Senin, 09 Mei 2016

Jaddal dalam al-Quran



A. PENDAHULUAN
Kitab suci Al-qur'an merupakan kitab Suci yang berisi kebenaran yang jelas dan terperinci yang menjangkau segala aspek kahidupan, hal ini terlihat dengan jelas ketika masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al- qur'an. Namun banyak manusia yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi kesombongan dan menyatakan diri tidak mengimaninya. Al-Qur'an tidak berisi kalimat-kalimat verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian kalimat petunjuk dan hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah menyatukan berbagai macam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat banyak sekali proses-proses para penafsir al- Qur'an dari zarnan ke zaman dalam upaya mengungkap ma'na-ma.na dan system yang terkandung dalam al-qur'an yang merupakan Mujizat terbesar Akhir zaman.
Suatu hari umar bin Khaththab keluar masjid bersama Al-Jarud Al- Abdi. Tiba-tiba ada seorang wanita muncul di pinggir jalan. Umar memberi salam kepadanya dan wanita ifu menjawabnya lalu berkata "Hai Umar engkau sudah sangat lain. Dulu aku mengenalmu ketika masih bernama Umair (Umar kecil) di Pasar ukazh sedang menggembala domba dengan membawa tongkat. Tidak lama kemudian, engkau dinamai Umar. Belum beberapa hari berlalu, engkau sudah dinamai AmirulMuhninin. Bertakwalah kepada Allah dalam urusan rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang takut terhadap ancaman maka yang jauh pun terasa dekat. Dan barangsiapa yang takut terhadap kematian, dia pun takut akan hilang kesempatan". Al-Jarud berkata "Hai wanita lancang betul engkau terhadap Amirul Mukminin". Umar berkata "Biarkan dia. Apakah kamu tidak mengenalnya? Dia adalah Khaulah binti Tsa'labah, istri Aus bin shamit yang suaranya didengar Allah dari tujuh petala langit. Jadi, Umar sangat layak menyimak perkataannya". wanita tersebut digelari "wanita pendebat/penggugat". Allah mengabadikannya gugatannya dalam empat ayat pertama QS Al-Mujadilah ayat 58
قَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ     الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌوَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌفَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya Allah Telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengor lagi Maha melihat.Orang-orqng yang medhiharisterinya di antara kamu, (menganggap isterirrya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sunguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.orang-orang yang menzhiharisteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikiantah yang diajarkan kepada kamu, dan Allal Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Mako (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut- turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orong miskin. Demikianlah supoya kamu beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya. dan ltulahhuhtm-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaanyang sangat pedih.
Sebab Turunnya ayat Ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa'labah yang Telah dizhihar oleh suaminya Aus ibnShamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: Kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu sudah sama dengan menthalakisteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal Ini belum ada Keputusan dari Allah. dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau Telah diharamkan bersetubuh dengan dia. Lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak Kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu Keputusan dalam hal ini, sehingga Kemudian turunlah ayat ini
lmam Ahmad meriwayatkan dari Khaulah binti Tsa'labah, ia berkata, "Demi Allah, Allah telah menurunkan permulaan surat Al-Mujadilah ini berkenaan dengan diriku dan Aus ibnuShamit". Khaulah bercerita, "Aku tengah bersama Shamit. Dia orang yang sudah tua dan kadang-kadang muncul perangainya yang buruk. Suatu hari dia menemuiku. Aku membantahnya dengan suatu perkataan. Dia marah dan berkata Bagiku kamu seperti punggung ibuku. Dia keluar rumah dan duduk bersama sekelompok kaumnya, sejenak. Dia menemuiku lagi. Temyata dia menginginkan diriku. Aku katakan, Jangan. Demi Dzat yang menguasai diri Khaulah, engkau tidak boleh menyentuhku karena kamu telah mengucapkan  sebelum Allah dan Rasul- Nya memberikan suatukeputusan bagi kita.Dia menangkapku. Aku meronta dan berhasil mengalahkannya karena memang orang yang sudah tua dan lemah. Aku melepaskannya dari tubuhku. Aku keluar rumah menemui tetanggaku untuk meminjam pakaian darinya. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah SAW. Aku duduk di hadapannya. Aku menceritakan apa yang aku alami. Aku pun mengadukan perangainya yang buruk terhadapku. Rasulullah SAW pun bersabda, “Hai Khaulah, anak pamanmu (Aus ibnuShamit) adalah orang yang sudah tua. Bertakwalah kepada Allah dalam menghadapinya. Aku tidak mau, Demi Allah, aku tidak akan beranjak sebelum Alquran diturunkan mengenai diriku. Tiba-tiba beliau gemetar sebagaimana biasanya (ketika mendapat wahyu). Setelah itu beliau cerah dan bersabda 'Khaulah, sesungguhnya Allah telah menurunkan Alquran berkenaan denganmu dan teman hidupmu. Kemudian beliau membaca ayat ini".
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Pertama bisa jadi seseorang yang tidak dikenal orang atau dianggap rendah, justru memiliki keistimewaan di hadapan Allah. Seperti Khaulah, seorang sahabat wanita yang tidak dikenal, namun memiliki tempat di hadapan Allah SWT. Karena yang dipandang Allah adalah hati dan amalnya bukan kemolekan fisik. Sabda Rasul SAW. "Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak memandang bentuk fisik dan harta kalian, melainkan Dia memandang hati dan amal kalian”(HR Thabrani)
Banyaknya harta tingginya jabatan dan bergengsinya pekerjaan bukan jaminan tingginya kedudukan di hadapan Allah. Yang menjadi parametemya adalah ketakwaan. Firman Allah SWT,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhrrya kami menciptakan kamu dari seorong laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya komu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisiAlloh ialah orang yang paling taqwadiantara kamu. sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Kedua, kedudukan wanita akan terangkat ketika ia mampu menjaga kehormatannya. Kemuliaan wanita terletak tidak terletak pada kecantikan wajah tetapi pada keteguhannya mempertahankan kehormatan. wanita yang menjaga kehormatannya akan dihormati dan disegani orang lain. Keteguhan ini berawal dari keimanan. Irnan inilah yang melahirkan perasaan harap dan takut. Berharap pada cinta Allah, dan takut terhadap benci dan adzab-Nya. Perasaan seperti inilah yang dirasakan Khaulah. Ia dihadapkan kepada dilema apakah ia harus melayani suaminya atau menunggu keputusan Allah atas kejadian yang ia alami. Akhirnya keimananlah yang mengantarkannya pada pilihan untuk menunggu keputusan Allah.
Atau seperti seorang gadis yang menolak saran ibunya untuk mencampur air susu yang akan dijualnya dengan air. Gadis tersebut menolak dengan sopan, "Ibu, Amirul Mukminin melarang perbuatan tersebut". Tapi, Amirul Mukminin kan tidak melihat?," ungkap ibunya kembali. Dengan tenang gadis tersebut bertutur, "Benar Bu, Amirul Mukminin tidak melihat, tapi TuhannyaAmirulMulaninin, Maha Melihat apa yang dikerjakan hamba-Nya".
Ketiga, wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan lelaki. Keduanya diciptakan dari jenis yang sama. Difirmankan, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari rufs yang satu (sama), dan darinya Allah menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak (QS An- Nisaa [a]: 1). Wanita adalah saudara lelaki, "Sebenarnya wanita itu adalah saudara kandung laki-laki," demikian sabda Rasulullah SAW (HR Abu Daud). Dan keduanya diberi tugas yang sama yaitu beribadah,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS AdzDzariyat [51]:56).
Wanita memiliki tempat yang istimewa dalam Islam. Mereka diberikan hak-hak yang pada masa pra-Islam tidak diberikan. seperti hak mendapatkan pendidikan, hak memilih calon suami, hak meminta cerai, berpartisipasi di bidang sosial dan lainnya. wanita pada masa sahabat memahami hal ini,sehingga sejarah mencatat kegemilangan para sahabiyah. Ada Khadijah, yang menjadi pengusaha; 'Aisyah yang menjadi perawi hadis sekaligus ahli fikih, juga Shafiyah binti AbdilMuthalib, bibi Nabi SAW yang ikut berjihad, dan lainnya.
Tidak ada diskriminasi atas dasar perbedaan jenis kelamin. Kalaupun ada, maka perbedaan tersebut bukan untuk menunjukkan bahwa lelaki itu lebih tinggi derajatnya daripada wanita. Secara fitrah baik bentuk fisik atau pun psikis lelaki dan wanita itu berbeda. Perbedaan tersebut berkaitan juga dengan kelenjar dan darah masing-masing kelamin. Karena itu" adanya pembagian kerja" hak dan kewajiban, yang ditetapkan agama disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan tersebut.
Akan tetapi satu hal yang perlu dicatat.,Istimewanya wanita dalam Islam bukan berarti ia bebas berbuat tanpa batas. Islam menempatkan wanita sesuai fitrahnya. Islam tidak menghendaki wanita menjadi rendah karena dalih kebebasan. Islam juga tidak membiarkan wanita melanggar fitrahnya dengan melakukan sesuatu yang menjadi fitrah lelaki.
Ketetapan Allah pasti mengandung maslahat termasuk ketika Allah menakdirkan kita menjadi lelaki atau wanita. Yang terpenting, hati kita bersih dan ibadah kita maksimal. Insya Allah kita termasuk orang yang didengar keinginannya, seperti Khaulah binti Tsa'labah.
Disini Kami mencoba menunjukkan sebuah sistem yang ada dalam al-Qur'an yang kita akui sebagai Hudan dan Bayyinah yaitu Jadal.

B. PENGERTIAN JADAL DALAM AL.QUR'AN
 Jadal dalam arti bahasa adalah “Kusut", contoh. جدلت الحبلyang berarti " tali yang kusut “ dan menurut Istilah yaitu: Perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen untuk memenangkan perdebatan ( menemui kebenaran )[2].
Al-Qur'an menyebut kata Jadal dalam berbagai bentuknya sebanyak 29 kali. Fokus pemuatannya tersebar pada 16 Surat dalam 27 ayat yakni pada surah: al-Nisaa/4: 109 dan Huud/ll: 32 masing-masing dua kali; al- Baqaruh|2:197; kemuadian pada al-Nisaa/4: 107; al-An'aam/6: l2l,125; al- A'raf/7:71; al-Anfaal/8: 6; Huud/l1:74; al-Ra'd/l3: 13; al-Nahl/l6: lll, 125; al-Kahfi/I8: 54,56; al-Hajj/22: 3,8,68; al-Ankabut/29:46; Luqmaan/31: 20; Ghaafir/40: 5,4,25,56,69; al-Syuura/42: 35; al- Zukhruf/433: 58; al-Mujaadalah/58: I masing-masing satu kali.[3] Dalam bahasa Indbnesia, Jadal dapat dipadankan dengan debat. Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.[4]Jadal atau Jidal dalam bahasa Arab dapat dipahami sebagai "perbantahan dalam suatu permusuhan yang sengit dan berusaha memenangkannya.[5]
Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau pendapatnya dalam suatuperdebaan yang sengit.[6] Berbagai batasan pengertian tentang Jadal dirumuskan para ulama namun pada dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha menunjukkan kebenaran atau membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam argumentasi. Dari definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka itu antara lain adalah (1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji, (2) Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat, (3) Untuk menunjukkan aliranan/ mazhab serta kebenarannya.
Dengan rambu yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal memang tidak harus saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit menghidari suasana saling bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar manusia adalah memang suka membantah atau berbantah-bantahan, bahkan Tuhannya pun dibantah. (Q.SalKahfi/18 : 54). Kenapa demikian? Sebab manusia memang memiliki potensi kebebasan untuk itu, yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya . untungnya kita punya pedoman yaitu al-Qur'an yang menganjurkan jika hendak berbantahan maka berbantahanlah dengan cara yangterbaik.[7]
Istilah yang dapat dipandang sebagai padanan daripada istilah Jadal adalah alMunazharah, alMuhawarah, alMunaqasyah dan alMubahatsah. Istilah-istilah tersebut dapat dipandang sepadan, sebab pada dasarnya mengacu pada tujuan yang sama yakni untuk menjelaskan dan kejelasan sesuatu permasalahan. Hanya saja Jadal lebih menekankan kemenangan, dan pada saat yang sama kekalahan bagi pihak lawan debat. Munazharahmerupakan kegiatan dimana dua orang saling mengemukakan pemikiran, masing-masing bertujuan membenarkan pemikirannya serta menyalahkan pemikiran lawan (debat)nya dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam upaya  mencari/menampakkan kebenaran. Adapun muhaworah mengacu pada pembicaraan dimana di dalamnya ada dialog/tanya jawab dengan sopan yang bertujuan hampir sama saja dengan Jadal. Tentang munaqasyah dan mubahatsah hampir sama saja. Khususnya tentang Jadal dan muhawarah, di dalam al-Qur'an terdapat ayat yang di dalamnya digunakan kedua istilah tersebut, yaitu pada surah Q.,S. alMujadalah ayat pertama.[8]
Adapun al-Qur'an secara etimologis berarti "bacaan", dan secara terminologis adalah Kalam Allah SWT. Yang merupakan mu’jiizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhamad SAW. dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya adalah ibadah.[9] Sedangkan yang dimaksud Jadalal-Qur'an adalah pembuktian-pembuktian serta pengungkapan dalil dalil yang terkandung di dalamnya untuk dihadapkan pada orang-orang kafir dan mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh tujuan dan maksud mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan melekat di hati manusia.[10]Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 54
وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Artinya : " Dan manusia itu sering kali membantah ( berdebat )"
 Oleh sebab itu dalam ayat yang lain Allah swr juga memerintahkan untuk berdebat dengan orang-orang yang melawan Islarn dengan cara yang santun, yaitu dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya :" Serulah (manusia) kepada jalan Tuhnnmu dengan Hilkmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik".
Dan juga dibolehkannya membantah para Ahli Kitab dengan bantahan yang baik sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 46 :
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya : " Dan janganlah kamu membantah terhadap Ahli Kitab, kecuali dengan bantahan yang lebih baik. "
Itulah beberapa contoh cara perdebatan yang santrn yang disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur'an yang suci, namun ada juga perdebatan-perdebatan kosong yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang memperturutkan hawa nafsunya unfuk menolak kebenaran.
Firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 56 :
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آَيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا
Artinya : " Dan orang-orang lufir membantah dengan yang batil, agar dengan demikian mereka dapat menolak yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan Kami terhadap mereka sebagai olok-olok "

C. URGENSI JADAL DALAM AI-QUR’AN
Setelah menjelaskan bagaimana Al-Qur'an memberikan aturan-aturan dalam perdebatan yang dibolehkan, perlu kita ketahui urgensi dari Jadal dalam al-Qur'an. Mengapa Al-Qur'an itu mernbanlahargumenl-argumen orang-orang kafir dan musyrik?, diantara urgensinya adalah:
  • Dikarenakan Al Qur’an turun ditengah tengah bangsa Arab dan menggunakan bahasa mereka maka Al-Qur'an berargumen sebagaimana argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan yang dibicarakan. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrohim ayat 4:
Artinya: "Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, kecuali dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka."
  • Fitroh manusia yang suci akan selalu menerima hal- hal yang pasti dan rasional sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan angan-angan yang tiada batas.
  • Menghindari dari kata kata yang rumit dan membutuhkan rincian merupakan hal yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata yang membutuhkan penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila seseorang mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak rumit akan menang dalam berargumen. Begitulah Allah SWT memberikan bantahan- bantahan yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun.[11]

D. BENTUK-BENTUK JADAL DALAM AL-QUR'AN
Menurut Manna' al-Qathan dalam bukunya "MabahitsfiiUlumial-Qur'an", beliau menyebutkan pembagian argumentasi dalam dua bentuk yaitu :
1. Penyebutan Alam semesta untuk memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada Aqidah yang benar dalam kepercayaan, Iman kepada Allah SWT, Malaikatnya Kitab-kitab Suci, Rasul-rasulnya, dan Hari Akhir.Contoh Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh ayat 2l-22:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَالَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Wahai Munusia Sembahlah Tuhqnmuycng telah menciptahan kamu dan oftmg-orang sebelum kamu supaya kamu bertaqwa. Diolah yang telah merrciptakan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebadai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langil, lalu Dia menjadikan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai karunia untukmu, karena itu janganlah kamu mengadaknn  sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui".
2. Menolak argumen-argumen yang salah dari para penyeleweng. Dalam hal ini terbagi atas beberapa bagian yaitu:
 a. Menyebutkan orang yang diajak berbicara itu dengan kata-kata pertanyaan, sehingga terbebas dari permusuhan dan terselamatkan dari permainan akal, sehingga mereka mengakui kesalahan yang mereka perbuat. Dalam hal ini Allah SWT berfrman dalam Surat At-Tur ayat 35:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
Artinya : "Apakah mereka yang menciptakan segala sesuatu atau mereka yang diciptakan".
Menurut Imam Syuyuti, untuk menyelamatkan dari perselisihan tidak harus memakai kata-kata pertanyaan saja namun bisa dengan manfu ( kata peniadaan ), atau syarat denga huruf-huruf Imtina (larangan).[12] Disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Mu'minun ayat 91 yaitu:
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
Artinya : "Allah seknli-knlli tidak mempunyai dnah dan seknli-kali tidak ada tuhan yang menyertainya, kalau ada tuhan yang menyertairrya, masing-masing tuhan akan membowamahluq yang diciptakanrrya, dan sebagian dari tuhon-tuhan itu akan mengolahksn sebagian yang lain. Maha suci Allah SW dari apa yang mereka sifatkan itu".
b.Menunjukkan dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan dan tempat kembali. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Qaf ayat l5:
أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ
Artinya : "Apakah kami letih dengan penciptaan yang pertama?. Sebenarrrya mereka ragu tentang penciptaanyang baru".
Surat Fusshilat ayat 39:
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : "Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya, bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan subur. Sesunggguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu".
Begitu juga dalam Surat Al-Qiyamah ayat36-40, At-Thoriq ayat 5-8, dimana ayat-ayat ini menunjukkan kehidupan awal didunia dengan segala isinya yang takkan habis, danjuga kehidupan setelah mati.
c. Memutus langsung perdebatan dengan menyebut kesalahan- kesalahan lawan. contoh dalam Surat Al-An'am ayat 91, di.unu dalam ayat tersebut Allah swr menolak pengaduan orang-orang yahudi dengan perkataannya :
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِنْ شَيْءٍ
Artinya : "Demi Allah SW tidak menetapkan sesuatu itu bukan atas keemompuannya, ketika mereka berkata “Allah SWT tidak menciptakonsesuatupun untuk manusia ".
d. Membatasi dan membagi sesuai dengan sifat dan menolak untuk membagi salah satunya sebagai dasar hukum seperti dalam Surat Al- An'am ayat 143: :
ثَمَانِيَةَ أَزْوَاجٍ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ
Artinya " yaitu delapan binatang yang berpasangan sepasang dari domba dan sepasang dari kambing"
Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang ke 144 :
وَمِنَ الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ قُلْ آَلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَذَا
Artinya: "Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah " Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyaksikan diwaktu Allah menetapkan ini bagimu?
e. Mengunci lawan dengan penjelasan lebih banyak, dimana seolah- olah perselisihan tersebut tidak akan diakui oleh siapapun. Seperti dalam firman Allah Surat Al-An'am ayat 100 :
وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ
disisni Allah SWT menafikan dirinya dari tawallud (beranak-pinak) disebabkan keesaan-Nya, karena beranak-pinak itu menurut kita adalah harus melalui dua mahluq, dan Allah SWT tiada sekutu bagi-Nya. Contoh lainnya adalah pengakuan atas Risalah kenabian yang mana Nabi merupakan orang-orang pilihan, hal ini dicontohkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 11.
قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Didalam kitab Al-ItqonfiiUlumilQur'an, lmamsyuyuti menyebutkan beberapa hal yang termasuk dalam bentuk Jadaldiantaranya:
1.Al-Isyjal yaitu meletakkan kata yang menunjuk kepada lawan bicara dan juga apa yang dibicarakan. Contohnya dalam firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat194.
رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ 
2.Al-Intiqol yaitu memindahkan argument yang dijadikan dalil kearahargument yang tidak dapat diikuti sehingga didalam perdebatan kadang argument tidak dimengerti maksudnya oleh lawan. contoh dalam surat Al-Baqoroh ayat 258, memaknai istilah menghidupkan dengan membebasknrydisisnilah kekeliruan tersebut sehingga Allah SWT merubahargument dengan yang lainnya yaitu menerbitkan matahari dari barat.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
3.Munaqodhoh, yaitu menggantungkan sesuatu dengan hal yang mustahil, yang mengisyaratkan kemungkinan terdadi. Contoh dalam Al-qur'an Surat Al-A'raf ayat 40.
Artirrya: "Dan mereka tidak akan masuk kedalam surga hingga unta masuk keIobang  jarum " .

E. TUJUAN DAN METODE JADAL
Jadalal-Qur'an memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat al-Qur'anyang mengandung atau yang bemuansaJadal, di antararrya adalah :
(1) Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan pembenaran aqidah dan qaidahsyari'ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusi4 sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan Fir'aun (Q.,s. al- Syu'ara'/26: 10-51).
(2)Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui ibarat maupun melalui do'a. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan, nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dijadikan contohnya adalah penjelasan Allah SWT. atas persoalan kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah menghidupkan makhluk-Nya yang telah mati (Q.,S. alBaqarah/2 :260, juga dapat dilihat pada ayat 30 surat yang sama sebagai contoh lainnya.
(3)Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan menyembunyikan kebenaran yang memang disinyalir dalam al-Qur'anWajaadiluubialBaathilliyudhiduubihialhaq (Q.,S al Mukmin/40 : 5). Sebagai contoh Jadal dengan tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s. alMukminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaafl50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-79.[13]
Adapun mengenai metode yang ditempvhJadatal-Qur'an, para ulama pada dasarnya sama saja, walaupun secara tehnis ada perbedaan dalam mengelompokkan apakah suatujadal dalam al-Qur'in termasuk metode atau macam/jenis dari jadal tersebut. Yang dimasukkan ke dalam macam-macam Jadalal-Qur'an oleh Abu Zahrah dan Al Qaththan umpamanya, oleh Al Almaa'iysebagiannya dimasukkan ke dalam metode Jadalal-Qur'an. Dalam tulisan ini, kedua kecenderungannya tersebui digabung dalam pembahasan tentang prosedur yang ditempuh dalam Jadalal-Qur'an,yakni:[14]
(l) Al Ta'rifat.
Bahwa Allah SWT secara langsung memperkenalkan diri-Nya dan cipaan-Nya sebagai pembuktian akan wujud dan ke Maha Kuasaan-Nya.Karena Allah tidak terjangkau oleh indera manusia maka dengan mengukapkan hal-hal yang bisa ditangkap indera manusia, manusia akan mampu memahami akan wujud dan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Hal inilah yang antara lain dapat dipahami dari firman Allah seperti tertera pada Q.,s. alAn'am/6:95-100, tentunya banyak contoh yang lainnya tentang hal ini.
(2) Al Istifhamal-Taqriry
Dalam bentuk ini Allah mengajukan pertanyaan langsung dengan penetapan jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal yang memang sudah nyata, diangkat lagi lalu disertai dengan jawaban yang merupakan penetapan atas kebenaran yang sudah pasti. Prosedur ini dipandang oleh para ahli ulumal- Qur'an sebagai yang ampuh sekali sebab dapat langsung membatalkan jidal atau argumen para pembanlah. sebagai contohnya dapat disebut antara lain firman-Nya dalam Q.,S. Yaasiin/ 36: 8l-82.
(3) Al Tajzi'at
Dengan prosedur ini Allah mengungkapkan bagian-bagian dari suatu totalitas, secara hirarki atau kronologis, yang sekaligus menjadi sebagai argumentasi dialektis untuk melemahkan lawan dan menetapkan suatu kebenaran. Masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai bukti untuk membuktikan kebenaran yang dimaksudkan. Prosedur jadal seperti ini Nampak antara lain dalam Q.,S. Al Naml/27 :54-64.

(4) QiyasalKhalf
Dalam bahasa Indonesia disebut "analogi berbalik'. Dengan prosedur ini, kebenaran ditetapkan dengan membatalkan pendapat lawan yang berbalikan/ berlawanan. Sebab dalam realitas kehidupan tidak dapat berkumpul dua hal yang berlawanan. Tentang metode Jadal seperti ini dapat disebut firman Allah dalam Q.,s. alAnbiya'/21 : 2l-22.
(5) Al Tamtsil
Allah mengungkapkan perumpamaan bagi suatu hal. Dengan perumpamaan dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami secara lebih cepat dan lebih mudah, lalu lebih melekat di sanubari "lawan". Untuk ini antara lain dapat disebut sebagai contoh adalah firman-Nya pada Q.,s. alBaqarah/2 : 259.
÷rr&É©9$%x.§tB4n?tã7ptƒös%}ÉdurîptƒÍr%s{4n?tã$ygÏ©ráããtA$s%4¯Tr&¾ÇósãƒÍnÉ»ydª!$#y÷èt/$ygÏ?öqtB(çms?$tBr'sùª!$#sps($ÏB5Q$tã§NèO¼çmsVyèt/(tA$s%öNŸ2|M÷VÎ7s9(tA$s%àM÷VÎ7s9$·Böqtƒ÷rr&uÙ÷èt/5Qöqtƒ(tA$s%@t/|M÷VÎ7©9sps($ÏB5Q$tãöÝàR$$sù4n<Î)šÏB$yèsÛšÎ/#uŽŸ°uröNs9÷m¨Z|¡tFtƒ(öÝàR$#ur4n<Î)šÍ$yJÏmšn=yèôfuZÏ9urZptƒ#uäÂZ$¨Y=Ïj9(öÝàR$#urn<Î)ÏQ$sàÏèø9$#y#øŸ2$ydãų^çR§NèO$ydqÝ¡õ3tR$VJóss94$£Jn=sùšú¨üt7s?¼çms9tA$s%ãNn=ôãr&¨br&©!$#4n?tãÈe@à2&äóÓx«ÖƒÏs%ÇËÎÒÈ
 atau Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
*öNs9r&ts?n<Î)tûïÏ%©!$#(#qã_tyz`ÏBöNÏd̍»tƒÏŠöNèdurî$qä9é&uxtnÏNöqyJø9$#tA$s)sùÞOßgs9ª!$#(#qè?qãB§NèOóOßg»uômr&4žcÎ)©!$#rä%s!@@ôÒsùn?tãĨ$¨Z9$#£`Å3»s9uruŽsYò2r&Ĩ$¨Y9$#Ÿwšcrãà6ô±oÇËÍÌÈ
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. (QS Al-Baqarah: 243)
[154] Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di sini dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain mengartikannya dengan mati semangat.
óOs9urr&(#÷rttƒ4n<Î)$tBt,n=y{ª!$#`ÏB&äóÓx«(#às¨ŠxÿtFtƒ¼ã&é#»n=ÏßÇ`tãÈûüÏJuø9$#È@ͬ!$yJ¤±9$#ur#Y£Úß°!óOèdurtbrãÅzºyŠÇÍÑÈ
dan Apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam Keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri? (QS An-Nahl:48)
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah) yang ia mempunyai bayangan, seperti pohon dan gunung (yang berbolak-balik) condong ke sana dan condong ke mari (bayangannya ke kanan dan ke kiri) lafal asysyamaail adalah bentuk jamak dari lafal syimaal; artinya bayangan itu condong ke arah dua sisinya, pertama di permulaan siang hari dan yang kedua pada sore harinya (dalam keadaan sujud kepada Allah) lafal sujjadan menjadi hal; artinya mereka lakukan demikian dalam keadaan tunduk kepada Allah sesuai dengan karakter mereka (sedangkan mereka) yakni bayangan-bayangan itu (berendah diri?) merendahkan dirinya terhadap Allah; bayangan-bayangan tersebut diungkapkan seolah-olah mereka berakal
óOs9r&(#÷rttƒn<Î)̍øŠ©Ü9$#;Nºt¤|¡ãBÎûÈhqy_Ïä!$yJ¡¡9$#$tB£`ßgä3Å¡ôJマwÎ)ª!$#3¨bÎ)Îûy7Ï9ºsŒ;M»tƒUy5Qöqs)Ïj9šcqãYÏB÷sãƒÇÐÒÈ
 tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS An-Nahl :79)
öNs9r&ts?4n<Î)y7În/uy#øx.£tB¨@Ïjà9$#öqs9uruä!$x©¼çmn=yèyfs9$YYÏ.$y¢OèO$uZù=yèy_}§ôJ¤±9$#Ïmøn=tãWxÏ9yŠÇÍÎÈ
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,(Al-Furqan: 45)
öNs9urr&(#÷rttƒ$¯Rr&ä-qÝ¡nSuä!$yJø9$#n<Î)ÇÚöF{$#Îãàfø9$#ßl̍÷ãYsù¾ÏmÎ/%Yæöyã@à2ù's?çm÷ZÏBöNßgßJ»yè÷Rr&öNåkߦàÿRr&ur(Ÿxsùr&tbrçŽÅÇö7ãƒÇËÐÈ
 dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan? (QS As-Sajdah :27)
öNs9r&ts?¨br&©!$#tAtRr&z`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB¼çms3n=|¡sùyìÎ6»oYtƒÎûÇÚöF{$#¢OèOßl̍øƒä¾ÏmÎ/%Yæöy$¸ÿÎ=tGøƒC¼çmçRºuqø9r&§NèOßkŠÎgtƒçm1uŽtIsù#vxÿóÁãB¢OèO¼ã&é#yèøgs$¸J»sÜãm4¨bÎ)ÎûšÏ9ºsŒ3tø.Ï%s!Í<'rT{É=»t7ø9F{$#ÇËÊÈ
Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS Az-Zumar:21)

öqs9ur#ts?øŒÎ)(#qàÿÏ%ãr4n?tãöNÍkÍh5u4tA$s%}§øŠs9r&#x»ydÈd,ysø9$$Î/4(#qä9$s%4n?t/$uZÎn/uur4tA$s%(#qè%räsùz>#xyèø9$#$yJÎ/öNçFZä.tbrãàÿõ3s?ÇÌÉÈ
dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat Peristiwa yang mengharukan). berfirman Allah: "Bukankah (kebangkitan ini benar?" mereka menjawab: "Sungguh benar, demi Tuhan kami". berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)". (QS Al-An’am: 30)

(6) Al Muqabalat
Al Muqabalat adalah mempertentangkan dua hal yang salah satunya memiliki efek yang jauh lebih besar dibanding dengan yang lainnya. Seperti halnya mempertentangkan antara Allah SWT dengan berhala yang disembah orang-orang musyrik. Contoh Jadalal-Qur'an dalam prosedur seperti ini dapat dilihat antara lain pada Q.s. alWaqi'ah/56:57-59.
ß`øtwUöNä3»oYø)n=yzŸwöqn=sùtbqè%Ïd|Áè?ÇÎÐÈLäê÷ƒuätsùr&$¨BtbqãZôJè?ÇÎÑÈóOçFRr&uäÿ¼çmtRqà)è=øƒrB÷Pr&ß`óstRtbqà)Î=»sƒø:$#ÇÎÒÈ
 Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu tidak membenarkan?
 Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.
 kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?

spuŠÏZ»yJrO8lºurør&(šÆÏiBÈbù'žÒ9$#Èû÷üuZøO$#šÆÏBurÌ÷èyJø9$#Èû÷üuZøO$#3ö@è%ÈûøïtŸ2©%!!#uätP§ymÏQr&Èû÷üuŠs[RW{$#$¨Br&ôMn=yJtGô©$#Ïmøn=tããP%tnör&Èû÷üuŠs[RW{$#(ÎTqä«Îm7tRAOù=ÏèÎ/bÎ)óOçGZà2tûüÏ%Ï»|¹ÇÊÍÌÈ
 (yaitu) delapan binatang yang berpasangan[514], sepasang domba[515], sepasang dari kambing[516]. Katakanlah: "Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar, (QS Al-An’am :143)
[514] Artinya empat pasang, Yaitu sepasang biri-biri, sepasang kambing sepasang unta dan sepasang lembu
[515] Maksudnya domba jantan dan betina
[516] Maksudnya kambing jantan dan betina
ÄÓt<Ås9|Á»tƒÇ`ôfÅb¡9$#Ò>$t/ör&uäšcqè%ÌhxÿtGBîŽöyzÏQr&ª!$#ßÏnºuqø9$#â$£gs)ø9$#ÇÌÒÈ
 Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (QS Yusuf:39)
È@è%ßôJptø:$#¬!íN»n=yur4n?tãÍnÏŠ$t6ÏãšúïÏ%©!$##s"sÜô¹$#3ª!!#uäîŽöyz$¨Br&šcqä.ÎŽô³çÇÎÒÈ
 Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan Kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" (QS AnNaml :59)
öNÍkÉJøÿtFó$$sùôMèdr&x©r&$¸)ù=yzPr&ô`¨B!$uZø)n=yz4$¯RÎ)Nßg»oYø)n=s{`ÏiB&ûüÏÛ¥>ΞwÇÊÊÈ
 Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa[1273] yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.(QS As-Shafaat : 11)
[1273] Maksudnya: malaikat, langit, bumi dan lain-lain.

÷Pr&(#qà)Î=äzô`ÏBÎŽöxî>äóÓx«÷Pr&ãNèdšcqà)Î=»yø9$#ÇÌÎÈ
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? (QS Ath-Thuur :35)
óOçFRr&uäÿ¼çmtRqããu÷s?÷Pr&ß`øtwUtbqããͺ¨9$#ÇÏÍÈ
 kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya? (QsAl-Waqi’ah :64)
öNçFRr&uäçnqßJçFø9tRr&z`ÏBÈb÷ßJø9$#÷Pr&ß`øtwUtbqä9Í\ßJø9$#ÇÏÒÈ
 kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?(69)


 Demikian itulah antara lain prosedur dan metode yang ditempuh al-Qur'an dalam Jadal atau Metode Jadalal-Qur'an.
F. KESIMPULAN
l. Jadal adalah debat, dialog antar dua pihak dengan kehendak untuk menang melalui alasan dan argumentasi. Jadalal-Qur'an ialah pengungkapan bukti-bukti dan dalil-dalil dengan tujuan untuk mengalahkan orang kafir dan para penantang sekaligus untuk menegakkan aqidah dan syari'ah, melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima oleh nurani manusia.
2.Jadal, ada yang mamduh dan ada pula yang madmum,dengan landasan dan contohnya masing-masing di dalam al-Qur'an. Jadal dalam al-Qur'an, dilihat dari pelaku dan hal yang dipersoalkan, menyangkut spaceandtime yang sangat luas. Pernah terjadi antara Allah dengan Malaikat, dengan para Nabi, Nabi dengan kaumnya atau penentangnya, orang perorang di kalangan Bani Adam, dari dulu sampai dengan masa al-Qur'an diturunkan. Bahkan model-model jadal yang tergambar dalam al-Qur'an, di antaranya masih belangsung sampai sekarang. Demikian pula hal yang dipersoalkan dalam Jadal hampir menyangkut keseluruhan dimensi kehidupan manusia, bahkan setelah kehidupan yang sekarang.
3.Tujuan dari Jadalal-Qur'an antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud dan wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari'ah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin mendapat kejelasan. serta untuk mematahkan pembangkangan para penentang dengan pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis pendekatan seperti : alTa’rifat, alIstifhamalTaqriri, alTajzi'at, QiyasalKhatf, at tamsil dan alMuqabalat.
4.Jadal al-Qur'an, dengan memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran kandungan, khususnya ayat-ayat yang bermuatan Jadal,yang pernah terjadi di antara berbagai kalangan yang terekam di dalam al-Qur'an. Dengan memahami Jadalal-Qur'an, akan lebih memudahkan dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur'an. Bagi pendidikan, jelas Jadal memiliki pengaruh kuat. sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang thabi'iyah, juga rational dan emosional sekaligus. sehingga dengan Jadal manusia akan lebih mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membina manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.
G. DAFTARPUSTAKA

Abu Zahrah , Al-Mu'jizatal Kubra, (Beirut: Dar alFikr, 1970)
Al-Raghibal-Isfahani, Mu'jamMufradital-Fadzal-Qur'an, (Beirut: D.iral-Filr, t.th.),
As-Syuyuti, JalaluddinAl-ItqonFiiUlumlal-Qur'an, Dar al-fikr Beirut, 1979  M.
DepdikbudKamus Besar Bahasa Indonesia,edisi kedua Cet.III
Ibnu Manzhur, Lisan al-'Arab, Jilid XI dari XV Jilid (Beirut: Dar Shadir, t.th.)
Manna' Khalilal-QaththanMabdhitsfiuluumal-Qur'an(Beirut: Mansyuratat-Ashr, 1977)
Muhammad Fu'adAbd. Al Baqy, AI-Mu'jamalmufahros Li alFazal-qur'anal-Karim, (t.tp.: Angkasa t.th.)
Zahir 'Awadal-AlamaiyManahijal-Jadalfial-qur'anal-Karim, (t.tp.,t.th.)

http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-al-qur-an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post