A. PENDAHULUAN
Kitab suci
Al-qur'an merupakan kitab Suci yang berisi kebenaran yang jelas dan terperinci
yang menjangkau segala aspek kahidupan, hal ini terlihat dengan jelas ketika
masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al- qur'an. Namun banyak manusia
yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi kesombongan dan
menyatakan diri tidak mengimaninya. Al-Qur'an tidak berisi kalimat-kalimat
verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian kalimat petunjuk dan
hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah menyatukan berbagai
macam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat banyak sekali
proses-proses para penafsir al- Qur'an dari zarnan ke zaman dalam upaya
mengungkap ma'na-ma.na dan system yang terkandung dalam al-qur'an yang
merupakan Mujizat terbesar Akhir zaman.
Suatu hari
umar bin Khaththab keluar masjid bersama Al-Jarud Al- Abdi. Tiba-tiba ada
seorang wanita muncul di pinggir jalan. Umar memberi salam kepadanya dan wanita
ifu menjawabnya lalu berkata "Hai Umar engkau sudah sangat lain. Dulu aku
mengenalmu ketika masih bernama Umair (Umar kecil) di Pasar ukazh sedang
menggembala domba dengan membawa tongkat. Tidak lama kemudian, engkau dinamai
Umar. Belum beberapa hari berlalu, engkau sudah dinamai AmirulMuhninin.
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan rakyat. Ketahuilah, barangsiapa yang
takut terhadap ancaman maka yang jauh pun terasa dekat. Dan barangsiapa yang
takut terhadap kematian, dia pun takut akan hilang kesempatan". Al-Jarud
berkata "Hai wanita lancang betul engkau terhadap Amirul Mukminin".
Umar berkata "Biarkan dia. Apakah kamu tidak mengenalnya? Dia adalah
Khaulah binti Tsa'labah, istri Aus bin shamit yang suaranya didengar Allah dari
tujuh petala langit. Jadi, Umar sangat layak menyimak perkataannya".
wanita tersebut digelari "wanita pendebat/penggugat". Allah
mengabadikannya gugatannya dalam empat ayat pertama QS Al-Mujadilah ayat 58
قَدْ سَمِعَ
اللَّهُ قَوْلَ الَّتِي تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا وَتَشْتَكِي إِلَى اللَّهِ
وَاللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ الَّذِينَ
يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ
أُمَّهَاتُهُمْ إِلَّا اللَّائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا
مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌوَالَّذِينَ
يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ
رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌفَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا
ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ
وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya Allah Telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengor lagi Maha melihat.Orang-orqng yang
medhiharisterinya di antara kamu, (menganggap isterirrya sebagai ibunya, padahal)
tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah
wanita yang melahirkan mereka. dan Sesungguhnya mereka sungguh-sunguh
mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. dan Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.orang-orang yang menzhiharisteri mereka, Kemudian
mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Demikiantah yang diajarkan kepada kamu, dan Allal Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), Mako (wajib atasnya)
berpuasa dua bulan berturut- turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang
tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orong miskin.
Demikianlah supoya kamu beriman kepada Alloh dan Rasul-Nya. dan
ltulahhuhtm-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaanyang sangat pedih.
Sebab
Turunnya ayat Ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama
Khaulah binti Tsa'labah yang Telah dizhihar oleh suaminya Aus ibnShamit, yaitu
dengan mengatakan kepada isterinya: Kamu bagiku seperti punggung ibuku dengan
maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh
menggauli ibunya. menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu sudah sama
dengan menthalakisteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah
s.a.w. Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal Ini belum ada Keputusan dari Allah.
dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan: Engkau Telah diharamkan
bersetubuh dengan dia. Lalu Khaulah berkata: Suamiku belum menyebutkan
kata-kata thalak Kemudian Khaulah berulang kali mendesak Rasulullah supaya
menetapkan suatu Keputusan dalam hal ini, sehingga Kemudian turunlah ayat ini
lmam Ahmad
meriwayatkan dari Khaulah binti Tsa'labah, ia berkata, "Demi Allah,
Allah telah menurunkan permulaan surat Al-Mujadilah ini berkenaan dengan diriku
dan Aus ibnuShamit". Khaulah bercerita, "Aku tengah bersama Shamit.
Dia orang yang sudah tua dan kadang-kadang muncul perangainya yang buruk. Suatu
hari dia menemuiku. Aku membantahnya dengan suatu perkataan. Dia marah dan
berkata Bagiku kamu seperti punggung ibuku. Dia keluar rumah dan duduk bersama
sekelompok kaumnya, sejenak. Dia menemuiku lagi. Temyata dia menginginkan
diriku. Aku katakan, Jangan. Demi Dzat yang menguasai diri Khaulah, engkau
tidak boleh menyentuhku karena kamu telah mengucapkan sebelum Allah dan
Rasul- Nya memberikan suatukeputusan bagi kita.Dia menangkapku. Aku meronta dan
berhasil mengalahkannya karena memang orang yang sudah tua dan lemah. Aku
melepaskannya dari tubuhku. Aku keluar rumah menemui tetanggaku untuk meminjam
pakaian darinya. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah SAW. Aku duduk di
hadapannya. Aku menceritakan apa yang aku alami. Aku pun mengadukan perangainya
yang buruk terhadapku. Rasulullah SAW pun bersabda, “Hai Khaulah, anak pamanmu
(Aus ibnuShamit) adalah orang yang sudah tua. Bertakwalah kepada Allah dalam
menghadapinya. Aku tidak mau, Demi Allah, aku tidak akan beranjak sebelum
Alquran diturunkan mengenai diriku. Tiba-tiba beliau gemetar sebagaimana
biasanya (ketika mendapat wahyu). Setelah itu beliau cerah dan bersabda
'Khaulah, sesungguhnya Allah telah menurunkan Alquran berkenaan denganmu dan
teman hidupmu. Kemudian beliau membaca ayat ini".
Banyak
pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Pertama bisa jadi
seseorang yang tidak dikenal orang atau dianggap rendah, justru memiliki
keistimewaan di hadapan Allah. Seperti Khaulah, seorang sahabat wanita yang
tidak dikenal, namun memiliki tempat di hadapan Allah SWT. Karena yang
dipandang Allah adalah hati dan amalnya bukan kemolekan fisik. Sabda Rasul SAW.
"Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak memandang bentuk fisik dan harta
kalian, melainkan Dia memandang hati dan amal kalian”(HR Thabrani)
Banyaknya
harta tingginya jabatan dan bergengsinya pekerjaan bukan jaminan tingginya
kedudukan di hadapan Allah. Yang menjadi parametemya adalah ketakwaan. Firman
Allah SWT,
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhrrya kami
menciptakan kamu dari seorong laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya komu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisiAlloh ialah orang yang
paling taqwadiantara kamu. sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.
Kedua, kedudukan
wanita akan terangkat ketika ia mampu menjaga kehormatannya. Kemuliaan wanita
terletak tidak terletak pada kecantikan wajah tetapi pada keteguhannya
mempertahankan kehormatan. wanita yang menjaga kehormatannya akan dihormati dan
disegani orang lain. Keteguhan ini berawal dari keimanan. Irnan inilah yang
melahirkan perasaan harap dan takut. Berharap pada cinta Allah, dan takut
terhadap benci dan adzab-Nya. Perasaan seperti inilah yang dirasakan Khaulah.
Ia dihadapkan kepada dilema apakah ia harus melayani suaminya atau menunggu
keputusan Allah atas kejadian yang ia alami. Akhirnya keimananlah yang
mengantarkannya pada pilihan untuk menunggu keputusan Allah.
Atau seperti
seorang gadis yang menolak saran ibunya untuk mencampur air susu yang akan
dijualnya dengan air. Gadis tersebut menolak dengan sopan, "Ibu, Amirul
Mukminin melarang perbuatan tersebut". Tapi, Amirul Mukminin kan tidak
melihat?," ungkap ibunya kembali. Dengan tenang gadis tersebut bertutur,
"Benar Bu, Amirul Mukminin tidak melihat, tapi TuhannyaAmirulMulaninin,
Maha Melihat apa yang dikerjakan hamba-Nya".
Ketiga, wanita
mempunyai kedudukan yang sama dengan lelaki. Keduanya diciptakan dari jenis
yang sama. Difirmankan, Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari rufs yang satu (sama), dan darinya Allah
menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lelaki
dan perempuan yang banyak (QS An- Nisaa [a]: 1). Wanita adalah saudara lelaki,
"Sebenarnya wanita itu adalah saudara kandung laki-laki," demikian
sabda Rasulullah SAW (HR Abu Daud). Dan keduanya diberi tugas yang sama yaitu
beribadah,
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah aku ciptakan jin
dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS AdzDzariyat [51]:56).
Wanita memiliki tempat yang istimewa
dalam Islam. Mereka diberikan hak-hak yang pada masa pra-Islam tidak diberikan.
seperti hak mendapatkan pendidikan, hak memilih calon suami, hak meminta cerai,
berpartisipasi di bidang sosial dan lainnya. wanita pada masa sahabat memahami
hal ini,sehingga sejarah mencatat kegemilangan para sahabiyah. Ada Khadijah,
yang menjadi pengusaha; 'Aisyah yang menjadi perawi hadis sekaligus ahli fikih,
juga Shafiyah binti AbdilMuthalib, bibi Nabi SAW yang ikut berjihad, dan lainnya.
Tidak ada
diskriminasi atas dasar perbedaan jenis kelamin. Kalaupun ada, maka perbedaan
tersebut bukan untuk menunjukkan bahwa lelaki itu lebih tinggi derajatnya
daripada wanita. Secara fitrah baik bentuk fisik atau pun psikis lelaki dan
wanita itu berbeda. Perbedaan tersebut berkaitan juga dengan kelenjar dan darah
masing-masing kelamin. Karena itu" adanya pembagian kerja" hak dan
kewajiban, yang ditetapkan agama disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan
tersebut.
Akan tetapi
satu hal yang perlu dicatat.,Istimewanya wanita dalam Islam bukan berarti ia
bebas berbuat tanpa batas. Islam menempatkan wanita sesuai fitrahnya. Islam
tidak menghendaki wanita menjadi rendah karena dalih kebebasan. Islam juga
tidak membiarkan wanita melanggar fitrahnya dengan melakukan sesuatu yang
menjadi fitrah lelaki.
Ketetapan Allah pasti mengandung
maslahat termasuk ketika Allah menakdirkan kita menjadi lelaki atau wanita.
Yang terpenting, hati kita bersih dan ibadah kita maksimal. Insya Allah kita
termasuk orang yang didengar keinginannya, seperti Khaulah binti Tsa'labah.
Disini Kami mencoba menunjukkan
sebuah sistem yang ada dalam al-Qur'an yang kita akui sebagai Hudan dan Bayyinah
yaitu Jadal.
B. PENGERTIAN JADAL DALAM AL.QUR'AN
Jadal
dalam arti bahasa adalah “Kusut", contoh. جدلت الحبلyang berarti
" tali yang kusut “ dan menurut Istilah yaitu: Perdebatan dalam suatu
masalah dan berargumen untuk memenangkan perdebatan ( menemui kebenaran )[2].
Al-Qur'an
menyebut kata Jadal dalam berbagai bentuknya sebanyak 29 kali. Fokus
pemuatannya tersebar pada 16 Surat dalam 27 ayat yakni pada surah: al-Nisaa/4:
109 dan Huud/ll: 32 masing-masing dua kali; al- Baqaruh|2:197; kemuadian pada
al-Nisaa/4: 107; al-An'aam/6: l2l,125; al- A'raf/7:71; al-Anfaal/8: 6;
Huud/l1:74; al-Ra'd/l3: 13; al-Nahl/l6: lll, 125; al-Kahfi/I8: 54,56;
al-Hajj/22: 3,8,68; al-Ankabut/29:46; Luqmaan/31: 20; Ghaafir/40: 5,4,25,56,69;
al-Syuura/42: 35; al- Zukhruf/433: 58; al-Mujaadalah/58: I masing-masing satu
kali.[3]
Dalam bahasa Indbnesia, Jadal dapat dipadankan dengan debat. Debat adalah
pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi
alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.[4]Jadal
atau Jidal dalam bahasa Arab dapat dipahami sebagai "perbantahan dalam
suatu permusuhan yang sengit dan berusaha memenangkannya.[5]
Sebagai
suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan jalan
masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau
pendapatnya dalam suatuperdebaan yang sengit.[6]
Berbagai batasan pengertian tentang Jadal dirumuskan para ulama namun pada
dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha menunjukkan kebenaran atau membela
kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam argumentasi. Dari
definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka itu antara
lain adalah (1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji, (2)
Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat, (3) Untuk menunjukkan
aliranan/ mazhab serta kebenarannya.
Dengan rambu
yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal memang tidak harus
saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit menghidari suasana saling
bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar manusia adalah memang suka
membantah atau berbantah-bantahan, bahkan Tuhannya pun dibantah. (Q.SalKahfi/18
: 54). Kenapa demikian? Sebab manusia memang memiliki potensi kebebasan untuk
itu, yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya . untungnya kita punya pedoman
yaitu al-Qur'an yang menganjurkan jika hendak berbantahan maka berbantahanlah
dengan cara yangterbaik.[7]
Istilah yang
dapat dipandang sebagai padanan daripada istilah Jadal adalah alMunazharah,
alMuhawarah, alMunaqasyah dan alMubahatsah. Istilah-istilah tersebut dapat
dipandang sepadan, sebab pada dasarnya mengacu pada tujuan yang sama yakni
untuk menjelaskan dan kejelasan sesuatu permasalahan. Hanya saja Jadal lebih
menekankan kemenangan, dan pada saat yang sama kekalahan bagi pihak lawan
debat. Munazharahmerupakan kegiatan dimana dua orang saling mengemukakan
pemikiran, masing-masing bertujuan membenarkan pemikirannya serta menyalahkan
pemikiran lawan (debat)nya dengan jalan saling mencoba menguji pembuktian dalam
upaya mencari/menampakkan kebenaran. Adapun muhaworah mengacu pada
pembicaraan dimana di dalamnya ada dialog/tanya jawab dengan sopan yang
bertujuan hampir sama saja dengan Jadal. Tentang munaqasyah dan
mubahatsah hampir sama saja. Khususnya tentang Jadal dan muhawarah, di
dalam al-Qur'an terdapat ayat yang di dalamnya digunakan kedua istilah
tersebut, yaitu pada surah Q.,S. alMujadalah ayat pertama.[8]
Adapun
al-Qur'an secara etimologis berarti "bacaan", dan secara terminologis
adalah Kalam Allah SWT. Yang merupakan mu’jiizat yang diturunkan (diwahyukan)
kepada Nabi Muhamad SAW. dan diriwayatkan secara mutawatir serta membacanya
adalah ibadah.[9]
Sedangkan yang dimaksud Jadalal-Qur'an adalah pembuktian-pembuktian serta
pengungkapan dalil dalil yang terkandung di dalamnya untuk dihadapkan pada
orang-orang kafir dan mematahkan argumentasi para penentang dengan seluruh
tujuan dan maksud mereka, sehingga kebenaran ajaran-Nya dapat diterima dan
melekat di hati manusia.[10]Allah
SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an Surat Al-Kahfi ayat 54
وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا
Artinya : " Dan manusia itu
sering kali membantah ( berdebat )"
Oleh sebab itu dalam ayat yang lain
Allah swr juga memerintahkan untuk berdebat dengan orang-orang yang melawan
Islarn dengan cara yang santun, yaitu dalam Surat An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi :
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ
رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ
Artinya :" Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhnnmu dengan Hilkmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang lebih baik".
Dan juga
dibolehkannya membantah para Ahli Kitab dengan bantahan yang baik sebagaimana
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 46 :
وَلَا
تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Artinya : " Dan janganlah
kamu membantah terhadap Ahli Kitab, kecuali dengan bantahan yang lebih baik.
"
Itulah beberapa contoh cara
perdebatan yang santrn yang disampaikan Allah SWT dalam Al-Qur'an yang suci,
namun ada juga perdebatan-perdebatan kosong yang dilakukan oleh orang-orang
kafir yang memperturutkan hawa nafsunya unfuk menolak kebenaran.
Firman Allah SWT dalam surat
Al-Kahfi ayat 56 :
وَمَا
نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ
كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آَيَاتِي وَمَا
أُنْذِرُوا هُزُوًا
Artinya : " Dan orang-orang
lufir membantah dengan yang batil, agar dengan demikian mereka dapat menolak
yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan Kami terhadap
mereka sebagai olok-olok "
C. URGENSI JADAL DALAM AI-QUR’AN
Setelah
menjelaskan bagaimana Al-Qur'an memberikan aturan-aturan dalam perdebatan yang
dibolehkan, perlu kita ketahui urgensi dari Jadal dalam al-Qur'an. Mengapa
Al-Qur'an itu mernbanlahargumenl-argumen orang-orang kafir dan musyrik?,
diantara urgensinya adalah:
- Dikarenakan Al Qur’an turun ditengah tengah bangsa Arab dan menggunakan bahasa mereka maka Al-Qur'an berargumen sebagaimana argumen-argumen mereka sehingga mereka jelas atas persoalan-persoalan yang dibicarakan. Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrohim ayat 4:
Artinya: "Kami tidak mengutus
seorang Rasulpun, kecuali dengan bahasa kaumnya supaya ia dapat memberikan
penjelasan dengan terang kepada mereka."
- Fitroh manusia yang suci akan selalu menerima hal- hal yang pasti dan rasional sebagaimana yang mereka lihat dan mereka rasakan dan bukan angan-angan yang tiada batas.
- Menghindari dari kata kata yang rumit dan membutuhkan rincian merupakan hal yang dianjurkan dan diinginkan semua orang. Kata-kata yang membutuhkan penjelasan panjang lebar merupakan sebuah kerumitan yang sulit dipahami oleh orang-orang umum, maka apabila seseorang mampu menggunakan argumen yang tepat dan tidak rumit akan menang dalam berargumen. Begitulah Allah SWT memberikan bantahan- bantahan yang jelas dan mudah diterima oleh siapapun.[11]
D. BENTUK-BENTUK JADAL DALAM
AL-QUR'AN
Menurut Manna' al-Qathan dalam
bukunya "MabahitsfiiUlumial-Qur'an", beliau menyebutkan
pembagian argumentasi dalam dua bentuk yaitu :
1. Penyebutan Alam semesta untuk
memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada Aqidah yang benar dalam
kepercayaan, Iman kepada Allah SWT, Malaikatnya Kitab-kitab Suci,
Rasul-rasulnya, dan Hari Akhir.Contoh Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh
ayat 2l-22:
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَالَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya: "Wahai Munusia
Sembahlah Tuhqnmuycng telah menciptahan kamu dan oftmg-orang sebelum kamu
supaya kamu bertaqwa. Diolah yang telah merrciptakan Bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebadai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langil, lalu
Dia menjadikan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai karunia untukmu,
karena itu janganlah kamu mengadaknn sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui".
2. Menolak argumen-argumen yang salah dari para penyeleweng.
Dalam hal ini terbagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Menyebutkan orang
yang diajak berbicara itu dengan kata-kata pertanyaan, sehingga terbebas dari
permusuhan dan terselamatkan dari permainan akal, sehingga mereka mengakui
kesalahan yang mereka perbuat. Dalam hal ini Allah SWT berfrman dalam Surat
At-Tur ayat 35:
أَمْ
خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
Artinya : "Apakah mereka
yang menciptakan segala sesuatu atau mereka yang diciptakan".
Menurut Imam Syuyuti, untuk
menyelamatkan dari perselisihan tidak harus memakai kata-kata pertanyaan saja
namun bisa dengan manfu ( kata peniadaan ), atau syarat denga huruf-huruf
Imtina (larangan).[12]
Disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Mu'minun ayat 91 yaitu:
مَا اتَّخَذَ
اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ
بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يَصِفُونَ
Artinya : "Allah seknli-knlli
tidak mempunyai dnah dan seknli-kali tidak ada tuhan yang menyertainya, kalau
ada tuhan yang menyertairrya, masing-masing tuhan akan membowamahluq yang
diciptakanrrya, dan sebagian dari tuhon-tuhan itu akan mengolahksn sebagian
yang lain. Maha suci Allah SW dari apa yang mereka sifatkan itu".
b.Menunjukkan
dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan dan tempat kembali. Sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur'an Surat Qaf ayat l5:
أَفَعَيِينَا
بِالْخَلْقِ الْأَوَّلِ بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ
Artinya : "Apakah kami letih
dengan penciptaan yang pertama?. Sebenarrrya mereka ragu tentang penciptaanyang
baru".
Surat Fusshilat ayat 39:
وَمِنْ
آَيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا
الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى
إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya : "Dan sebagian dari
tanda-tanda-Nya, bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami
turunkan air diatasnya, niscaya ia akan bergerak dan subur. Sesunggguhnya Tuhan
yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu".
Begitu juga dalam Surat Al-Qiyamah
ayat36-40, At-Thoriq ayat 5-8, dimana ayat-ayat ini menunjukkan kehidupan awal
didunia dengan segala isinya yang takkan habis, danjuga kehidupan setelah mati.
c. Memutus
langsung perdebatan dengan menyebut kesalahan- kesalahan lawan. contoh dalam Surat
Al-An'am ayat 91, di.unu dalam ayat tersebut Allah swr menolak pengaduan
orang-orang yahudi dengan perkataannya :
وَمَا
قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ إِذْ قَالُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ
مِنْ شَيْءٍ
Artinya : "Demi Allah SW tidak
menetapkan sesuatu itu bukan atas keemompuannya, ketika mereka berkata “Allah
SWT tidak menciptakonsesuatupun untuk manusia ".
d. Membatasi
dan membagi sesuai dengan sifat dan menolak untuk membagi salah satunya sebagai
dasar hukum seperti dalam Surat Al- An'am ayat 143: :
ثَمَانِيَةَ
أَزْوَاجٍ مِنَ الضَّأْنِ اثْنَيْنِ
Artinya " yaitu delapan
binatang yang berpasangan sepasang dari domba dan sepasang dari kambing"
Kemudian Allah berfirman dalam ayat
yang ke 144 :
وَمِنَ
الْإِبِلِ اثْنَيْنِ وَمِنَ الْبَقَرِ اثْنَيْنِ قُلْ آَلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ
الْأُنْثَيَيْنِ أَمَّا اشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ الْأُنْثَيَيْنِ أَمْ
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ وَصَّاكُمُ اللَّهُ بِهَذَا
Artinya: "Dan sepasang dari
unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah " Apakah dua yang jantan yang
diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua
betinanya. Apakah kamu menyaksikan diwaktu Allah menetapkan ini bagimu?
e. Mengunci
lawan dengan penjelasan lebih banyak, dimana seolah- olah perselisihan tersebut
tidak akan diakui oleh siapapun. Seperti dalam firman Allah Surat Al-An'am ayat
100 :
وَجَعَلُوا
لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ
بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ
disisni Allah SWT menafikan dirinya
dari tawallud (beranak-pinak) disebabkan keesaan-Nya, karena beranak-pinak itu
menurut kita adalah harus melalui dua mahluq, dan Allah SWT tiada sekutu
bagi-Nya. Contoh lainnya adalah pengakuan atas Risalah kenabian yang mana Nabi
merupakan orang-orang pilihan, hal ini dicontohkan oleh Allah SWT dalam
Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 11.
قَالَتْ
لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ
يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
Didalam kitab Al-ItqonfiiUlumilQur'an,
lmamsyuyuti menyebutkan beberapa hal yang termasuk dalam bentuk
Jadaldiantaranya:
1.Al-Isyjal yaitu meletakkan kata yang menunjuk
kepada lawan bicara dan juga apa yang dibicarakan. Contohnya dalam firman Allah
dalam Surat Ali Imron ayat194.
رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رُسُلِكَ
وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
2.Al-Intiqol yaitu
memindahkan argument yang dijadikan dalil kearahargument yang tidak dapat
diikuti sehingga didalam perdebatan kadang argument tidak dimengerti maksudnya
oleh lawan. contoh dalam surat Al-Baqoroh ayat 258, memaknai istilah
menghidupkan dengan membebasknrydisisnilah kekeliruan tersebut sehingga Allah
SWT merubahargument dengan yang lainnya yaitu menerbitkan matahari dari barat.
أَلَمْ تَرَ
إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آَتَاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي
وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ
الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
3.Munaqodhoh, yaitu
menggantungkan sesuatu dengan hal yang mustahil, yang mengisyaratkan
kemungkinan terdadi. Contoh dalam Al-qur'an Surat Al-A'raf ayat 40.
Artirrya: "Dan mereka tidak
akan masuk kedalam surga hingga unta masuk keIobang jarum " .
E. TUJUAN DAN METODE JADAL
Jadalal-Qur'an memiliki berbagai
tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat al-Qur'anyang mengandung atau yang
bemuansaJadal, di antararrya adalah :
(1) Sebagai jawaban atau untuk
mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan pembenaran aqidah dan
qaidahsyari'ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul,
Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang
dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat
manusi4 sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar. Jadal
dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya mengenai dialog Nabi Musa
a.s. dengan Fir'aun (Q.,s. al- Syu'ara'/26: 10-51).
(2)Sebagai layanan dialog bagi
kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan
secara nalar yang rasional , atau melalui ibarat maupun melalui do'a. Dari
dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan, nasehat dan
semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dijadikan contohnya adalah
penjelasan Allah SWT. atas persoalan kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang ingin
menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah
menghidupkan makhluk-Nya yang telah mati (Q.,S. alBaqarah/2 :260, juga dapat
dilihat pada ayat 30 surat yang sama sebagai contoh lainnya.
(3)Untuk menangkis dan melemahkan
argumentasi-argumentasi orang kafir yang sering mengajukan pertanyaan atau
permasalahan dengan jalan menyembunyikan kebenaran yang memang disinyalir dalam
al-Qur'anWajaadiluubialBaathilliyudhiduubihialhaq (Q.,S al Mukmin/40 :
5). Sebagai contoh Jadal dengan tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s.
alMukminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaafl50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-79.[13]
Adapun mengenai metode yang
ditempvhJadatal-Qur'an, para ulama pada dasarnya sama saja, walaupun secara
tehnis ada perbedaan dalam mengelompokkan apakah suatujadal dalam al-Qur'in
termasuk metode atau macam/jenis dari jadal tersebut. Yang dimasukkan ke dalam
macam-macam Jadalal-Qur'an oleh Abu Zahrah dan Al Qaththan
umpamanya, oleh Al Almaa'iysebagiannya dimasukkan ke dalam metode Jadalal-Qur'an.
Dalam tulisan ini, kedua kecenderungannya tersebui digabung dalam pembahasan
tentang prosedur yang ditempuh dalam Jadalal-Qur'an,yakni:[14]
(l) Al Ta'rifat.
Bahwa Allah SWT secara langsung
memperkenalkan diri-Nya dan cipaan-Nya sebagai pembuktian akan wujud dan ke
Maha Kuasaan-Nya.Karena Allah tidak terjangkau oleh indera manusia maka dengan
mengukapkan hal-hal yang bisa ditangkap indera manusia, manusia akan mampu
memahami akan wujud dan kekuasaan Sang Maha Kuasa. Hal inilah yang antara lain
dapat dipahami dari firman Allah seperti tertera pada Q.,s. alAn'am/6:95-100,
tentunya banyak contoh yang lainnya tentang hal ini.
(2) Al Istifhamal-Taqriry
Dalam bentuk ini Allah mengajukan
pertanyaan langsung dengan penetapan jawaban atasnya. Pertanyaan tentang hal
yang memang sudah nyata, diangkat lagi lalu disertai dengan jawaban yang
merupakan penetapan atas kebenaran yang sudah pasti. Prosedur ini dipandang
oleh para ahli ulumal- Qur'an sebagai yang ampuh sekali sebab dapat langsung
membatalkan jidal atau argumen para pembanlah. sebagai contohnya dapat disebut antara
lain firman-Nya dalam Q.,S. Yaasiin/ 36: 8l-82.
(3) Al Tajzi'at
Dengan prosedur ini Allah
mengungkapkan bagian-bagian dari suatu totalitas, secara hirarki atau
kronologis, yang sekaligus menjadi sebagai argumentasi dialektis untuk
melemahkan lawan dan menetapkan suatu kebenaran. Masing-masing dapat berdiri
sendiri sebagai bukti untuk membuktikan kebenaran yang dimaksudkan. Prosedur
jadal seperti ini Nampak antara lain dalam Q.,S. Al Naml/27 :54-64.
(4) QiyasalKhalf
Dalam bahasa Indonesia disebut
"analogi berbalik'. Dengan prosedur ini, kebenaran ditetapkan dengan
membatalkan pendapat lawan yang berbalikan/ berlawanan. Sebab dalam realitas
kehidupan tidak dapat berkumpul dua hal yang berlawanan. Tentang metode Jadal seperti
ini dapat disebut firman Allah dalam Q.,s. alAnbiya'/21 : 2l-22.
(5) Al Tamtsil
Allah mengungkapkan perumpamaan bagi
suatu hal. Dengan perumpamaan dimaksudkan agar suatu kebenaran dapat dipahami
secara lebih cepat dan lebih mudah, lalu lebih melekat di sanubari
"lawan". Untuk ini antara lain dapat disebut sebagai contoh adalah
firman-Nya pada Q.,s. alBaqarah/2 : 259.
÷rr&É©9$%x.§tB4n?tã7ptös%}ÉdurîptÍr%s{4n?tã$ygÏ©ráããtA$s%4¯Tr&¾ÇósãÍnÉ»ydª!$#y÷èt/$ygÏ?öqtB(çms?$tBr'sùª!$#sps($ÏB5Q$tã§NèO¼çmsVyèt/(tA$s%öN2|M÷VÎ7s9(tA$s%àM÷VÎ7s9$·Böqt÷rr&uÙ÷èt/5Qöqt(tA$s%@t/|M÷VÎ7©9sps($ÏB5Q$tãöÝàR$$sù4n<Î)ÏB$yèsÛÎ/#u°uröNs9÷m¨Z|¡tFt(öÝàR$#ur4n<Î)Í$yJÏmn=yèôfuZÏ9urZpt#uäÂZ$¨Y=Ïj9(öÝàR$#urn<Î)ÏQ$sàÏèø9$#y#ø2$ydãų^çR§NèO$ydqÝ¡õ3tR$VJóss94$£Jn=sùú¨üt7s?¼çms9tA$s%ãNn=ôãr&¨br&©!$#4n?tãÈe@à2&äóÓx«ÖÏs%ÇËÎÒÈ
atau Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang
yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia
berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian
menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal
di sini?" ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah
hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini
seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah;
dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada
tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami
membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana
Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
*öNs9r&ts?n<Î)tûïÏ%©!$#(#qã_tyz`ÏBöNÏdÌ»tÏöNèdurî$qä9é&uxtnÏNöqyJø9$#tA$s)sùÞOßgs9ª!$#(#qè?qãB§NèOóOßg»uômr&4cÎ)©!$#rä%s!@@ôÒsùn?tãĨ$¨Z9$#£`Å3»s9urusYò2r&Ĩ$¨Y9$#wcrãà6ô±oÇËÍÌÈ
Apakah kamu
tidak memperhatikan orang-orang yang ke luar dari kampung halaman mereka,
sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati; Maka Allah berfirman
kepada mereka: "Matilah kamu"[154], kemudian Allah menghidupkan
mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan
manusia tidak bersyukur. (QS
Al-Baqarah: 243)
[154]
Sebahagian ahli tafsir (seperti Al-Thabari dan Ibnu Katsir) mengartikan mati di
sini dengan mati yang sebenarnya; sedangkan sebahagian ahli tafsir yang lain
mengartikannya dengan mati semangat.
óOs9urr&(#÷rtt4n<Î)$tBt,n=y{ª!$#`ÏB&äóÓx«(#às¨xÿtFt¼ã&é#»n=ÏßÇ`tãÈûüÏJuø9$#È@ͬ!$yJ¤±9$#ur#Y£Úß°!óOèdurtbrãÅzºyÇÍÑÈ
dan Apakah
mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang
bayangannya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri dalam Keadaan sujud kepada
Allah, sedang mereka berendah diri? (QS An-Nahl:48)
(Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah
diciptakan Allah) yang ia mempunyai bayangan, seperti pohon dan gunung (yang
berbolak-balik) condong ke sana dan condong ke mari (bayangannya ke kanan dan
ke kiri) lafal asysyamaail adalah bentuk jamak dari lafal syimaal; artinya bayangan
itu condong ke arah dua sisinya, pertama di permulaan siang hari dan yang kedua
pada sore harinya (dalam keadaan sujud kepada Allah) lafal sujjadan menjadi
hal; artinya mereka lakukan demikian dalam keadaan tunduk kepada Allah sesuai
dengan karakter mereka (sedangkan mereka) yakni bayangan-bayangan itu (berendah
diri?) merendahkan dirinya terhadap Allah; bayangan-bayangan tersebut
diungkapkan seolah-olah mereka berakal
óOs9r&(#÷rttn<Î)Ìø©Ü9$#;Nºt¤|¡ãBÎûÈhqy_Ïä!$yJ¡¡9$#$tB£`ßgä3Å¡ôJãwÎ)ª!$#3¨bÎ)Îûy7Ï9ºs;M»tUy5Qöqs)Ïj9cqãYÏB÷sãÇÐÒÈ
tidakkah mereka memperhatikan burung-burung
yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain
daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman. (QS An-Nahl :79)
öNs9r&ts?4n<Î)y7În/uy#øx.£tB¨@Ïjà9$#öqs9uruä!$x©¼çmn=yèyfs9$YYÏ.$y¢OèO$uZù=yèy_}§ôJ¤±9$#Ïmøn=tãWxÏ9yÇÍÎÈ
Apakah kamu
tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan
memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan
tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas
bayang-bayang itu,(Al-Furqan:
45)
öNs9urr&(#÷rtt$¯Rr&ä-qÝ¡nSuä!$yJø9$#n<Î)ÇÚöF{$#Îãàfø9$#ßlÌ÷ãYsù¾ÏmÎ/%Yæöyã@à2ù's?çm÷ZÏBöNßgßJ»yè÷Rr&öNåkߦàÿRr&ur(xsùr&tbrçÅÇö7ãÇËÐÈ
dan Apakah mereka tidak memperhatikan,
bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu
Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak
mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan? (QS As-Sajdah :27)
öNs9r&ts?¨br&©!$#tAtRr&z`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tB¼çms3n=|¡sùyìÎ6»oYtÎûÇÚöF{$#¢OèOßlÌøä¾ÏmÎ/%Yæöy$¸ÿÎ=tGøC¼çmçRºuqø9r&§NèOßkÎgtçm1utIsù#vxÿóÁãB¢OèO¼ã&é#yèøgs$¸J»sÜãm4¨bÎ)ÎûÏ9ºs3tø.Ï%s!Í<'rT{É=»t7ø9F{$#ÇËÊÈ
Apakah kamu
tidak memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, Maka
diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air
itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu
melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. (QS Az-Zumar:21)
öqs9ur#ts?øÎ)(#qàÿÏ%ãr4n?tãöNÍkÍh5u4tA$s%}§øs9r&#x»ydÈd,ysø9$$Î/4(#qä9$s%4n?t/$uZÎn/uur4tA$s%(#qè%räsùz>#xyèø9$#$yJÎ/öNçFZä.tbrãàÿõ3s?ÇÌÉÈ
dan
seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu
melihat Peristiwa yang mengharukan). berfirman Allah: "Bukankah
(kebangkitan ini benar?" mereka menjawab: "Sungguh benar, demi Tuhan
kami". berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan
kamu mengingkari(nya)". (QS
Al-An’am: 30)
(6) Al Muqabalat
Al Muqabalat adalah mempertentangkan
dua hal yang salah satunya memiliki efek yang jauh lebih besar dibanding dengan
yang lainnya. Seperti halnya mempertentangkan antara Allah SWT dengan berhala
yang disembah orang-orang musyrik. Contoh Jadalal-Qur'an dalam prosedur seperti
ini dapat dilihat antara lain pada Q.s. alWaqi'ah/56:57-59.
ß`øtwUöNä3»oYø)n=yzwöqn=sùtbqè%Ïd|Áè?ÇÎÐÈLäê÷uätsùr&$¨BtbqãZôJè?ÇÎÑÈóOçFRr&uäÿ¼çmtRqà)è=ørB÷Pr&ß`óstRtbqà)Î=»sø:$#ÇÎÒÈ
Kami telah menciptakan kamu, Maka mengapa kamu
tidak membenarkan?
Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang
kamu pancarkan.
kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang
menciptakannya?
spuÏZ»yJrO8lºurør&(ÆÏiBÈbù'Ò9$#Èû÷üuZøO$#ÆÏBurÌ÷èyJø9$#Èû÷üuZøO$#3ö@è%Èûøït2©%!!#uätP§ymÏQr&Èû÷üus[RW{$#$¨Br&ôMn=yJtGô©$#Ïmøn=tããP%tnör&Èû÷üus[RW{$#(ÎTqä«Îm7tRAOù=ÏèÎ/bÎ)óOçGZà2tûüÏ%Ï»|¹ÇÊÍÌÈ
(yaitu) delapan binatang yang
berpasangan[514], sepasang domba[515], sepasang dari kambing[516]. Katakanlah:
"Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina,
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?" Terangkanlah kepadaku
dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar, (QS Al-An’am :143)
[514]
Artinya empat pasang, Yaitu sepasang biri-biri, sepasang kambing sepasang unta
dan sepasang lembu
[515]
Maksudnya domba jantan dan betina
[516]
Maksudnya kambing jantan dan betina
ÄÓt<Ås9|Á»tÇ`ôfÅb¡9$#Ò>$t/ör&uäcqè%ÌhxÿtGBîöyzÏQr&ª!$#ßÏnºuqø9$#â$£gs)ø9$#ÇÌÒÈ
Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik,
tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa? (QS
Yusuf:39)
È@è%ßôJptø:$#¬!íN»n=yur4n?tãÍnÏ$t6ÏãúïÏ%©!$##s"sÜô¹$#3ª!!#uäîöyz$¨Br&cqä.Îô³çÇÎÒÈ
Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan
Kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih
baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?" (QS AnNaml :59)
öNÍkÉJøÿtFó$$sùôMèdr&x©r&$¸)ù=yzPr&ô`¨B!$uZø)n=yz4$¯RÎ)Nßg»oYø)n=s{`ÏiB&ûüÏÛ¥>ÎwÇÊÊÈ
Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik
Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa[1273] yang
telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari
tanah liat.(QS
As-Shafaat : 11)
[1273]
Maksudnya: malaikat, langit, bumi dan lain-lain.
÷Pr&(#qà)Î=äzô`ÏBÎöxî>äóÓx«÷Pr&ãNèdcqà)Î=»yø9$#ÇÌÎÈ
Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? (QS
Ath-Thuur :35)
óOçFRr&uäÿ¼çmtRqããu÷s?÷Pr&ß`øtwUtbqããͺ¨9$#ÇÏÍÈ
kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang
menumbuhkannya?
(QsAl-Waqi’ah :64)
öNçFRr&uäçnqßJçFø9tRr&z`ÏBÈb÷ßJø9$#÷Pr&ß`øtwUtbqä9Í\ßJø9$#ÇÏÒÈ
kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang
menurunkannya?(69)
Demikian itulah antara lain prosedur dan
metode yang ditempuh al-Qur'an dalam Jadal atau Metode Jadalal-Qur'an.
F. KESIMPULAN
l. Jadal adalah debat, dialog
antar dua pihak dengan kehendak untuk menang melalui alasan dan argumentasi.
Jadalal-Qur'an ialah pengungkapan bukti-bukti dan dalil-dalil dengan tujuan
untuk mengalahkan orang kafir dan para penantang sekaligus untuk menegakkan
aqidah dan syari'ah, melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima oleh
nurani manusia.
2.Jadal, ada yang mamduh
dan ada pula yang madmum,dengan landasan dan contohnya masing-masing di
dalam al-Qur'an. Jadal dalam al-Qur'an, dilihat dari pelaku dan hal yang
dipersoalkan, menyangkut spaceandtime yang sangat luas. Pernah terjadi
antara Allah dengan Malaikat, dengan para Nabi, Nabi dengan kaumnya atau
penentangnya, orang perorang di kalangan Bani Adam, dari dulu sampai dengan
masa al-Qur'an diturunkan. Bahkan model-model jadal yang tergambar dalam
al-Qur'an, di antaranya masih belangsung sampai sekarang. Demikian pula hal yang
dipersoalkan dalam Jadal hampir menyangkut keseluruhan dimensi kehidupan
manusia, bahkan setelah kehidupan yang sekarang.
3.Tujuan dari Jadalal-Qur'an antara
lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud dan wahdaniyah Allah serta petunjuk
dan syari'ah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan permasalahan secara
argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin mendapat
kejelasan. serta untuk mematahkan pembangkangan para penentang dengan
pembuktian yang lebih kuat dan akurat, dengan berbagai tehnis pendekatan
seperti : alTa’rifat, alIstifhamalTaqriri, alTajzi'at, QiyasalKhatf, at
tamsil dan alMuqabalat.
4.Jadal al-Qur'an, dengan
memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran kandungan, khususnya ayat-ayat
yang bermuatan Jadal,yang pernah terjadi di antara berbagai kalangan yang
terekam di dalam al-Qur'an. Dengan memahami Jadalal-Qur'an, akan lebih
memudahkan dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur'an. Bagi pendidikan, jelas Jadal
memiliki pengaruh kuat. sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang thabi'iyah,
juga rational dan emosional sekaligus. sehingga dengan Jadal manusia akan lebih
mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membina manusia yang beriman dan
bertaqwa serta berakhlak mulia.
G. DAFTARPUSTAKA
Abu Zahrah , Al-Mu'jizatal Kubra, (Beirut: Dar
alFikr, 1970)
Al-Raghibal-Isfahani, Mu'jamMufradital-Fadzal-Qur'an,
(Beirut: D.iral-Filr, t.th.),
As-Syuyuti,
JalaluddinAl-ItqonFiiUlumlal-Qur'an, Dar al-fikr Beirut, 1979 M.
DepdikbudKamus Besar Bahasa Indonesia,edisi
kedua Cet.III
Ibnu Manzhur, Lisan al-'Arab, Jilid XI dari XV
Jilid (Beirut: Dar Shadir, t.th.)
Manna' Khalilal-QaththanMabdhitsfiuluumal-Qur'an(Beirut:
Mansyuratat-Ashr, 1977)
Muhammad Fu'adAbd. Al Baqy, AI-Mu'jamalmufahros Li
alFazal-qur'anal-Karim, (t.tp.: Angkasa t.th.)
Zahir 'Awadal-AlamaiyManahijal-Jadalfial-qur'anal-Karim,
(t.tp.,t.th.)
http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/153-jadal-dalam-al-qur-an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar