LUGHAH
AL-QUR’AN YANG BERBAHASA PERSIA
Diajukan
sebagai Tugas Mandiri
Mata
Kuliah Ulumul Qur’an
Jurusan
Tafsir Hadits Fakultas Adab Dakwah dan Ushuluddin
Dosen
Pengampu: Hj. Hartati, MA
Disusun
Oleh:
Ahmad
Rojali
NIM:
14123441261
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH
NURJATI CIREBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu al-Qur’an atau yang biasa
disebut ulum al-Qur’an, merupakan ilmu yang selalu berkembang. Salah satu
persoalan yang sampai saat masih diperdebatkan oleh para ahli bahasa dan sastra
Arab serta mufassir al-Qur’an adalah, mempermasalahkan adanya kosakata serapan
Arab yang berasal dari bahasa asing yang dipakai dalam al-Qur’an. Jika diamati,
serapan dari bahasa lain adalah hal yang sangat lumrah dan pasti terjadi pada
semua bahasa. Karena menurut para ahli bahasa, antara satu bahasa dengan bahasa
lain akan saling terkait secara historis. Bahkan menurut mereka, sebenarnya
setiap bahasa memiliki induk, dan setiap induk sebenarnya berasal dari satu
sumber. Maka apabila dalam bahasa yang digunakan oleh orang Arab, ada terdapat
satu dua kosa kata yang merupakan serapan dari bahasa lain, tentunya sangatlah
logis. Sehingga para ahli tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada satu pun bahasa
di dunia ini yang tidak memiliki unsur serapan dari bahasa lain.
Jika diperhatikan, di dalam bahasa
arab memiliki beberapa unsur serapan dari bahasa lain karena seiring dengan
perkembangan zaman, begitupun dengan bahasa yang ada di Indonesia. Bahasa Indonesia
dapat dipastikan memiliki banyak banyak serapan dari bahasa antara lain bahasa Arab
dan Inggris.
Adanya fenomena unsur serapan dari
bahasa lain, sebenanya sama sekali tidak mengganggu identitas suatu bahasa.
Bahasa al-Quran tetap saja dikatakan berbahasa Arab, meski ada beberapa istilah
yang oleh para ahli sejarah bahasa mengatakan bahwa al-Qur’an bukan sebagai
asli dari bahasa Arab. Permasalahannya dikarenakan orang-orang Arab saat di
mana al-Quran diturunkan memang sudah menganggap bahasa tersebut adalah bagian dari
bahasa Arab.
Problem dalam kebahasaan al-Qur’an
memang sangatlah rumit apalagi pada masa sahabat terdahulu setelah Rasulullah
wafat, para sahabat binggung karna Rasulullah pada masa masih hidupnya tidak
menerangkan satu persatu ayat yanag berada dalam Al-Qur’an . oleh sebab itu
dalam makalah ini patut untuk dikaji, karna dalam makalah ini akan dibahas
problematika bahasa Al- Qur’an yang ditinjau dari bebarapa aspek antara lain
unsur-unsur dalam bahasa Al-Qur’an , dan pandangan tafsir yang membahasnya.
Kenapa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa arab atau di turunkan dalam budaya
arab. Ada beberapa alasan yang berbunyi demikian, pertama, agama islam adalah
kelanjutan agama-agama yang terdahulu seperti yahudi dan nasrani, yang
ternayata juga di turunkan juga di bawah negeri-negeri timur tengah sekarang
ini. Tentunya budaya pada saat itu adalah budaya Arab. Kedua, sangat bisa jadi
bahwa di wilayah-wilayah timur tengah sekarang pada umumnya adalah budaya arab,
telah memiliki peradapan yang sudah sangat maju untuk ukuran saat itu.
Bahasa Persia yang pada saat ini
djadikan sebagai bahasa bahasa Iran, dikatakan oleh sebagian ulama sebagai
bahasa yang ada didalam al-Qur’an. Jika dilihat dari letak geografisnya, Negara
Iran tentunya termasuk kedalam jazirah Arab dan sangat memungkinkan jika bahasa
resmi Iran yaitu Persia menjadi bagian dari bahasa al-Qur’an.
BAB
II
LUGHAH
AL-QUR’AN YANG BERBAHASA PERSIA
A. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Menggunakan Bahasa Persia
Sebagaimana telah diketahui, bahwa
al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam al-Qur’an. Ditemukan oleh al-Suyuti bahwa al-Quran mengandung asekitar
275 kata-kata non -Arab. Para ahli tata bahasa menjumpai banyak kata non-Arab yang
telah masuk dalam al-Quran seperti: Bahasa Hebrew, India, Persia, Ethiopia,
Barbar, Romawi, Coptik, Yunani, dan Syiria.[1]
M. Quraish Shihab, salah seorang pakar yang
intens melakukan pengkajian al-Qur’an di Indonesia, mengatakan bahwa ayat-ayat
al-Qur’an tersusun dari kosa kata bahasa Arab, kecuali beberapa kata yang masuk
dalam perbendaharaannya akibat akulturasi.[2]
Berdasarkan
keterangan yang disampaikan Nasruddin Umar yang diambil dari tafsir
al-Maraghi, bahwasannya lughah
yang berada dalam al-Qur’an tidak semuanya berasal dari bahasa Arab,[3]
melainkan ada didalamnya kosa kata dari bahasa Persia yang saat ini digunakan
sebagai bahasa resmi Negara Iran.[4]
Bahasa Persia yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
1.
-uö9tGóÎ)u (Istabroq)
Kosa Kata ini
dinilai sangat asing dan sebelumnya cukup sulit untuk diterjemahkan atau
ditafsirkan, karena bahasa ini diklasifikasikan kedalam bahasa ‘ajam atau
non-Arab. Lafazh ini terdapat dalam ayat-ayat berikut.
a. Q.S. ar-Rahman : 54
tûüÏ«Å3GãB 4n?tã ¤\ãèù $pkß]ͬ!$sÜt/ ô`ÏB 5-uö9tGóÎ) 4 Óo_y_ur Èû÷ütF¨Zyfø9$# 5b#y ÇÎÍÈ
54. mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya
dari sutera. dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari
dekat. (Q.S.ar-Rahman:54)
b. Q.S. ad-Dukhan: 53
bqÝ¡t6ù=t `ÏB <¨ßZß 5-uö9tGóÎ)ur úüÎ=Î7»s)tGB ÇÎÌÈ
53. mereka memakai sutera yang Halus dan sutera yang tebal,
(duduk) berhadap-hadapan, (Q.S. ad-Dukhan: 53)
c. Q.S al-Kahfi : 31
y7Í´¯»s9'ré& öNçlm; àM»¨Zy_ 5bôtã ÌøgrB `ÏB ãNÍkÉJøtrB ã»pk÷XF{$# tböq¯=ptä $pkÏù ô`ÏB uÍr$yr& `ÏB 5=yds tbqÝ¡t6ù=tur $¹/$uÏO #ZôØäz `ÏiB <¨ßZß 5-uö9tGóÎ)ur tûüÏ«Å3GB $pkÏù n?tã Å7ͬ!#uF{$# 4
zN÷èÏR Ü>#uq¨W9$# ôMoYÝ¡ymur $Z)xÿs?öãB ÇÌÊÈ
31. mereka Itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga 'Adn,
mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan
gelang mas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera Halus dan sutera tebal,
sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah
pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (Q.S al-Kahfi : 31)
d.
Q.S al-Insaan :
21
öNåkuÎ=»tã Ü>$uÏO C¨ßZß ×ôØäz ×-uö9tGóÎ)ur (
(#þq=ãmur uÍr$yr& `ÏB 7pÒÏù öNßg9s)yur öNåk5u $\/#tx© #·qßgsÛ ÇËÊÈ
21. mereka memakai pakaian sutera Halus yang hijau dan sutera
tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan
memberikan kepada mereka minuman yang bersih. (Q.S al-Insaan : 21)
Ayat diatas
menceritakan kebahagian dan kemewahan daripada fasilitas terbaik yang Allah
berikan kepada hambanNya, yaitu kenikmatan syurga. Lafadh Istabroq diartikan
sebagai bahan tebal yang digunakan sebagai bahan dari permadani mewah. Para
mufassir menjelaskannya bahwa kata sundus sebagai bahan halus sejenis ad-diibaj,
yang kemudian diiringi dengan kata Istabroq yang berarti tebal .[5]
2.
,Í$t/r& (Abaariq)
Kata ini terdapat
dalam Q.S. Al-Waaqi’ah : 18
5>#uqø.r'Î/ t,Í$t/r&ur <¨ù(x.ur `ÏiB &ûüÏè¨B ÇÊÑÈ
18. dengan
membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, (Q.S.
al-Waqi’ah : 18)
Mengenai penjelasan makna kosa kata
kata ,Í$t/r& (abaariq), para ulama menjelaskannya sebagai gelas-gelas
yang mempunyai pegangan sedangkan gelas gelas yang tidak mempunyai pegangan
dalam bahasa Arab disebut >#uqø.r' (akwaab) Kata ,Í$t/r& (ibriiq) diambil dari kata ,Í/ r(bariiq)
yang bermakna bersih atau bening dengan kilau mengkilat warnanya. Kemudian
setiap tempat minum yang bentuknya menyerupai bentuknya dinamakan dengan ,Í$t/r& (ibriiq) meskipun tidak
bening. Sedangkan gelas-gelas surga adalah gelas-gelas yang terbuat dari perak
yang bening, semua yang ada di dalamnya dapat terlihat dari bagian luarnya.
3.
¨$sÜó¡É)ø9$$ (Al-Qisthas) dan Ýó¡É)ø9$$Î (Al-Qisth)
Kedua kata ini hanya sedikit saja perbedaannya, untuk kata ¨$sÜó¡É)ø9$$ al-qisthas hanya ada tambahan satu huruf yaitu huruf ¨ sin. Kata ini terdapat dalam dua tempat antara lain:
(#qèù÷rr&ur @øs3ø9$# #sÎ) ÷Läêù=Ï. (#qçRÎur Ĩ$sÜó¡É)ø9$$Î/ ËLìÉ)tFó¡ßJø9$# 4
y7Ï9ºs ×öyz ß`|¡ômr&ur WxÍrù's? ÇÌÎÈ
35. dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
(Q.S.Al-Isra :35)
(#qçRÎur Ĩ$sÜó¡É)ø9$$Î/ ËLìÉ)tFó¡ßJø9$# ÇÊÑËÈ
182. dan timbanglah dengan timbangan yang
lurus. (Q.S. Asy-Sya’ara:182)
Kata ¨$sÜó¡É)ø9$$ pada kedua ayat tersebut mengandung arti sebagai timbangan.
Sebagian mufassir mengatakan bahwa al-qisthas adalah bahasa romawi[6]. Kata
al-qisthas dan al-qisth nampaknya memiliki makna yang berdekatan. Selanjutnya,
kata al-qisth yang terdapat dalam al-qur’an. Kata ini diulang 9 kali dalam
al-Qur’an, antara lain terdapat dalam ayat-ayat dan surat-surat berikut:
a. Q.S. Al-A’rof : 29
ö@è% zsDr& În1u ÅÝó¡É)ø9$$Î/ (
..
29. Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". (Q.S.
Al-A’rof : 29)
b. Q.S. Al-An’am : 152
(#qèù÷rr&ur @øx6ø9$# tb#uÏJø9$#ur Å..Ýó¡É)ø9$$Î/
152.
Maka hendaklah kamu Berlaku adil, (Q.S. Al-An’am : 152)
c. Q.S. Al-Maaidah : 42
÷bÎ)ur |MôJs3ym Nä3÷n$$sù NæhuZ÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# ÇÍËÈ
42. Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil,
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (Q.S. Al-Maaidah : 42)
d. Q.S. Al-Maaidah : 8
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. úüÏBº§qs% ¬! uä!#ypkà ÅÝó¡É)ø9$$Î/ (
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu
Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. (Q.S. Al-Maaidah : 8)
e. Q.S. An-Nisaa : 135
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qçRqä. tûüÏBº§qs% ÅÝó¡É)ø9$$Î/
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, (Q.S. An-Nisaa : 135)
f. Q.S. An-Nisaa : 127
cr&ur (#qãBqà)s? 4yJ»tFuù=Ï9 ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
127.
dan (Allah menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara
adil.
g. Q.S. Ali Imran : 21
úïÏ%©!$# crããBù't ÅÝó¡É)ø9$$Î/ ÆÏB Ĩ$¨Z9$# Oèd÷Åe³t7sù A>#xyèÎ/ AOÏ9r& ÇËÊÈ
orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, Maka gembirakanlah
mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih.
(Q.S. Ali Imran : 21)
h. Q.S. Ali Imran : 18
yÎgx© ª!$# ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) wÎ) uqèd èps3Í´¯»n=yJø9$#ur (#qä9'ré&ur ÉOù=Ïèø9$# $JJͬ!$s% ÅÝó¡É)ø9$$Î/ 4
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. (Q.S. Ali
Imran : 18)
i. Q.S. Al-Anbiya : 47
ßìÒtRur tûïκuqyJø9$# xÝó¡É)ø9$# ÏQöquÏ9 ÏpyJ»uÉ)ø9$#
47. Kami akan memasang timbangan yang tepat
pada hari kiamat (Q.S.Al-Anbiya:47)
Jika dilihat dari segi maknanya, Lafadh Ýó¡É)ø9$# (Al-Qisth) yang digunakan pada ayat di
atas, tentunya semakna dengan kata ‘adil ataupun tidak memihak atau
seimbang.[7]
Maka kesimpulannya, kedua kata tersebut secara jelas merupakan kata yang
digunakan sebagai neraca keadilan.
4. ûüÏnG9$#u (At-Tiin) Q.S. At-Tiin :
1
ÈûüÏnG9$#ur ÈbqçG÷¨9$#ur ÇÊÈ
1. demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, (Q.S.
At-Tiin : 1)
Yang dimaksud dengan at-Tin
menurut as-Suyuthi, bahwa keduanya merupakan dua jenis buah-buahan atau nama
dua gunung yang ada di Syam yang mana jenis ditumbuhi dua jenis buah-buahan
tersebut. [8]
Sebagaimana riwayat yang disampaikan
Imam Ibnu ‘Abbas, bahwasannya at-Tiin dan zaitun adalah dua
jenis buah-buahan dan yang keduanya
menyerupai buah-buahan yang ada di syurga, oleh sebagian ahli tafsir ialah
tempat tinggal Nabi Nuh, Yaitu Damaskus yang
banyak pohon Tin dan zaitun ialah Baitul Maqdis yang banyak tumbuh Zaitun.[9]
5. @ÅdÚÅ (Sijjiil)
Q.S. Al-fiil : 4
NÎgÏBös? ;ou$yÚÏt¿2 `ÏiB 9@ÅdÚÅ ÇÍÈ
4. yang melempari mereka dengan batu (berasal)
dari tanah yang terbakar, (Q.S. Al-fiil : 4)
Muhammad bin Amru menceritakan dari
Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih dari Mujahid bahwa kata sijjil berasal dari
bahasa Persia yang terdiri dari dua kata yaitu batu dan tanah. Ya’kub
menceritakan dari Ibnu Ulayyah dari Ibnu Aun dari Muhammad bin Sirrin dari Ibnu
Abbas bahwa, burung- burung itu memiliki paruh seperti paruh burung dan
bertelapak seperti telapak anjing. Ikrimah berkata kepalanya seperti kepala
binatang buas. “Aisyah ra. mengatakan bahwa burung- burung itu menyerupai
dengan burung laut namun ada juga yang mengatakan lebih mirip dengan kelelawar
yang berwarna merah dan hitam.
Al Qurthubi berpendapat bahwa
maksudnya adalah batu yang terbuat dari tanah liat yang di bakar di atas api
neraka, dan pada batu-batu itu tertuliskan nama setiap orang yang berhak
atasnya. Makna ini sama seperti yang disebutkan pada firman Allah:
@Å÷ã\Ï9 öNÍkön=tã Zou$yÚÏm `ÏiB &ûüÏÛ ÇÌÌÈ ºptB§q|¡B yZÏã y7În/u tûüÏùÎô£ãKù=Ï9 ÇÌÍÈ
33. agar Kami timpakan kepada mereka batu-batu
dari tanah,
34.
yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui
batas". (adz dzariyat 33-34).
Muhammad bin Amru menceritakan dari
Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih dari Mujahid bahwa sijjil berasal dari
bahasa persia yang terdiri dari dua kata yaitu batu dan tanah. Ikrimah
meriwayatkan batu-batu tersebut hanya sebesar kacang humush dan sedikit lebih
besar dari kacang ‘adas Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang
dimakan ulat. Ath Thobari menjelaskan makna ayat ini adalah, Allah menjadikan
pasukan gajah itu seperti tanaman yang dimakan ulat sehingga berserakan, rontok
dan berguguran anggota tubuhnya. sendi- sendi mereka terputus kemudian
berserakan dengan lembut seolah-olah habis terkunyah-kunyah. [10]
B.
Pendapat Ulama Tentang Lughah Al-Qur’an
Menenai kebahasaan al-Qur’an,
tentunya para ulama telah memperselisihkannya dengan berbagai bukti yang ada.
Pendapat ulama dalam hal lughah al-Qur’an, diklasifikasikan sebagai
berikut:
1.
Pendapat
pertama ; Menyatakan bahwa al-Quran seluruhnya
berbahasa Arab, tidak ada unsur serapan dari bahasa lain. Hal itu karena di
dalam Al-Quran karena disebutkan secara tegas dan lebih dari satu kali tentang
hal itu. Maka tidak pada tempatnya kalau kita mengatakan bahwa di dalam
Al-Quran ada bahasa selain bahasa Arab.
Firman Allah:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ
Artinya :
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya. (Q.S. Yusuf:2)
öqs9ur çm»oYù=yèy_ $ºR#uäöè% $|ÏJygõr& (#qä9$s)©9 wöqs9 ôMn=Å_Áèù ÿ¼çmçG»t#uä (
@ÏJygõ#uä @Î1ttãur 3
ö@è% uqèd úïÏ%©#Ï9 (#qãZtB#uä Wèd Öä!$xÿÏ©ur (
úïÏ%©!$#ur w cqãYÏB÷sã þÎû öNÎgÏR#s#uä Öø%ur uqèdur óOÎgøn=tæ ¸Jtã 4
Í´¯»s9'ré& c÷ry$uZã `ÏB ¥b%s3¨B 7Ïèt/ ÇÍÍÈ
Artinya :
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan
ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka
ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka, mereka itu
adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
Ayat-ayat lainnya yang berkenaan dengan lughah al-Qur’an
adalah berbahasa Arab antara lain: (Q.S. Ar-Ra’du : 37), (Q.S. Thaha : 113),
(Q.S. Az-Zumar : 28), (Q.S. Fushshilat : 3, Q.S. As-Syura : 7), (Q.S.
Az-Zukhruf : 3), (Q.S. Al-Ahqaf : 12)
Kelompok yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Jarir At-Thabari,
Abu Ubaidah, Al-Qadhi Abu Bakar, Ibnu Faris dan juga Al-Imam Asy-Syafi’i
rahimahumullah Al-Imam Asy-Syafi’i mengatakan, "Di antara poin penting
dalam ilmu Al-Quran adalah bahwa seluruh kitabullah ini diturunkan dalam bahasa
arab. Memang ada sementara kalangan yang berpendapat bahwa ada serapan bahasa
lain selain bahasa arab di dalam Al-Quran, namun hal itu bertentangan dengan
keterangan di dalam Al-Quran sendiri." Asy-syafi’i menambahkan; “kalau
ada ahli bahasa yang mengatakan bahwa di dalam Al-Quran ada Lafazh selain arab,
sebenarnya bukan demikian kejadiannya. Yang benar adalah bahwa ada sebagian
orang Arab yang tidak tahu kalau ada Lafazh bahasa arab yang demikian, lantas
dia beranggapan Lafazh itu bukan arab. Padahal bahasa arab sangat banyak kosa
katanya dan teramat luas cakupannya, dan tidak berarti kalau ada orang arab
yang tidak mengenal satu istilah arab di dalam Al-Quran, boleh dianggap sebagai
bukan dari bahasa Arab. Yang bisa menguasai dan mengenal bahasa arab secara
keseluruhannya hanyalah Nabi SAW. atau apa yang dianggap oleh ahli bahasa
sebagai Lafazh bukan Arab, sebenarnya secara kebetulan memang ada di dalam
bahasa lain. Namun Lafazh Itu tetap ada dalam bahasa arab. Dan kesamaan Lafazh
pada dua bahasa yang berbeda bukan hal yang aneh atau mustahil. Jadi kalaulah
ahli bahasa itu bilang bahwa ada Lafazh non arab di dalam Al-Quran, sebenarnya
yang terjadi adalah kebetulan ada Lafazh dalam Al-Quran yang ada juga di dalam
bahasa lain.”
2.
Pendapat
ke dua ; Dimungkinkan adanya bahasa selain Arab dalam Al-Quran di antara yang
berpendapat seperti ini adalah Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam, Al-Khuwayyi, Ibnu
An-Naqib dan Al-Imam Asy-Syukani. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, Ibnu
Ikrimah, Atha’ dan lainnya dari ahli ilmu bahwa mereka telah menyatakan
terdapat banyak bahasa ajam (non-arab) didalam Al-Quran. Salah satunya terdapat bahasa Persia yang
telas dijelaskan diatas.
3.
Pendapat
ke tiga ; Pertengahan Pendapat ketiga memandang bahwa hujjah yang mewakili
pendapat pertama dan kedua sama-sama kuat, tidak bisa dipatahkan begitu saja.
Jadi pendapat ketiga ini agaknya ingin mengkompromikan kedua pendapat yang
saling berbeda. Misalnya, mereka katakan bahwa meski suatu lafazh awalnya
dianggap bukan dari bahasa arab, namun kemudian berubah menjadi bahasa arab.
Sehingga ketika Al-Quran turun, lafazh itu sudah dikenal oleh bangsa arab dan
sudah dianggap menjadi bagian dari bahasa arab. Maka kedua pendapat itu tidak
salah dan tidak bertentangan secara hakikatnya. Yang mengatakan bahwa Lafazh
itu bukan bahasa arab, tidak bisa disalahkan karena mereka bisa dari asal
muasal sejarah Lafazh itu yang memang bukan Arab. Tapi yang mengatakan bahwa Lafazh
itu adalah Lafazh bahasa Arab juga benar, sebab pada saat Al-Quran diturunkan Lafazh
itu sudah menjadi bagian dari bahasa Arab. Yang termasuk ke dalam pendapat ini adalah dari kalangan ulama masa kini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bahasa Persia adalah salah satu
bahasa yang terdapat dalam al-Qur’an. Bukti pernyataan tersebut disandarkan pada riwayat yang
disampaikan dari Muhammad bin Amru dari Abu ‘Ashim dari ‘isa dari Abi Najih
dari Mujahid bahwa kata sijjil berasal dari bahasa Persia yang terdiri dari dua
kata yaitu batu dan tanah.
Meski
bagaimanapun, bahasa al-Qur’an adalah bahasa terbaik. Keindahan kalimat
didalamnya begitu tertata dan tak ada satupun sastrawan yang mampu
menandinginya. Karena dengan demikian,
khazanah keilmuan al-Qur’an terbukti
sangatlah luas. Adanya problematika dalam kebahasaan al-Qur’an tentunya tidak
sedikitpun mengurangi keotentikan al-Qur’an sebagai kalamullah yang menjadi
mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw.
Daftar
Pustaka
1.
Al-Qur’an
al-Karim dan Terjemahnya Kementrian Agama R.I., Karya Thoha Putra, Semarang;
1998.
2.
Ahmad
bin Muhammad ash-Showiy, Hasyiyah ash-Showiy, al-Haramain.
3. As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, al-Haramain.
4. Ali ash-Shabuni, Muhammad, terjemah At-Tibyan fii Ulum al-Qur’an,
Pustaka Amani, Jakarta; 1988
5. Zakaria, The foreign Non-Arabic words of the qur’an, Pdf 2
6. Shihab, Quraish, Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,
Cet. 1, mizan Bandung; 2002
7.
Nasruddin
Umar,Teologi Gender, Pustaka Cicero, Jakarta; 2003
8.
Sigitsuhandoyo
blogspot, Tadabbur Surat Al-Fiil //2012/05
[1]
Zakaria, The foreign, Non-Arabic words of the qur’an, Pdf 2
[2]
Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an
Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Cet. 1, mizan, Bandung, 13
[4]
Ibid.114
[5]Ahmad
bin Muhammad ash-Showi, Hasyiyah as-Showi,al-Haramain, juz 4, 204
[6]
Ahmad bin Muhammad ash-Shawi, Hasiyah ash-Shawi, juz 2, 433
[7]
As-Suyuthi, Tafsir Jalalain, 195
[8]
Ibid,443
[9]
Ahmad bin Muhammad ash-Showi, Hasyiyah ash-Showi, 443
[10]
Sigitsuhandoyo blogspot, Tadabbur Surat Al-Fiil //2012/05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar