Minggu, 01 Maret 2015

Proses penciptaan Manusia


Disusun Oleh : Nailu Farh, Neni Nuraeni, & Leli Sobali


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan paling sempurna. Manusia memiliki panca indra yang baik, organ tubuh yang lengkap, terlebih lagi akal yang menjadi pembeda diantara makhluk yang lain. Allah menciptakan manusia di dunia memiliki maksud dan tujuan tersendiri. Manuisa dijadikan sebagai khalifah di muka bumi, seperti yang terdapat dalam quran surat al Baqarah ayat 30. Selain itu manusia juga diciptakan Allah untuk beribadah, seperti dalam surat Az Zariyat ayat 56.
Terlepas dari tujuan dan maksud diciptakannya manusia di muka bumi, terdapat proses bagaimana manusia itu diciptakan. Banyak penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teori-teori mengenai penciptaan manusia. Salah satunya teori yang sering kita dengarkan, yakni teori evolusi oleh Charles Darwin.
Makalah ini akan menjelaskan tentang berbagai hal, seperti tentang bagaimana proses penciptaan manusia. Di dalam al-qur'an dijelaskan tentang proses penciptaan manusia. Proses penciptaan manusia kini telah di buktikan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melalui tafsir al Qur'an kita dapat memahami proses penciptaan manusia sesuai dengan ayat-ayat al Qur'an dan dapat dibuktikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Sehingga ada keterkaitan antara ayat al Quran dengan ilmu pengetahuan dalam hal proses penciptaan manusia.

B.     Rumusan Permasaalahan
     Berdasarkan latar belakang di atas, timbulah rumusan permasalahan di bawah ini:
1. Bagaimanakah definisi manusia menurut al-Quran ?
2. Bagaimanakah proses penciptaan manusia menurut al-Quran ?

C.    Tujuan Penulisan
       Berdasarkan rumusan permasalahan di atas memiliki tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui definisi manusia menurut al-Quran
2.      Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut al-Quran

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Manusia
Di dalam al-Quran terdapat beberapa istilah kunci (key term) yang meskipun mengacu pada pengertian manusia, tetapi memiliki makna signifikan yang berbeda-beda. Istilah-istilah kunci itu adalah Basyar, Insan, al-Nas, Anam, Ibn Adam.[1] Namun yang akan dibahas hanya tiga yakni Basyar, Insan dan An-Nas. Agar terhindar dari kerancuan semantik, perlu difahami dalam konteks apa manusia disebut basyar, dan dalam konteks apa manusia disebut insan, serta dalam konteks apa pula manusia disebut An-nas.
1. Basyar
Kata basyar disebut dalam Al-Quran 35 kali dikaitkan dengan manusia dan 25 kali[2] dihubungkan dengan nabi-rasul. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis. Salah satunya pada surah Yusuf : 31 :

“Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepadanya (keelokan rupanya) dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia (basyar). Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia  ” (QS.Yusuf : 31)
Ayat ini menceritakan wanita-wanita pembesar Mesir yang diundang Zulaikha dalam suatu pertemuan yang takjub ketika melihat ketampanan Yusuf as. Konteks ayat ini tidak memandang Yusuf as dari segi moralitas atau intelektualitasnya, melainkan pada perawakannya yang tampan dan penampilannya yang mempesona yang tidak lain adalah masalah biologis.
Pada ayat lain juga manusia disebut dengan kata basyar dalam konteks sebagai makhluk biologis yaitu pada ayat yang menceritakan jawaban Maryam (perawan) kepada malaikat yang datang padanya membawa pesan Tuhan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak :
.....
“Maryam berkata: Tuhanku, bagaimana mungkin aku mempunyai anak padahal aku tidak pernah disentuh manusia (basyar)(QS.Ali Imran : 47)
Maryam berkata demikian sebab dia tahu bahwa yang dapat menyentuh (hubungan seksual) itu hanya manusia dalam arti makhluk biologis, dan anak adalah buah dari hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan . Nalar Maryam tidak menerima, bagaimana mungkin dia akan punya anak padahal dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki.
Penolakan orang-orang kafir untuk beriman, juga karena pandangan mereka terhadap seorang rasul yang hanya pada sisi biologisnya saja. Yakni  sebagai manusia yang sama seperti mereka yang makan, minum, jalan-jalan di pasar, dan melakukan aktifitas lainnya. Mereka tidak mempertimbangkan aspek lain dari seorang rasul seperti kapasitas, moralitas, kredibilitas kepribadiannya, dan akseptabilitas di mata umatnya. Karena itu Allah SWT menyuruh Rasulullah saw untuk menegaskan bahwa secara biologis ia memang seperti manusia biasa, tetapi memiliki perbedaan dari yang lain yaitu penunjukan langsung dari Tuhan untuk menyampaikan risalah-Nya. Dan dari sisi inilah Rasulullah menjadi manusia luar biasa.
  “Katakanlah (Muhammad kepada mereka bahwa) aku ini manusia biasa (basyar) seperti kamu. Hanya saja aku diberi wahyu” (QS.Al-Kahfi : 110)
Beberapa ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa konsep basyar selalu dihubungkan dengan sifat-sifat ketubuhan (biologis) manusia yang mempunyai bentuk/ postur tubuh, mengalami pertumbuhan dan perkembangan jasmani, makan, minum, melakukan hubungan seksual, bercinta, berjalan-jalan di pasar, dan lain-lain. Dengan kata lain, basyar dipakai untuk menunjuk dimensi alamiah yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya.
2.      Al-Insan
Kata al-insan disebut sebanyak 65 kali [3] dalam Al-Quran. Hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan kata insan, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk istimewa, secara moral maupun spiritual. Keistimewaan  itu tidak dimiliki oleh makhluk lain. Jalaludin Rahmat memberi penjabaran al-insan secara luas pada tiga kategori. Pertama, al-insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah dan pemikul amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan predisposisi negatif yang inheren dan laten pada diri manusia. Ketiga, al-insan disebut dalam hubungannya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua konteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.[4]
3.   An-Nas
Konsep al-Nas mengacu pada manusia sebagi makhluk sosial. Manusia dalam arti al-nas paling banyak disebut al-Quran yaitu sebanyak 240 kali[5]. Salah satunya    adalah :
  
“Wahai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal”(QS.al-Hujurat : 13)

B.     Proses Penciptaan Manusia
Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Berikut ini ayat-ayat al-Quran yang menyebutkan tentang penciptaan manusia:
  
Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S An-Nahl [16] : 4)
“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya - sedang Dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?” (Q.S Al Kahfi [18] : 37)
 
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S Al Hajj [22] : 5)
  
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S Al Mu`minun [23] : 13)
 
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.” (Q.S Fatir [35] : 11)


Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! (Q.S Yaasin [36] : 77)


“Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (Q.S Al Mu`min [40] : 67)
“Dari air mani, apabila dipancarkan.” (Q.S An Najm [53] : 46)
 
“Bukankah Dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), (Q.S al Qiyaamah [75] : 37)
 
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.” (Q.S al Insan [76] : 2

“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.” (Q.S ‘Abasa [80] : 19)
Periode turunya al-Quran menurut Noeldeke[6] :
1.      Periode Mekkah awal
‘Abasa
An-Najm
Al-Qiyaamah
2.      Periode Mekkah Tengah
Al Mu`minun
Al Insan
Al-Kahfi
3.      Periode Mekkah Akhir
An-Nahl
Al-Mu`min
Fathir
4.      Periode Madinah
Al-Hajj
Adapun proses penciptaan manusia dijelaskan Allah SWT dalam alquran melalui beberapa fase atau tahapan. Salah satunya pada QS. Al-Mu’minun : 12-14 : 

(12) Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (13)Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (14) Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Berdasarkan ayat di atas manusia diciptakan dengan tahap-tahap:
1.    ‘Sulalah min thin’ (saripati tanah)
Saripati tanah yang dimaksud adalah suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi darah, kemudian diproses hingga akhirnya menjadi sperma. Fase ini disebut juga sebagai fase ‘turab’ (tanah). Sebagaimana terdapat dalam Quran Surat Al-Hajj : 5
 
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

2.     ‘Nuthfah’ (air mani).
Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Dalam tafsir Al Misbah[7], yang dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu.
  1. ‘Alaqah’ (segumpal darah).
Kata ‘alaqah ( علقه ) terambil dari kata alaqa sesuatu yang membeku, tergantung atau berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang bergantung di diding rahim.[8]
  1.  ‘Mudghah’ (segumpal daging).
Dalam ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot dalam ilmu biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhanya.[9]
5.      ‘Idzam (tulang atau kerangka).
Pada fase ini embrio mengalami perkembangan dari bentuk sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau tulang.
6.      Kisa al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau otot).
Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat sel tulang


7.      Insya  (mewujudkan makhluk lain).
Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang menjadikan manusia memiliki potensi yang sangat besar sehingga dapat melanjutkan evolusinya hingga mencapai kesempurnaan makhluk.
Dan ini menguatkan bahwa Alqur'an benar-benar dari Allah Subhanahu Wata'ala. Adapun para Ulama tafsir terdahulu, tafsir mereka tentang ayat ini berbeda-beda.Ini diringkas oleh Imam al-Qurtubi rahimahullah, beliau menjelaskan:" Orang – orang berbeda pendapat tentang arti "Kholqon akhor ( makhluk yang berbentuk lain )"
Ibnu Abbas, as-Sya'bi, Abul 'Aliyah, ad-Dhahhaq dan Ibnu Zaid rahimahumullah berpendapat : "yaitu peniupan ruh kadalam janin yang sebelumnya adalah benda mati". Riwayat lain dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu :"yaitu keluarnya janin kedunia". Qotadah rahimahullah berpendapat :" yaitu beda tumbuh rambutnya" Ad-Dhahhaq rahimahullah dalam riwayat lain berpendapat :" Keluarnya gigi dan tumbuhnya rambut"
Mujahid rahimahullah berpendapat :"Sempurna masa mudanya" dan ini diriwayatkan dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhu. Tapi yang benar bahwa maksudnya adalah umum untuk ini dan itu, baik berfikir memahami, berlatih, belajar smpai dia mati"[10]

Setelah ketujuh fase di atas terlewati, timbul tiga tahap selanjutnya. Pada tahapan ini bayi mulai mnegalami perkembangan dalam Rahim Ibu. Berikut ini tahapan-tahapan perkembangannya yang dicantumkan dalam QS. Az-Zumar ayat 6, yang berbunyi:
   
Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan[1306]. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Sebagaimana akan dipahami ayat ini menunjukan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga tahapan yang berbeda. Benar, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio dalam bayi terjadi dalam tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu. Misalnya, dalam buku basic human embryology sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut : “kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan ” : Pre-Embrionik, dua setengah minggu pertama; embrionik, sampai akhir minggu edelapan ; dan Fetus / janin, dari minggu kedelapan sampai kelahiran. Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan bayi. Ringkasnya, ciri-ciri utama tahap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut :[11]
1.      Tahap Pre-embrionik
Pada tahap perama zigot tumbuh membesar melalui pembelahan seldan terbentuklahsegumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin besar, sel-sel penyusunya pun mengatur diri sendiri guna mebentuk tiga lapisan.
2.      Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini, bayi disebut sebagai embrio. Pada tahap ini organ dan sistim tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel tersebut.
3.      Tahap Fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya bayi disebut sebagai fetus. Tahap ini dimulai sejak kehamilan minggu kedelapan hngga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah bahwa fetus sudah menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang hanya 3 cm, kesemua organnya sudah jelas. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga mingu kelahiran.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Manusia dalam al-Quran dikenal dengan istilah basyar, al-Insan, dan an-Nas. Kata basyar pada keseluruhan ayat tersebut memberikan referensi kepada manusia sebagai makhluk biologis. Kemudian kata al-Insan hampir semua ayat yang menyebut manusia dengan kata tersebut, konteksnya selalu menampilkan manusia sebagai makhluk istimewa, secara moral maupun spiritual. Adapun Konsep al-Nas mengacu pada manusia sebagi makhluk sosial. Dalam proses penciptaannya al-Quran menyebutkan dalam beberapa tahap mulai dari air mani, kemudian berubah menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian mengalami tahapan pembentukan tulang, dan akhirnya terbentuklah janin. Pada tahapan janin di rahim Ibu ini terus mengalami perkembangan pula sampai proses kelahiran.




DAFTAR PUSTAKA


Amal , Taufik Adnan, 2011, “Rekonstruksi  Sejarah Al-Quran, Jakarta : Devisi Muslim DemokratiS.

Baqi , Muhammad Fuad Abdul, Mu’jam mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub

Kamus al-Munawwir  Indonesia-Arab
Musaddad, Ja'far   M            akalah   Manusia dalam Perspektif al Quran”.htm diunduh 23 februari 2015 pukul 14:00

Al-Qurtubi, dalam Tafsir Al-Qurtubi, hlm 108 juz 12
Shihab , M. Quraish, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati : 2002).  vol 9
Seha , Sampo,  Manusia dalam Al-quran Menurut Persfektif Filsafat Manusia”, (Al Fikr : UIN Alauddin Makasar, 2010),  vol. 14,

Yahya, Harun, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002),



[1] Kamus al-Munawwir  Indonesia-Arab
[2] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 199
[3] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 93
[4] Ja'far Musaddad   MAKALAH   MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN.htm diunduh 23 februari 2015 pukul 14:00
[5] Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mu’jam mufahras lialfadzil Qur’an, Mesir: Darul Kutub hal 726
[6] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi  Sejarah Al-Quran, Jakarta : Devisi Muslim Demokratis, 2011 ,hal. 130-134
[7]Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati : 2002).  vol 9 hal. 13 dan 167
[8] Sampo Seha,  Manusia dalam Al-quran Menurut Persfektif Filsafat Manusia”, (Al Fikr : UIN Alauddin Makasar, 2010),  vol. 14, hal. 404
[9] Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002), hal. 106
[10] Al-Qurtubi, dalam Tafsir Al-Qurtubi, hlm 108 juz 12
[11] Harun Yahya, Al-Quran dan Sains, (Bandung: Dzikra, 2002), hal. 108-109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post