Oleh : Nailu Farh dan Iha Fariha
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al-Qur’an
selalu menjadi sumber inspirasi bagi seluruh umat manusia dan juga ilmu
pengetahuan, ia bagai cahaya yang tak akan pernah padam serta harta yang tak
pernah habis dikuras, warisan terbesar yang diberikan Rasulullah kepada
umatnya, sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup.
Tidak semua uamt Islam mampu menghafal,
mentadaburi apalagi yang mengamalkan isi kandungan kitab sucinya, mereka seakan
tidak sadar jika di seberang sana atau bahkan di samping mereka, musuh-musuh
agama ini selalu mengintai dan mencari celah untuk menghancurkan Islam secara
perlahan.
Salah satu persoalan yang sampai sekarang masih
diperdebatkan oleh para ahli bahasa dan sastra Arab serta mufasir al-Qur’an
adalah apakah kosakata serapan Arab dari bahasa asing dipakai dalam al-Qur’an
atau tidak? Dengan kata lain, apakah semua kata yang digunakan dalam al-Qur’an
adalah Arab asli atau ada juga kata-kata yang telah melalui proses pengaraban?
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka kami dapat merumuskan masalah sebagai berikut.
1.
Apa
yang dimaksud dengan ad-Dakhil ?
2.
Kata
apa sajakah yang dikategorikan sebagai kata serapan bahasa Arab ?
3.
Apa
itu Isra`iliyyat ?
4.
Bagaimana
dampak negative Dakhil dan Isra`iliyyat ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Ad-Dakhil
Ad-dakhil
berasal dari kata دخل yang berarti masuk. Kata الدخيل dalam kamus Munawir memiliki makna tamu.
Kata الدخيل
sendiri termasuk kedalam كلمة اعجمية yang berarti kata-kata asing yang dimasukkan
dalam bahasa Arab.[1]
B.
Kata-kata
Serapan dalam al-Quran
M. Quraish Shihab, salah seorang pakar yang intens melakukan
pengkajian al-Qur’an di Indonesia, mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an
tersusun dari kosa kata bahasa Arab, kecuali beberapa kata yang masuk dalam
perbendaharaannya akibat akulturasi.[2]
Berdasarkan keterangan yang disampaikan Nasruddin Umar yang diambil
dari tafsir al-Maraghi, bahwasannya lughah
yang berada dalam al-Qur’an tidak semuanya berasal dari bahasa Arab,[3]
melainkan ada didalamnya kosa kata dari bahasa Persia yang saat ini digunakan
sebagai bahasa resmi Negara Iran.[4]
Bahasa Persia yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1.
-uö9tGóÎ)u (Istabroq)
Kosa Kata ini dinilai sangat asing dan sebelumnya cukup sulit untuk
diterjemahkan atau ditafsirkan, karena bahasa ini diklasifikasikan kedalam
bahasa ‘ajam atau non-Arab. Lafazh ini terdapat pada Surrah ar-Rahman : 54,
ad-Dukhan: 53, al-Kahfi : 31, al-Insaan : 21. Lafadh Istabroq diartikan
sebagai bahan tebal yang digunakan sebagai bahan dari permadani mewah (Sutera).
Para mufassir menjelaskannya bahwa kata sundus[5]
sebagai bahan halus sejenis ad-diibaj, yang kemudian diiringi dengan
kata Istabroq yang berarti tebal .
2.
,Í$t/r& (Abaariq)
Lafadz
ini terdapat pada surah Al-Waaqi’ah : 18 :
5>#uqø.r'Î/ t,Í$t/r&ur <¨ù(x.ur `ÏiB &ûüÏè¨B ÇÊÑÈ
18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air
yang mengalir.
Kata ,Í$t/r& (abaariq), para ulama menjelaskannya sebagai gelas-gelas
yangmempunyai pegangan sedangkan gelas gelas yang tidak mempunyai pegangan dalam
bahasa Arab disebut >#uqø.r' (akwaab) Kata ,Í$t/r& (ibriiq)
diambil dari kata ,Í/ (bariiq) yang bermakna bersih atau bening dengan kilau
mengkilat warnanya. Kemudian setiap tempat minum yang bentuknya menyerupai
bentuknya dinamakan dengan ,Í$t/r& (ibriiq) meskipun tidak
bening. Sedangkan gelas-gelas surga adalah gelas-gelas yang terbuat dari perak
yang bening, semua yang ada di dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya.
C.
Israi’iliyat
Secara bahasa, kata
Isra’illiyaat dalam kosa kata bahasa Arab merupakan bentuk plural berasal dari
kata Isra’illiyah. Sebenarnya, kata Isra’illiyat ini merupakan bentuk serapan
langsung dari bahasa Israel (ibrani) yang terdiri dari 2 suku kata: “Isra’a”
dengan arti hamba dan “Elly” yang berarti tuhan, jadi dalam bahasa ibrani kata
ini bermakna “hamba tuhan”.[6]
Isra’illiyat adalah nama lain
dari Nabiyaallah Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim As. oleh karena itu, anak cucu
serta keturunan nabi Ya’kub dikenal dengan sebutan bani Israil yang merupakan
cikal bakal berdirinya Negara Israel d Palestina. Dalam Al-qur’an sendiri
kata“Isra’iI” terdapat dalam surat Al-Maidah: 78.
078. Telah dila`nati orang-orang kafir dari
Bani Israil dengan lisan Daud dan `Isa putera Maryam. Yang demikian itu,
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Juga
dalam surat An-Naml: 76.
076.
Sesungguhnya Al Qur'an ini menjelaskan kepada Bani Israil sebahagian besar dari
(perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.
Meskipun kata ini dinisbatkan
kepada kaum yahudi dan sebagian besarnya memang berasal dari ahlul kitab
Yahudi, akan tetapi para ulama Tafsir dan Hadits memaknai Isra’illiyat secara
lebih luas, yaitu: seluruh kisah-kisah serta riwayat yang berasal dari umat
terdahulu sebelum Islam (baik itu dari agama Yahudi ataupun Nashrani) yang digunakan
sebagai bahan rujukan untuk menafsirkan isi kitab suci meraka (bible).[7]
Sebelum datangnya Islam di
Jazirah Arab pada zaman jahiliyah, telah ada sekelompok ahlul kitab dengan
sebagian besarnya bangsa Yahudi. Mereka bermukim di sebuah lembah yang di
kelilingi oleh pegunungan serta terdapat banyak pohon kurma, tempat itu
dinamakan Yastrib (sekarang Madinah Munawwarah), mereka datang
berbondong-bondong ke Jazirah Arab karena ramalan para pemuka agama mereka
tentang diutusnya nabi terakhir sebagai penerus Musa As. yang akan
mengembalikan mereka kepada tanah suci sebagaimana telah dijanjikan Tuhan
kepada mereka.
Selain tinggal di Yastrib,
sebagian mereka juga hidup berkelompok di Yaman dan Yamamah. Interaksi
keseharian dan hubungan sosial yang berlangsung lama inilah yang menyebabkan
pertukaran kultur serta budaya di antara kaum Yahudi dan bangsa arab, baik itu
muamalah dalam percakapan sehari-hari maupun perdagangan, hingga pada akhirnya
bercampurlah kultur budaya dan adat istiadat di antara mereka, bahkan hingga
menyerempet pada titik keimanan dan keyakinan.
D.
Dampak
Negatif Dakhil dan Isra`iliyyat
Polemik
dakhil dan Isra`iliyyat dalam tafsir sangat erat kaitannya dengan
masuknya ahlul kitab dalam Islam, dan pengaruh perang jamal dan siffin sebagai
awal timbulnya fitnah bagi umat Islam yang banyak membuat hadits palsu.Kaab ibn
Al-Ahbardan Abdullah Ibn Salam adalah pendeta Yahudi yang memeluk Agama Islam
dan menjadi rujukan ajaran agama Yahudi. Ada yang sesuai dengan al-Quran ada
juga yang bersebrangan. Yang bersebrangan inilah yang berdampak negative pada
ummat Islam.[8]
Berikut
adalah dampak negative menurut Dr. Jum’ah Ali, guru besar dan ketua Jurusan
Tafsir Hadits Al-Azhar yang di kutip di sebuah artikel[9]
:
1.
Memberikan
kesan buruk bagi non Islam dan ilmuan Barat bahwa agama Islam adalah ajaran
kufarat dan dongeng seperti kitab Taurat yang tidak logis, yang membuatnya jauh
dari Islam.
2.
Memecah
belah umat Islam, menyandarkan sifat kepada Allah yang tidak sesuai dengan ke-Esaan-Nya
dan menggambarkan Nabi Allah yang sangat bertentangan dengan sifat
kemaksumannya.
3.
Mengurangi
ketsiqahan umat Islam terhadap sahabat Nabi yang banyak disandarkan
padanya.
[1]
Kamun al-Munawir.pdf. hal. 393
[2]
Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an
Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Cet. 1, mizan, Bandung, 13
[4]
Ibid.114
[5]
Q.S al-Kahfi : 31
[6]
http://nanangsuhendar.wordpress.com/2013/04/13/bentuk-ad-dakhil-al-rayi-ketiga-dalam-penafsiran-al-quran1/
2014-22-02. 20.12 Wib
[7]
Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-ilmu Quran. Jakarta : Litera
AntarNusa. Cet 1. 1992. Hal.486
[8]
http://elfais.wordpres.com/2009/02/06/geliat-dakhil-dalam-tafsir/2014-21-02.15.23
Wib
[9]
Ibid. Geliat dakhil dalam tafsir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar