Senin, 02 Juni 2014

Asbabun Nuzul Al-Quran

I.    Pendahuluan
A.    Latar belakang
    Al-Qur’an adalah kitab suci agama islam yang pada satu sisi melahirkan berbagai ilmu pengetahuan, dan di sisi lain Al-qur’an juga membutuhkan ilmu pengetahuan yang di hasilkan dari padanya untuk memahami Al-qur’an itu sendiri. Dari Al-qur’an seseorang dapat menggali teori-teori ilmu pengetahuan dalam bidang apapun yang ditekuni, dan pada saat bersamaan, setiap orang yang ingin memahami Al-qur’an juga harus mengenali dan menggunakan ilmu-ilmu yang di lahirkan dari Al-qur’an itu. Demkian dengan Asbab An-Nuzul itu ilmu yang di lahirkan dari Al-qur’an, yang di butuhkan untuk memahami dan menguraikan Al-qur’an. Ilmu pengetahuan tersebut sangat membantu bagi para ilmuan yang hendak menafsirkan Al-qur’an.
            Proses turunnya Al-qur’an kepada Nabi dengan cara tanjim dimaksudkan untuk lebih di sesuaikan dengan keadaan dan peristiwa yang berhubungan dengan turunnya ayat-ayat Al-qur’an itu sendiri supaya di fahami dan di hayati oleh orang-orang yang menerimanya. Pada intinya latar belakang dan situasi penurunan Al-qur’an itu mendorong ahli ilmu-ilmu Al-qur’an untuk melakukan penalaran terhadap Al-qur’an dan merangkainya menjadi teori keilmuan yang dikenal dengan ilmu Asbab An-Nuzul.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dan macam-macam dari Asbab An-Nuzul?
2.      Bagaimana bentuk ungkapan Asbab An-Nuzul suatu ayat ?
3.      Bagaimana Signifikasi Asbab An-Nuzul untuk menjelaskan suatu ayat Al-qur’an ?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dan macam-macam dari Asbab An-Nuzul?
2.      Mengetahui bentuk ungkapan Asbab An-Nuzul suatu ayat ?
3.      Mengetahui Signifikasi Asbab An-Nuzul untuk menjelaskan suatu ayat Al-qur’an ?

II.    Pembahasan       
A.    Pengertian Asbab An-Nuzul
Asbab an-nuzul terdiri dari dua kata, yaitu Asbab yang merupakan bentuk jama’ dari sabab artinya sebab-sebab atau beberapa sebab atau beberapa latar belakang. An-nuzul artinya turun. Jadi secara harfiyah Asbab An-Nuzul artinya sebab-sebab latar belakang yang membuat turun.[1]
Az-Zarqani mengartikan Asbab An-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya dengan turunnya ayat Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi. [2]
Menurut Mana’ Al-Qathan Asbab An-nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebaban turunnya Al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan. Kendati memiliki redaksi yang berbeda-beda, disimpulkan bahwa Asbab An-nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian-kejadian tersebut.[3]
Tidak semua ayat memiliki Asbab An-nuzul, tetapi ayat yang tidak memiliki Asbab An-Nuzul tidak berarti bahwa ayat-ayat itu turun secara tiba-tiba tanpa ada kaitannya dengan fenomena masyarakat. Setiap ayat yang turun kepada Nabi, pada hakikatnya merupakan respon Allah terhadap kondisi masyarakat dunia pada masa itu yang tergambar dalam sistem masyarakat Arab. Misalnya ayat-ayat tentang akidah, merespon sikap masyarakat yang mengabaikan akal sehat dengan menyembah berhala. Fenomena keseharian masyarakat sebagai individu, anggota keluarga, masyarakat dan kepemimpinan merupakan latar belakang membuat turunnya ayat Al-qur’an untuk menjawab fenomena tersebut. [4]


B.     Macam-macam Asbab An-Nuzul[5]
1.      Redaksi-Redaksi dalam Riwayat Asbab An-Nuzul
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-Nuzul, yaitu Sharih artinya riwayat yang sudah jelas menyatakan Asbab An-Nuzul. Redaksi yang digunakan termasuk kedalam Sharih Adalah: “sebab turun ayat ini adalah.” Kemudian yang kedua menggunakan redaksi yang Muhtamilah (kemungkinan). Adapun redaksi yang digunakan termasuk Muhtamilah apabila perawi mengatakan: “Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan” atau “ayat ini turun berkenaan dengan.”
2.   Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat atau Bebilangnya Ayat untuk Asbab An-Nuzul
a.       Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat (Ta’addud As-Sabab wa Nazil Al-Wahid)
Pada realitanya, tidak setiap ayat memiliki riwayat Asbab An-Nuzul dalam satu versi. Ada kalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbab An-nuzul. Untuk mengatai variasi riwayat Asbab An-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan beberapa cara berikut:
1)      Tidak mempermasalahkannya, cara ini biasanya ditempuh apabila riwayat-riwayat Asbab An-Nuzul menggunakan redaksi Muhtamilah (kemungkinan/tidak pasti). Karena setiap variasi yang muncul itu hanya sebagai tafsir belaka, bukan sebagai Asbab An-Nuzul.
2)      Mengambil Versi Riwayat Asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi Sharih, cara ini digunakan apabila salah satu versi riwayat Asbab An-Nuzul itu tidak menggunakan redaksi Sharih (pasti).
3)      Mengambil versi riwayat yang shahih (valid), cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu menggunakan redaksi Sharih tetapi kualitas salah satunya tidak shahih. 
3.      Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud wa As-Sabab Al-Wahid)
Terkadang suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih. Hal ini dalam ‘Ulum Al-Qur’an disebut dengan istilah “Ta’addud Nazil Wa As-Sabab al-Wahid” (terbilang ayat yang turun, sedangkan seba turunnya satu).
C.    Bentuk Ungkapan Asbab An-Nuzul
Asbabun nuzul itu mempunyai dua bentuk yaitu :
1.      Bentuk peristiwa atau kejadian, misalnya terjadi suatu peristiwa di kalangan sahabat kemudian turun ayat untuk merespon kejadian tersebut sehingga dapat di selesaikan.
2.      Bentuk pertanyaan, maksudnya baik pertanyaan yang muncul dari kalangan sahabat atau orang kafir, yang di tunjukan kepada Nabi kemudian turun ayat untuk menjawab pertanyaan itu. Asbabun nuzul dalam bentuk pertanyaan dapat di kategorikan kepada tiga macam, yaitu pertanyaan yang berkaitan dengan masa lalu yang terdapat dalam QS. Al-Kahfi : 83, masa yang berlangsung terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 222 dan masa yang akan dating terdapat dalam QS. Al-A’raf : 187.
Mufassir membagi bentuk asbabun nuzul kedalam tiga macam:
1.      Perdebatan ( jadal ) yaitu perdebatan antara sesame umat islam atau umat islam dengan orang kafir, seperti perdebatan antara sahabat dengan orang Yahudi yang menyebabkan turunnya ayat :
ان اول بيت وضع للناس للذي ببكة
“ Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia adalah Baitullah yang ada di Makkah.” (QS. Ali ‘Imran : 96 )
2.      Kesalahan, yaitu peristiwa yang merupakan perbuatan salah yang dilakukan oleh sahabat kemudian turun ayat untuk meluruskan kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi, maka turunlah ayat:
يايها الذ ين ءامنوا لا تقربوا الصلوة وانتم سكرى
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu dekati shalat padahal kamu sedang mabuk.” ( QS. An-Nisa : 43 )
3.      Harapan dan Keinginan, seperti turunnya ayat:
قد نرى تقلب وجهك في السماء فلنو لينك قبلة ترضها فول وجهك شطر المسجد الحرام وحيث ما كنتم فولوا وجوهكم شطره
“ Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke langit. Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah : 144) [6]
Untuk menentukan peristiwa yang menjadi asbabun nuzul suatu ayat, uangkapan-ungkapan di atas perlu menjadi pertimbangan dan pehatian seorang mufassir. Artinya, seorang mufassir dalam mencari Asbab An-Nuzul suatu ayat hendaklah merujuk kepada peristiwa yang mengandung ungkapan yang dapat di pastikan sebagai Asbab An-Nuzul.[7]
D.    Signifikasi Asbab An-Nuzul

Sebagian kalangan berprasangka bahwa tidak ada gunanya mendalami dan mempelajari asbab alnuzul karena tidak lebih dari catataan tentang turunnya Al-Qur’an atau sekitar sejarahnya saja, dan ini jelas dugaan yang keliru. Dampaknya dalam berbagai penafsiran Al-Qur’an timbul banyak kecurangan, ada yang meninggalkan asbab al-nuzul dan menafsirkan Al-Qur’an berdasar pada kata-­kata saja, atau dengan ilmu-ilmu tertentu. Al-Wahidi dan para ulama lainnya menolak anggapan ini. Bahkan al-Wahidi mengatakan bahwa tidak mungkin mengetahui tafsir ayat dan arah tujuannya tanpa mengetahui sejarah dan penjelasan turunnya.[8]


Adapun fungsi-fungsi Asbab An-Nuzul menurut al-Zarqani adalah : [9]

1.      Mengetahui hikmah yang terkandung dalam hukum yang disyari’atkan oleh agama.
2.      Membantu memahami ayat dan menghilangkan kesulitan yang mungkin timbul.
3.      Menghindari kesan adanya pembatasan secara mutlak dalam suatu ayat.
4.      Mengkhususkan hukum dengan sebabnya, menurut pandangan orang yang mengatakan yang jadi pegangan adalah kekhususan sebab bukan umumnya lafadz.
5.      Untuk mengetahui bahwa ketentuan ayat tetap berlaku bagi orang yang menjadi latar belakang turunnya, meskipun ayat itu ada pentakhsisnya.
6.      Mengetahui secara pasti orang yang menjadi latar belakang turunnya ayat, sehingga tidak keliru dengan orang lain dan salah sangkapun dapat terhindari.
7.      Memudahkan menghafal dan memahami wahyu serta memantapkan di dalam dada orang yang mendengar ayat, jika ia mengetahui asbab al-nuzulnya.
Dalam penggunaan kaidah di atas, para ulama memberikan argumen, yaitu ;
1.      Hanya kata-kata yang digunakan Syari’ (Allah dan RasulNya) sajalah yang menjadi hujjah dan dalil, bukan pernyataan dan sebab nuzulnya kata-kata itu.
2.      Pada dasarnya kata-kata itu harus diartikan menurut arti yang bisa langsung dimengerti dari kata-kata itu, selama tidak ada sesuatu yang mengalihkan dari arti itu. Kata-kata yang terdapat dalam al-Qur’an tidak ada yang membelokkannya dari arti umumnya, karenanya harus tetap diartikan menurut arti umumnya itu.
3.      Para sahabat dan para mujtahid di sepanjang masa dan di segala tempat hanya berpegang pada keumuman kata-kata, tanpa menggunakan qiyas atau dalil lainnya.[10]
Kalau kita berangkat dari asbab al-nuzul dalam arti `am, maka semua ayat ada asbab al-nuzulnya. Kalau istilah Fazlur Rahman disebut, harus dipahami “konteks historis” setiap memahami dan menafsirkannya. Dengan demikian masa Nabi itu sudah merupakan miniatur dari kehidupan di alam semesta ini, sedangkan kalau kita melihat dari pengertian asbab al-nuzulnya. Di samping itu pula, pengetahuan asbab al-nuzul dalam penafsiran al-Qur’an bagaimanapun besar artinya, bahkan ada sebagian ayat yang secara mutlak harus mengetahui asbab al-nuzulnya.

III.    Penutup
Kesimpulan
Mempelajari atau memahami segala sesuatu yang berhubungan dengan Al-Qur'an dan pemaknaannya, tentu pengetahuan kita akan Asbab An-Nuzul adalah hal yang penting kalau tidak dikatakan sebuah keniscayaan dalam memulai langkah kita menggali dan mengupas demi tujuan memahami serta mengerti berbagai Tafsir Al-Qur'an. Sebagai modal dan panduan utama kita untuk menerapkannya di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
IV.       Daftar Pustaka
-          Rosihon, Anwar. 2008. Ulumul Qur’an. Bandung. Pustaka Setia.
-          Muhammad Amin Suma.2004. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an 3. Jakarta. Pustaka Firdaus.
-          Kadar M. Yusuf. 2009. Studi Al-Qur’an. Jakarta. Amzah.
-          Supiana. M. Karman. 2002. Ulumul Qur’an. Bandung. Pustaka Islamika
-          Wahidi. 1968. Asbab al Nuzul, Musthafa al-Bab al-Halabi. Mesir
-          Zarqany, Manahil al-Irfan fi Uluum  al-Our’an, `Isa al-Bab al-Halabi,.
-          Zarkasyi, al. 1957. al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an. Mesir: Dar Al-Ihya. Jilid I.





[1] Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2009).cet I. hlm 89.
[2] Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an (Bandung: Pustaka setia, 2012).cet III. hlm 60-61
[3] Ibid, hlm 61
[4] Kadar  M. Yusuf, Op.cit, hlm. 91
[5] Rosihon Anwar. Op.cit, hlm. 67-75
[6] M. Kadar Yusuf. Op cit, hlm. 93
[7] M. Kadar Yusuf. Op cit,  hlm. 95
[8]. Wahidi,  Asbab al Nuzul, Musthafa al-Bab al-Halabi, Mesir, 1968, hal.4.
[9]. Zarqany, Manahil al-Irfan fi Uluum  al-Our’an, `Isa al-Bab al-Halabi, ttp. tt, hl.109-114.
[10]. Ibid. 

Ads Inside Post