Senin, 09 Mei 2016

Ragam bahasa dalam al-Quran





LUGHAH AL-QUR’AN  YANG BERBAHASA PERSIA



Diajukan sebagai Tugas Mandiri
Mata Kuliah Ulumul Qur’an
Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Adab Dakwah dan Ushuluddin

Dosen Pengampu: Hj. Hartati, MA

Disusun Oleh:
Ahmad Rojali
NIM: 14123441261



15957_1067635268516_1755113621_154997_2922723_n




INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013



BAB I
PENDAHULUAN

            Ilmu al-Qur’an atau yang biasa disebut ulum al-Qur’an, merupakan ilmu yang selalu berkembang. Salah satu persoalan yang sampai saat masih diperdebatkan oleh para ahli bahasa dan sastra Arab serta mufassir al-Qur’an adalah, mempermasalahkan adanya kosakata serapan Arab yang berasal dari bahasa asing yang dipakai dalam al-Qur’an. Jika diamati, serapan dari bahasa lain adalah hal yang sangat lumrah dan pasti terjadi pada semua bahasa. Karena menurut para ahli bahasa, antara satu bahasa dengan bahasa lain akan saling terkait secara historis. Bahkan menurut mereka, sebenarnya setiap bahasa memiliki induk, dan setiap induk sebenarnya berasal dari satu sumber. Maka apabila dalam bahasa yang digunakan oleh orang Arab, ada terdapat satu dua kosa kata yang merupakan serapan dari bahasa lain, tentunya sangatlah logis. Sehingga para ahli tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun bahasa di dunia ini yang tidak memiliki unsur serapan dari bahasa lain.
            Jika diperhatikan, di dalam bahasa arab memiliki beberapa unsur serapan dari bahasa lain karena seiring dengan perkembangan zaman, begitupun dengan bahasa yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat dipastikan memiliki banyak banyak serapan dari bahasa antara lain bahasa Arab dan Inggris.
            Adanya fenomena unsur serapan dari bahasa lain, sebenanya sama sekali tidak mengganggu identitas suatu bahasa. Bahasa al-Quran tetap saja dikatakan berbahasa Arab, meski ada beberapa istilah yang oleh para ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa al-Qur’an bukan sebagai asli dari bahasa Arab. Permasalahannya dikarenakan orang-orang Arab saat di mana al-Quran diturunkan memang sudah menganggap bahasa tersebut adalah bagian dari bahasa Arab.
            Problem dalam kebahasaan al-Qur’an memang sangatlah rumit apalagi pada masa sahabat terdahulu setelah Rasulullah wafat, para sahabat binggung karna Rasulullah pada masa masih hidupnya tidak menerangkan satu persatu ayat yanag berada dalam Al-Qur’an . oleh sebab itu dalam makalah ini patut untuk dikaji, karna dalam makalah ini akan dibahas problematika bahasa Al- Qur’an yang ditinjau dari bebarapa aspek antara lain unsur-unsur dalam bahasa Al-Qur’an , dan pandangan tafsir yang membahasnya. Kenapa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab atau di turunkan dalam budaya arab. Ada beberapa alasan yang berbunyi demikian, pertama, agama islam adalah kelanjutan agama-agama yang terdahulu seperti yahudi dan nasrani, yang ternayata juga di turunkan juga di bawah negeri-negeri timur tengah sekarang ini. Tentunya budaya pada saat itu adalah budaya Arab. Kedua, sangat bisa jadi bahwa di wilayah-wilayah timur tengah sekarang pada umumnya adalah budaya arab, telah memiliki peradapan yang sudah sangat maju untuk ukuran saat itu.
            Bahasa Persia yang pada saat ini djadikan sebagai bahasa bahasa Iran, dikatakan oleh sebagian ulama sebagai bahasa yang ada didalam al-Qur’an. Jika dilihat dari letak geografisnya, Negara Iran tentunya termasuk kedalam jazirah Arab dan sangat memungkinkan jika bahasa resmi Iran yaitu Persia menjadi bagian dari bahasa al-Qur’an.

































BAB II

LUGHAH AL-QUR’AN YANG BERBAHASA PERSIA


A. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Menggunakan Bahasa Persia
           
            Sebagaimana telah diketahui, bahwa al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an. Ditemukan oleh al-Suyuti bahwa al-Quran mengandung asekitar 275 kata-kata non -Arab. Para ahli tata bahasa menjumpai banyak kata non-Arab yang telah masuk dalam al-Quran seperti: Bahasa Hebrew, India, Persia, Ethiopia, Barbar, Romawi, Coptik, Yunani, dan Syiria.[1]
             M. Quraish Shihab, salah seorang pakar yang intens melakukan pengkajian al-Qur’an di Indonesia, mengatakan bahwa ayat-ayat al-Qur’an tersusun dari kosa kata bahasa Arab, kecuali beberapa kata yang masuk dalam perbendaharaannya akibat akulturasi.[2]
            Berdasarkan keterangan yang disampaikan Nasruddin Umar yang diambil dari tafsir al-Maraghi,  bahwasannya lughah yang berada dalam al-Qur’an tidak semuanya berasal dari bahasa Arab,[3] melainkan ada didalamnya kosa kata dari bahasa Persia yang saat ini digunakan sebagai bahasa resmi Negara Iran.[4] Bahasa Persia yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1.      -uŽö9tGóÎ)u (Istabroq)
Kosa Kata ini dinilai sangat asing dan sebelumnya cukup sulit untuk diterjemahkan atau ditafsirkan, karena bahasa ini diklasifikasikan kedalam bahasa ‘ajam atau non-Arab. Lafazh ini terdapat dalam ayat-ayat berikut.

a.       Q.S. ar-Rahman : 54

tûüÏ«Å3­GãB 4n?tã ¤\ãèù $pkß]ͬ!$sÜt/ ô`ÏB 5-uŽö9tGóÎ) 4 Óo_y_ur Èû÷ütF¨Zyfø9$# 5b#yŠ ÇÎÍÈ  
54. mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat. (Q.S.ar-Rahman:54)





b.      Q.S. ad-Dukhan: 53
bqÝ¡t6ù=tƒ `ÏB <¨ßZß 5-uŽö9tGóÎ)ur šúüÎ=Î7»s)tGB ÇÎÌÈ  
53. mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan, (Q.S. ad-Dukhan: 53)

c.       Q.S al-Kahfi : 31
y7Í´¯»s9'ré& öNçlm; àM»¨Zy_ 5bôtã ̍øgrB `ÏB ãNÍkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# tböq¯=ptä $pkŽÏù ô`ÏB uÍr$yr& `ÏB 5=ydsŒ tbqÝ¡t6ù=tƒur $¹/$uÏO #ZŽôØäz `ÏiB <¨ßZß 5-uŽö9tGóÎ)ur tûüÏ«Å3­GB $pkŽÏù n?tã Å7ͬ!#uF{$# 4 zN÷èÏR Ü>#uq¨W9$# ôMoYÝ¡ymur $Z)xÿs?öãB ÇÌÊÈ  
31. mereka Itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera Halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (Q.S al-Kahfi : 31)

d.      Q.S al-Insaan : 21

öNåkuŽÎ=»tã Ü>$uÏO C¨ßZß ×ŽôØäz ×-uŽö9tGóÎ)ur ( (#þq=ãmur uÍr$yr& `ÏB 7pžÒÏù öNßg9s)yur öNåk5u $\/#tx© #·qßgsÛ ÇËÊÈ  
21. mereka memakai pakaian sutera Halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (Q.S al-Insaan : 21)

            Ayat diatas menceritakan kebahagian dan kemewahan daripada fasilitas terbaik yang Allah berikan kepada hambanNya, yaitu kenikmatan syurga. Lafadh Istabroq diartikan sebagai bahan tebal yang digunakan sebagai bahan dari permadani mewah. Para mufassir menjelaskannya bahwa kata sundus sebagai bahan halus sejenis ad-diibaj, yang kemudian diiringi dengan kata Istabroq yang berarti tebal .[5]

2.      ,ƒÍ$t/r& (Abaariq)
            Kata ini terdapat dalam Q.S. Al-Waaqi’ah : 18

5>#uqø.r'Î/ t,ƒÍ$t/r&ur <¨ù(x.ur `ÏiB &ûüÏè¨B ÇÊÑÈ  
18. dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, (Q.S. al-Waqi’ah : 18)

            Mengenai penjelasan makna kosa kata kata ,ƒÍ$t/r& (abaariq), para ulama menjelaskannya sebagai gelas-gelas yang mempunyai pegangan sedangkan gelas gelas yang tidak mempunyai pegangan dalam bahasa Arab disebut >#uqø.r' (akwaab) Kata ,ƒÍ$t/r& (ibriiq) diambil dari kata ,ƒÍ/ r(bariiq) yang bermakna bersih atau bening dengan kilau mengkilat warnanya. Kemudian setiap tempat minum yang bentuknya menyerupai bentuknya dinamakan dengan ,ƒÍ$t/r&  (ibriiq) meskipun tidak bening. Sedangkan gelas-gelas surga adalah gelas-gelas yang terbuat dari perak yang bening, semua yang ada di dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya.

3.      ¨$sÜó¡É)ø9$$ (Al-Qisthas) dan Ýó¡É)ø9$$Î (Al-Qisth) 
Kedua kata ini hanya sedikit saja perbedaannya, untuk kata ¨$sÜó¡É)ø9$$ al-qisthas hanya ada tambahan satu huruf yaitu huruf ¨ sin. Kata ini terdapat dalam dua tempat antara lain:
(#qèù÷rr&ur Ÿ@øs3ø9$# #sŒÎ) ÷Läêù=Ï. (#qçRÎur Ĩ$sÜó¡É)ø9$$Î/ ËLìÉ)tFó¡ßJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ ׎öyz ß`|¡ômr&ur WxƒÍrù's? ÇÌÎÈ  

35. dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(Q.S.Al-Isra :35)

(#qçRÎur Ĩ$sÜó¡É)ø9$$Î/ ËLìÉ)tFó¡ßJø9$# ÇÊÑËÈ  
182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. (Q.S. Asy-Sya’ara:182)
           Kata ¨$sÜó¡É)ø9$$ pada kedua ayat tersebut mengandung arti sebagai timbangan. Sebagian mufassir mengatakan bahwa al-qisthas adalah bahasa romawi[6]. Kata al-qisthas dan al-qisth nampaknya memiliki makna yang berdekatan. Selanjutnya, kata al-qisth yang terdapat dalam al-qur’an. Kata ini diulang 9 kali dalam al-Qur’an, antara lain terdapat dalam ayat-ayat dan surat-surat berikut:
a.  Q.S. Al-A’rof : 29
 ö@è% zsDr& În1u ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ( ..
29. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". (Q.S. Al-A’rof : 29)

b.  Q.S. Al-An’am : 152
(#qèù÷rr&ur Ÿ@øx6ø9$# tb#uÏJø9$#ur Å..Ýó¡É)ø9$$Î/
152.  Maka hendaklah kamu Berlaku adil, (Q.S. Al-An’am : 152)
c.  Q.S. Al-Maaidah : 42
÷bÎ)ur |MôJs3ym Nä3÷n$$sù NæhuZ÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÍËÈ
42. Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (Q.S. Al-Maaidah : 42)

d.  Q.S. Al-Maaidah : 8
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. šúüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà­ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ (
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. (Q.S. Al-Maaidah : 8)

e.  Q.S. An-Nisaa : 135
 $pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, (Q.S. An-Nisaa : 135)

f.    Q.S. An-Nisaa : 127
cr&ur (#qãBqà)s? 4yJ»tFuù=Ï9 ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
127.  dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara adil. 

g.   Q.S. Ali Imran : 21
šúïÏ%©!$# šcrããBù'tƒ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ šÆÏB Ĩ$¨Z9$# Oèd÷ŽÅe³t7sù A>#xyèÎ/ AOŠÏ9r& ÇËÊÈ  
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih. (Q.S. Ali Imran : 21)

h.   Q.S. Ali Imran : 18
yÎgx© ª!$# ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd èps3Í´¯»n=yJø9$#ur (#qä9'ré&ur ÉOù=Ïèø9$# $JJͬ!$s% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. (Q.S. Ali Imran : 18)

i.    Q.S. Al-Anbiya : 47
ßìŸÒtRur tûïκuqyJø9$# xÝó¡É)ø9$# ÏQöquÏ9 ÏpyJ»uŠÉ)ø9$#
47. Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat (Q.S.Al-Anbiya:47)
Jika dilihat dari segi maknanya, Lafadh Ýó¡É)ø9$# (Al-Qisth) yang digunakan pada ayat  di atas, tentunya semakna dengan kata ‘adil ataupun tidak memihak atau seimbang.[7] Maka kesimpulannya, kedua kata tersebut secara jelas merupakan kata yang digunakan sebagai neraca keadilan.
4. ûüÏnG9$#u (At-Tiin) Q.S. At-Tiin : 1
ÈûüÏnG9$#ur ÈbqçG÷ƒ¨9$#ur ÇÊÈ  
1. demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, (Q.S. At-Tiin : 1)

            Yang dimaksud dengan at-Tin menurut as-Suyuthi, bahwa keduanya merupakan dua jenis buah-buahan atau nama dua gunung yang ada di Syam yang mana jenis ditumbuhi dua jenis buah-buahan tersebut. [8]
            Sebagaimana riwayat yang disampaikan Imam Ibnu ‘Abbas, bahwasannya at-Tiin dan zaitun adalah dua jenis buah-buahan dan  yang keduanya menyerupai buah-buahan yang ada di syurga, oleh sebagian ahli tafsir ialah tempat  tinggal Nabi Nuh, Yaitu Damaskus yang banyak pohon Tin dan zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh Zaitun.[9]

5. @ŠÅdÚÅ (Sijjiil) Q.S. Al-fiil : 4
NÎgÏBös? ;ou$yÚÏt¿2 `ÏiB 9@ŠÅdÚÅ ÇÍÈ  
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, (Q.S. Al-fiil : 4)
           
            Muhammad bin Amru menceritakan dari Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih dari Mujahid bahwa kata sijjil berasal dari bahasa Persia yang terdiri dari dua kata yaitu batu dan tanah. Ya’kub menceritakan dari Ibnu Ulayyah dari Ibnu Aun dari Muhammad bin Sirrin dari Ibnu Abbas bahwa, burung- burung itu memiliki paruh seperti paruh burung dan bertelapak seperti telapak anjing. Ikrimah berkata kepalanya seperti kepala binatang buas. “Aisyah ra. mengatakan bahwa burung- burung itu menyerupai dengan burung laut namun ada juga yang mengatakan lebih mirip dengan kelelawar yang berwarna merah dan hitam.
            Al Qurthubi berpendapat bahwa maksudnya adalah batu yang terbuat dari tanah liat yang di bakar di atas api neraka, dan pada batu-batu itu tertuliskan nama setiap orang yang berhak atasnya. Makna ini sama seperti yang disebutkan pada firman Allah:
Ÿ@Å÷Žã\Ï9 öNÍköŽn=tã Zou$yÚÏm `ÏiB &ûüÏÛ ÇÌÌÈ   ºptB§q|¡B yZÏã y7În/u tûüÏùÎŽô£ãKù=Ï9 ÇÌÍÈ  
33. agar Kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah,
34. yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". (adz dzariyat 33-34).
           
            Muhammad bin Amru menceritakan dari Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih dari Mujahid bahwa sijjil berasal dari bahasa persia yang terdiri dari dua kata yaitu batu dan tanah. Ikrimah meriwayatkan batu-batu tersebut hanya sebesar kacang humush dan sedikit lebih besar dari kacang ‘adas Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat. Ath Thobari menjelaskan makna ayat ini adalah, Allah menjadikan pasukan gajah itu seperti tanaman yang dimakan ulat sehingga berserakan, rontok dan berguguran anggota tubuhnya. sendi- sendi mereka terputus kemudian berserakan dengan lembut seolah-olah habis terkunyah-kunyah. [10]

B. Pendapat Ulama Tentang Lughah Al-Qur’an
            Menenai kebahasaan al-Qur’an, tentunya para ulama telah memperselisihkannya dengan berbagai bukti yang ada. Pendapat ulama dalam hal lughah al-Qur’an, diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Pendapat pertama ; Menyatakan bahwa  al-Quran seluruhnya berbahasa Arab, tidak ada unsur serapan dari bahasa lain. Hal itu karena di dalam Al-Quran karena disebutkan secara tegas dan lebih dari satu kali tentang hal itu. Maka tidak pada tempatnya kalau kita mengatakan bahwa di dalam Al-Quran ada bahasa selain bahasa Arab.
Firman Allah:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ  
Artinya :
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. (Q.S. Yusuf:2)

öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõƒr& (#qä9$s)©9 Ÿwöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»tƒ#uä ( @ÏJygõƒ­#uä @Î1ttãur 3 ö@è% uqèd šúïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur ( šúïÏ%©!$#ur Ÿw šcqãYÏB÷sムþÎû öNÎgÏR#sŒ#uä ֍ø%ur uqèdur óOÎgøŠn=tæ ¸Jtã 4 šÍ´¯»s9'ré& šc÷ryŠ$uZム`ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ  
Artinya :
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka, mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
Ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan lughah al-Qur’an adalah berbahasa Arab antara lain: (Q.S. Ar-Ra’du : 37), (Q.S. Thaha : 113), (Q.S. Az-Zumar : 28), (Q.S. Fushshilat : 3, Q.S. As-Syura : 7), (Q.S. Az-Zukhruf : 3), (Q.S. Al-Ahqaf : 12)
Kelompok yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Jarir At-Thabari, Abu Ubaidah, Al-Qadhi Abu Bakar, Ibnu Faris dan juga Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahumullah Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan, "Di antara poin penting dalam ilmu Al-Quran adalah bahwa seluruh kitabullah ini diturunkan dalam bahasa arab. Memang ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa ada serapan bahasa lain selain bahasa arab di dalam Al-Quran, namun hal itu bertentangan dengan keterangan di dalam Al-Quran sendiri." Asy-syafi’i menambahkan; “kalau ada ahli bahasa yang mengatakan bahwa di dalam Al-Quran ada Lafazh selain arab, sebenarnya bukan demikian kejadiannya. Yang benar adalah bahwa ada sebagian orang Arab yang tidak tahu kalau ada Lafazh bahasa arab yang demikian, lantas dia beranggapan Lafazh itu bukan arab. Padahal bahasa arab sangat banyak kosa katanya dan teramat luas cakupannya, dan tidak berarti kalau ada orang arab yang tidak mengenal satu istilah arab di dalam Al-Quran, boleh dianggap sebagai bukan dari bahasa Arab. Yang bisa menguasai dan mengenal bahasa arab secara keseluruhannya hanyalah Nabi SAW. atau apa yang dianggap oleh ahli bahasa sebagai Lafazh bukan Arab, sebenarnya secara kebetulan memang ada di dalam bahasa lain. Namun Lafazh Itu tetap ada dalam bahasa arab. Dan kesamaan Lafazh pada dua bahasa yang berbeda bukan hal yang aneh atau mustahil. Jadi kalaulah ahli bahasa itu bilang bahwa ada Lafazh non arab di dalam Al-Quran, sebenarnya yang terjadi adalah kebetulan ada Lafazh dalam Al-Quran yang ada juga di dalam bahasa lain.”
2.      Pendapat ke dua ; Dimungkinkan adanya bahasa selain Arab dalam Al-Quran di antara yang berpendapat seperti ini adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, Al-Khuwayyi, Ibnu An-Naqib dan Al-Imam Asy-Syukani. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu Ikrimah, Atha’ dan lainnya dari ahli ilmu bahwa mereka telah menyatakan terdapat banyak bahasa ajam (non-arab) didalam Al-Quran.  Salah satunya terdapat bahasa Persia yang telas dijelaskan diatas.
3.      Pendapat ke tiga ; Pertengahan Pendapat ketiga memandang bahwa hujjah yang mewakili pendapat pertama dan kedua sama-sama kuat, tidak bisa dipatahkan begitu saja. Jadi pendapat ketiga ini agaknya ingin mengkompromikan kedua pendapat yang saling berbeda. Misalnya, mereka katakan bahwa meski suatu lafazh awalnya dianggap bukan dari bahasa arab, namun kemudian berubah menjadi bahasa arab. Sehingga ketika Al-Quran turun, lafazh itu sudah dikenal oleh bangsa arab dan sudah dianggap menjadi bagian dari bahasa arab. Maka kedua pendapat itu tidak salah dan tidak bertentangan secara hakikatnya. Yang mengatakan bahwa Lafazh itu bukan bahasa arab, tidak bisa disalahkan karena mereka bisa dari asal muasal sejarah Lafazh itu yang memang bukan Arab. Tapi yang mengatakan bahwa Lafazh itu adalah Lafazh bahasa Arab juga benar, sebab pada saat Al-Quran diturunkan Lafazh itu sudah menjadi bagian dari bahasa Arab. Yang termasuk ke dalam pendapat ini  adalah dari kalangan ulama masa kini.


















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
            Bahasa Persia adalah salah satu bahasa yang terdapat dalam al-Qur’an. Bukti pernyataan  tersebut disandarkan pada riwayat yang disampaikan dari Muhammad bin Amru dari Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih dari Mujahid bahwa kata sijjil berasal dari bahasa Persia yang terdiri dari dua kata yaitu batu dan tanah.
            Meski bagaimanapun, bahasa al-Qur’an adalah bahasa terbaik. Keindahan kalimat didalamnya begitu tertata dan tak ada satupun sastrawan yang mampu menandinginya.  Karena dengan demikian, khazanah keilmuan al-Qur’an  terbukti sangatlah luas. Adanya problematika dalam kebahasaan al-Qur’an tentunya tidak sedikitpun mengurangi keotentikan al-Qur’an sebagai kalamullah yang menjadi mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw.


















Daftar Pustaka

1.      Al-Qur’an al-Karim dan Terjemahnya Kementrian Agama R.I., Karya Thoha Putra, Semarang; 1998.
2.      Ahmad bin Muhammad ash-Showiy, Hasyiyah ash-Showiy, al-Haramain.
3.      As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, al-Haramain.
4.      Ali ash-Shabuni, Muhammad, terjemah At-Tibyan fii Ulum al-Qur’an, Pustaka Amani, Jakarta; 1988
5.      Zakaria, The foreign Non-Arabic words of the qur’an, Pdf 2
6.      Shihab, Quraish, Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Cet. 1, mizan Bandung; 2002
7.      Nasruddin Umar,Teologi Gender, Pustaka Cicero, Jakarta; 2003
8.      Sigitsuhandoyo blogspot, Tadabbur Surat Al-Fiil //2012/05







[1] Zakaria, The foreign, Non-Arabic words of the qur’an, Pdf 2
[2] Quraish Shihab,  Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Cet. 1, mizan, Bandung, 13
3 Nasruddin Umar,Teologi Gender, Pustaka Cicero, Jakarta;2003, 112
[4] Ibid.114
[5]Ahmad bin Muhammad ash-Showi, Hasyiyah as-Showi,al-Haramain, juz 4, 204
[6] Ahmad bin Muhammad ash-Shawi, Hasiyah ash-Shawi, juz 2, 433
[7] As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, 195
[8] Ibid,443
[9] Ahmad bin Muhammad ash-Showi, Hasyiyah ash-Showi, 443
[10] Sigitsuhandoyo blogspot, Tadabbur Surat Al-Fiil //2012/05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post