Rabu, 15 Oktober 2014

Abraham Geiger



Nailu Farh. Zakiyah dan Nur Inayah
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci Allah yang terakhir diturunkan sebagai petunjuk dan pemberi penjelasan bagi manusia sekaligus pembeda antara yang  haqq dan yang bāthil. Studi kritis terhadap Al-Qur’an dan tokoh-tokoh yang memegang peranan penting dalam penyebarannya menjadi topik yang hangat di kalangan kaum orientalis. kaum orientalis di sini adalah sarjana barat yang notabennya non muslim,namun mereka sibuk dengan mengkaji seluk beluk islam. Terutama pada Alqur’an dan hadist sehingga  gerakan yang timbul di zaman modern, pada bentuk lahirnya bersifat ilmiyah, yang meneliti dan memperdalam masalah ketimuran disebut orientalisme.[1]
Secara umum, ketertarikan para sarjana orientalis, khususnya terhadap studi Al-Qur’an, sudah dimulai sejak abad ke-12 dan terus berlangsung hingga sekarang. Dalam naskah yang di tulis oleh Leni Lestari[2] menyebutkan Fazlur Rahman dalam karyanya The Major Themes of the Quran menyebutkan ada tiga tipe karya-karya orientalis terhadap Al-Qur’an salah satu karya tersebut adalah Abraham Geiger termasuk seorang orientalis yang ingin membuktikan pengaruh tradisi Yahudi dan Kristen terhadap Al-Qur’an. Dalam makalah ini akan dijelaskan sosok Abaraham Geiger dan pemikirannya terhadap Muhammad saw serta pendapat yang ia ajukan tentang keterpengaruhan Muhammad terhadap budaya Yahudi dalam Al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Biografi Abraham Geiger?
2.      Bagaimana pemikiran Abraham Geiger?
3.      Bagaimana Pandangan Abraham Geiger terhadap duplikasi dan kosa kata asing dalam al-Qur`an?

C.    Tujuan Makalah
1.      Mengetahui Biografi Abraham Geiger
2.      Mengetahui pemikiran Abraham Geiger
3.      Mengetahui Pandangan Abraham Geiger terhadap duplikasi dan kosa kata asing dalam al-Qur`an

























BAB I
PEMBAHASAN

A.    Biografi Abraham Geiger
Abraham Geiger  adalah seorang Rabi Jerman putra dari Rabi Michael Lazarus Geiger dan Roeschen Wallau. Ia dilahirkan pada tanggal 24 Mei 1810 di Frankfurt dan meninggal pada tanggal 23 Oktober 1874 di Berlin. Pada usia belia, ia telah mempelajari Hebrew Bible, Mishnah, dan Talmud dari ayahnya.[3]
Pada usia 22 tahun, Geiger mengikuti kompetisi ujian masuk Unniveritas Bonn pada tahun 1832 dengan menulis sebuah essay dalam bahasa Latin. Essai Geiger kemudian diseleksi oleh Prof. Georg B. F. Freytag dari fakultas Oriental Studies Unniversitas Bonn. Hasilnya, Geiger mendapatkan hadiah dari hasil tulisannya itu.[4]
Essay Geiger, awalnya ditulis dalam bahasa Latin, dan pada tahun 1883 diterbitkan dalam bahasa Jerman dengan judul “Was hat Mohammed aus dem Judenthume aufgenommen?” (apa yang dipinjam Muhammad dari Yahudi?). Ini menunjukan bahwa menurut beliau sebagian besar al Qur`an diambil berdasarkan “sastra rabi”. Melalui essay ini, beliau memperoleh gelar doctor di University of Marburg.[5]
Geiger terus menulis beberapa essai untuk menunjukkan pengaruh ajaran Yahudi terhadap ajaran Kristen dan Islam. Ia meyakini bahwa dua agama tersebut tidak hanya menggunakan ajaran asli Yahudi, akan tetapi juga sebagai wadah untuk menyalurkan paham monoteis Yahudi terhadap agama pagan di dunia. Diantara hasil karyanya yang cukup berpengaruh adalah Wissenchaftliche Zeitschrift fuer Juedische Theologie (1835-1839), Juedische Zeitschrift fuer Wissenchaft und Leben (1862-1875). Geiger akhirnya memilih untuk menjadi Rabbi karena tidak ada kesempatan untuk menjadi profesor bagi orang Yahudi di Jerman pada saat itu
Geiger meninggal pada tanggal 23 oktober 1874 di Berlin dengan meninggalkan beberapa hasil karya tulis yang dipublikasikan seperti What Did Muhammad Borrow from Judaism dalam jurnal “The Origins of The Koran: Classic Essays on Islam’s Holy Book” yang disunting oleh Ibn Waraq, Judaism and Islam (1883), dan Appeal to My Community (1842).
B.     Pemikiran Abraham Geiger

Geiger ingin mengatakan bahwa Al-Qur’an bukanlah suatu yang luar biasa, karena “terbukti” di dalamnya terdapat kombinasi berbagai tradisi, baik itu Yahudi, Nasrani, maupun Jahiliyah. Menurutnya, Al-Qur’an hanyalah refleksi Muhammad tentang tradisi dan kondisi masyarakat Arab pada saat itu (simplikasi Bible) dan karenanya bersifat kultural dan tidak transenden.   Abraham Geiger yang menyatakan bahwa Muhammad memunculkan Al-Qur’an karena terpengaruh dari budaya Yahudi yang sudah ada di kawasan Arab padasaat itu. Geiger dengan menggunakan analisis komparatif antara Al-Qur’an dan kitab suci agama Yahudi (baik itu Talmud, Torah, dan lainnya) dengan merujuk pada kesejarahan yang terdapat dalam agama Islam dan Yahudi. Analisis ini lebih didasarkan pada kondisi geografis dan kebudayaan masyarakat dimana Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad saw.
Permasalahan pertama yang diajukan oleh Geiger adalah apakah Muhammad mengambil (borrowed) ajaran Yahudi dalam membangun agama Islam. Geiger menyatakan bahwa Al-Qur’an hanyalah refleksi Muhammad tentang tradisi dan kondisi masyarakat Arab pada saat itu (berdasarkan ajaran-ajaran Yahudi yang sudah ada sebelumnya). Geiger juga menyimpulkan bahwa dalam al-Qur`an terdapat kosa kata berasal dari bahasa  kaum Yahudi (Ibrani), yang menyangkut keimanan dan doktrin agama, peraturan-peraturan hukum dan moral, pandangan tentang kehidupan serta cerita-cerita di dalam al-Qur’an. Geiger memposisikan Yahudi sebagai otoritas yang lebih tinggi untuk menilai Islam, sehingga tidak mengherankan jika setiap doktrin Islam mengenai Yahudi dianggap sebagai ‘penyimpangan’ dikarenakan salah paham Nabi Muhammad saw terhadap doktrin Agama Yahudi..   
C.    Duplikasi dan Kosa Kata Asing dalam al-Qur`an
Dalam essay tersebut Geiger menyimpulkan kosa kata Ibrani banyak terdapat dan berpengaruh dalam al-Quran. Seperti kata-kata, Tabut, Taurot, Jannatu Adn, Jahannam, Ahbar[6], Darasa, Robani, Sabt[7], Taghut, Furqon, Ma’un, Mathani, Malakut, dan Sakinah[8] adalah kata-kata yang berasal dari bahasa Ibrani. Selain itu, Geiger juga berpendapat bahwa al-Quran terpengaruh oleh ajaran-ajaran Yahudi ketika mengemukakan: Hal-hal yang menyangkut keimanan dan doktrin Peraturan-peraturan hukum dan moral. Pandangan tentang kehidupan. Selain itu Geiger berpendapat cerita-cerita yang ada dalam sejarah pun tidak lepas dari pengaruh agama Yahudi. Mengenai ayat-ayat yang mengecam doktrin atau ajaran Yahudi, Geiger berpendapat bahwa Muhammad telah menyimpang dan salah mengerti terhadap doktrin-doktrin agama Yahudi. Teori dan pengaruh yang dikemukakan oleh Geiger dikembangkan lagi oleh orientalis lainnya.[9]
Beberapa pendapat Geiger berkenaan dengan kosa kata al Qur`an yang terpengaruh dari Yahudi, yaitu:
1.      Tabut[10]
Di dalam al Qur`an kata Tabut mempunyai makna Peti, atau peti mayat. Sebagaiman tercantum dalam Qs. Al Baqarah: 248, Qs. Thaha: 39.[11] Sedangkan menurut Geiger, kata Tabut berasal dari bahasa Ibrani asli yang berkenaan dengan ajaran Yahudi.  Kata Tabut dalam ajaran Yahudi mempunyai dua arti yang berbeda, yaitu ketika ibu Musa meletakkan putranya kedalam perahu. Keberadaan ini secara murni memiliki signifikansi keaslian bahasa Ibrani. [12]
2.      Jannatu ‘Adn
Dalam agama Yahudi, ‘Adn berarti nama suatu daerah yang dihuni oleh Adam dan Hawa yang berupa kebun pohon (taman Eden).[13] Dalam bahasa Arab berarti merabuk, mencabut, mencukil, tinggal di, mendiami, menggali tambang, nama kota di Yaman,[14] berbeda dengan ‘Adn dalam al Qur`an berarti kesenangan atau kebahagiaan serta nama sebuah syurga. Bangsa Yahudi masih menggunakan “tempat Eden” sebagai sebuah nama tempat, meskipun dalam perkembangannya kata tersebut sudah tidak mewakili nama suatu tempat, tetapi nama surga (kebahagiaan). [15] 
3.      Jahannam[16]
Kata Jahannam mengacu pada lembah Hinnom, yaitu suatu lembah yang penuh penderitaan, dalam kitab Talmud  Hinnom menjadi gehinnom untuk menandakan neraka.[17] Tidak jauh berbeda dengan jahannam menurut Yahudi, dalam kamus al Munawwir jahannam berarti neraka dan sumur yang dalam. [18]
4.      Rabbani
Penambahan akhiran  an pada suatu kata merupakan suatu yang biasa dilakukan oleh bahasa Yahudi, seperti rabban, ruhban, yang berarti pendeta (rahib). Maka, kemungkinan pada kata Rabbani berasal dari bahasa Yahudi, Rab yang berarti Tuhan. [19]

5.      Sabt
Nama ini senantiasa dibedakan untuk menunjuk hari sabtu (hari akhir pekan) oleh seluruh orang baik orang Kristen, maupun Islam. Menurut Geiger, kata ini dari bahasa Yahudi. Adalah Ben Ezra yang memberikan pandangannya dalam kitab Eksodus XVI: I, yaitu: Dalam bahasa Arab ada lima hari yang dinamai menurut angka, seperti pertama (ahad), hari kedua (isnain), dan seterusnya. Tetapi untuk hari keenam disebut hari sabt adalah hari yang suci dalam seminggu.[20] Oleh karena itu  Sabbath dalam bahasa Arab sin yang dilafalkan seperti Samech dalam bahasa Ibrani dipertukarkan kedalam tulisan mereka.
6.      Taurat[21]
Taurāt Maknanya hukum. Kata ini hanya digunakan untuk tradisi pewahyuan dalam agama Yahudi. Nabi Muhammad dengan tradisi oralnya tidak bisa membedakan perbedaan makna kata ini secara pasti. Bahkan Nabi Muhammad memasukkan makna “Pentateukh” dalam kata ini.[22]
Menurut Geiger setiap agama mempercayai adanya Tuhan sebagai pencipta, serta pemelihara, pasti memiliki cara berbeda dalam penciptaannya. Sedangkan Muhamman mengambil sesuai dengan yang terdapat dalam Bibel. Bahwa Tuhan menciptakan langit dan bumi dan seisinya dalam enam hari. Meskipun dilain tempat, Muhammad berbeda dan mengatakan bahwa bumi diciptakan dalam dua hari, pegunungan dan tumbuhan dalam empat hari dan langit beserta lapisannya lebih dari dua hari. Dari sini terlihat betapa Muhammad tidak mengetahui Bibel kecuali sedikit sekali. Begitu juga jumlah langit yang tujuh. Kemungkinan Muhammad mengambil dari yahudi adalah bahwa terdapat dalam ungkapan Bibel “heaven of heavens”. Bagi Geiger mereka mendapati ini dalam beberapa ayat berikut nama-nama langit dalam Talmud tersebut. Ini merupakan satu dasar dalam kitab Talmud.
Sedangkan dalam diskursus hokum dan moral, Geiger menyatakan bahwa Yahudi dikenal sebagai agama yang sangat kaya akan ajaran tunggal dan Muhammad telah meminjamnya. Seperti tentang melakukan doa (sembahyang) Muhammad itu seperti rahib yang menetukan posisi berdiri untuk berdo`a. Geiger mengutip perkataan Muhammad “berdirilah dalam melakukan sholat, tetapi jika kamu hawatir dan takut akan bahaya, maka sholat tersebut boleh dilakukan dalam perjalanan (walking and reading)”. Menurut Geiger tiga posisi ini disebutkan dalam X: 13
Keterpengaruhan lainnya dalam al Qur`an adalah tentang masa iddah tiga bulan bagi wanita yang dicerai suaminya sebelum menikah lagi. Selain itu masa menyusui selama 2 tahun. Geiger menyatakan bahwa ini semua sama pada surat XLVI: 14, yaitu “seorang ibu menyusui anaknya selam dua tahun penuh”

BAB III
PENUTUP




[1] ‘Abdul Mun’im Hasanain. “Orientalisme” Maktabah Abu Salma al-Atsari. 2008. Hal. 2
[2] Lihat naskah Lenni LestariAbraham Geiger dan Kajian Al-Qur’annTelaah Metodologi atas Buku Judaism and Islam Abraham Geiger and the Study of the Qur'an Analyzing the Methodology  of the ‘Judaism and Islam”. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. 2014.
[3] M. Anwar Syarifuddin, (ed.), Kajian Orientalis Terhadap al-Qur’an dan Hadis, ebook
[5]Ibid,
[6] Ahbar: Qs. Al Maidah: 44, 63. Qs. At Taubah: 34, 31.[6]
[7] Sabt: beristirahat, bersenang-senang, Yahudi merayakan Sabtu,orang Yahudi menjadi perintah satu. Qs. Al Baqarah: 65. Qs. An Nisa`: 47, 154. Qs. Al A’raf: 163. Qs. An Nahl: 124.
[8] Sakinah: ketenangan, keledai betina, pisau. Qs. Al Baqarah:248.
[9] M. Anwar Syarifuddin, (ed.), Kajian Orientalis Terhadap al-Qur’an dan Hadis, ebook
[10] Tabut: (Peti, peti mayat) dalam al-Qur`an terdapat dalam surah Qs. Al Baqarah: 248, Qs. Thaha: 39.[10]
[11] M. Siddiqie al ‘Athar, Al Mu’jam al Mufahras LI Al Fadhil Al Qur`an, (Bairut; Darl Fikr, 2010) hal. 318
[12] Phil Sahiron Syamsudin, dkk. Oreintalisme Al Qur`an dan Hadits (tt: Nawesea Press, 2007) hal. 60
[13] Ibid, 61
[14] A.w. Munawwir, Kamus Bahasa Arab –Indonesia Terlengkap, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), cet. Ke-IV  hal. 907
[15] Ibid, hal. 61
[16] Kata Jahannam (neraka, sumur yang dalam) dalam al-Qur`an tedapat pada surah : Qs. Al Baqarah: 206, Qs. Ali Imran: 12,162, 197. Qs. An Nisa: 93, 97, 115, 121, 140, 169. Qs. Al A’raf: 18, 41. Qs Al Anfal: 16, 36, 37. Qs.At Tubah: 35, 49, 63, 68, 73, 81, 109. Qs. Hud; 119. Qs. Ar Ra’d: 18. Qs. Ibrahim: 16, 29. Qs. Al Hijr: 43. Qs. An Nahl: 29. Qs. Al Isra`: 8, 18, 39, 68, 97. Qs. Al Kahfi: 100, 102, 106. Qs. Maryam: 68, 86. Qs. Thaha: 74. Qs. Al Anbiya: 29, 98. Qs. Al Mu`minu: 103. Qs. Al Furqon: 34, 65. Qs. Al Ankabut: 54, 68. Qs. As Sajdah: 13. Qs. Fathir: 36 Qs. Yasin: 63. Qs. Shad: 56,85. Qs. Az Zumar: 32, 60, 71, 72. Qs. Ghafir: 49, 60, 76. Qs. Az Zukhruf: 74. Qs. Al Jatsiah: 10. Qs. Al Fath: 6. Qs. Qof: 24. Qs. At Thur: 13. Qs. Ar Rahman: 43. Qs. Al Mujadalah: 8. Qs. At Tahrim: 9 Qs. Al Mulk: 6. Qs. Al Jin: 23. Qs. An Nab`: 21. Qs. Al Buruj: 10. Qs. Al Bayinah: 6.
[17] Ibid,
[18] A.w. Munawwir, Kamus Bahasa Arab –Indonesia Terlengkap, 220
[19] Phil Sahiron Syamsudin, dkk. Oreintalisme Al Qur`an dan Hadits, hal. 61
[20] A.w. Munawwir, Kamus Bahasa Arab –Indonesia Terlengkap, 602
[21] Taurat dalam kamus Arab memiliki arti keluar apinya, lemak yang gemuk, tamu, tetangga, bisul pada batang tenggorokan. Dalam al-Qur`an terdapat dalam surah Qs. Ali Imran: 3,48, 69, 93. Qs. Al Maidah: 43,44, 46, 66, 68,110. Al A’raf: 157.  Qs. At Taubah: 111. Qs. Al Fath: 29. Qs.  As Shaf: 6. Qs. Al Jumu’ah: 5
[22] Lihat naskah Lenni Lestari. Op.Cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post