 31
[14] An-Nahl: 15
[15] Luqman: 10
[16] Al-Muzammil: 14
[17] Ayat-ayat yang lain yang
menerangkan tentang hari Kiamat bisa dilihat di Lihat surah Az-Zilzal: 1-2,
Al-Hajj: 1, Al-Waqi’ah: 4, Al-Muzammil: 14, Al-Insyiqaq: 4, Al-Haqqah: 14,
Al-Fajr: 21, At-Takwir: 6, Al-Infithar: 3, Al-Kahfi: 47, An-Nahl: 88, Ath-Thur:
10, Al-Takwir; 2, Al-Ma’arij: 9, dan Al-Qari’ah: 5
[18] Az-Zalzalah: 1
[19] Az-Zalzalah: 2
[21] Lihat bukti dan kesaksian dalam
film Gasland part II pada menit 01.14 - 01.17.