Senin, 09 Mei 2016

Geografi Al-Qur’an



Geografi Al-Qur’an
Barang-barang kuno
Kesulitan-kesuliatan  dalam melakukan perjalanan di Arabia untuk  tujuan penyelidikan ilmiah sedemikian rupa,  hampir-hampir  tak ada yang bisa dikerjakan.  Walaupn begitu, Arab tidak dapat dikatakan  “miskin barang-barang kuno”tetapi bahan untuk studi di bidang ini masih amat kurang.  Catatan-catatan dari para penyelidik sejak Carsten Niebuhr menunjukan bahwa barang-barang kuno memang ditemukan.
Para sejarawan membagi sejarah Arab menjadi tiga periode. Periode Sheba (Saba') dan Hemyar adalah sebuah periode yang berkaitan dengan masa kuno sejarah Arab. Setelah itu tiba periode Jahiliah yang dimulai dari abad keenam masehi. Masa Jahiliah itu berakhir dengan masuknya periode Islam. Periode Islam pun bertahan hingga kini.
y]s3yJsù uŽöxî 7Ïèt/ tA$s)sù àMÜymr& $yJÎ/ öNs9 ñÝÏtéB ¾ÏmÎ/ šçGø¤Å_ur `ÏB ¥*t7y :*t6t^Î/ AûüÉ)tƒ ÇËËÈ  
22. Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba, suatu berita penting yang diyakini (QS. An-Naml: 22)
Saba adalah sebuah  nama kerajaan di zaman dahulu, ibu kotanya Ma'rib yang letaknya dekat kota San'a ibu kota Yaman sekarang.
Pembagian sejarah Arab juga dilakukan berdasarkan geografi dan ras. Berdasarkan geografi dan ras, Arab terbagi menjadi dua kelompok; Qahthani dan Adnani. Dengan kata lain, ada kelompok penduduk kota dan badui. Pada dasarnya, sejarah Arab kuno saling berkaitan dengan akar sejarah bangsa Iran, India, Mesir dan Yunani.
            Bangsa Arab sebelum masuknya Islam, dikenal di bidang syair dan sastra. Budaya sastra dan syair melebur di tengah masyarakat, bahkan menjadi perhatian luar biasa semua khalayak. Arab badui sangat menyukai sastra bahkan mereka membentuk lingkaran-lingkaran dan kelompok untuk mendengar syair-syair Arab terbaru. Pasar-pasar Arab seperti Ukaz adalah tempat kumpul masyarakat dan sastrawan. Masyarakat dari berbagai kabilah saling berbangga-bangaan dengan menyampaikan syair-syair karyanya.
            Disebutkan dalam sejarah bahwa sastra di masa itu sangat berpengaruh kuat bahkan diceritakan bahwa bila seorang penyair menyampaikan pujian kepada orang yang tak dikenal, maka orang itu tiba-tiba akan dikenal dan mulia dalam sekejap. Akan tetapi sebaliknya bahwa seorang penyair ketika menjatuhkan orang yang punya kedudukan, maka saat itu juga, orang yang berkedudukan itu akan hina di hadapan semua orang. Ini menunjukkan bahwa sastra di masa itu sangat berpengaruh kuat. Pada intinya, sastra dan syair pada masa sebelum Islam menjadi masalah yang benar-benar menyedot perhatian masyarakat.
             Sejarah Arab badui banyak diliputi dengan perang. Pada masa itu dikenal dengan istilah "Ayyamul Arab." Pada umumnya, perang di masa itu terjadi karena perselisihan dan pertikaian terkait binatang dan padang rumput. Fanatisme adalah salah satu karakter menonjol Arab.
            Di masa itu, konflik sering terjadi, bahkan karena masalah kecil, perang bisa berlangsung hingga bertahun-tahun. Lebih dari itu, masyarakat di masa Jahiliah sama sekali tidak menganggap perempuan sebagai makhluk yang mulia. Mereka malah beranggapan bahwa perempuan adalah sumber kehinaan. Bahkan dalam sejarah disebutkan bahwa mereka tega mengubur anak perempuan dalam kondisi hidup-hidup untuk menutupi rasa malu. Bangsa Arab juga meyakini bahwa kaum perempuan tidak dapat menerima warisan, bahkan mereka dianggap seperti barang yang bagian dari warisan.
Allah Swt dalam surat An-Nahl ayat 58-59 berfirman;
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)
 58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah.
59. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.
Rasulullah Saw diutus di tengah masyarakat Jahiliah untuk menyampaikan berita kebahagiaan. Masyarakat Arab di masa itu benar-benar tertinggal. Untuk itu, masyarakat Arab tidak termasuk dalam kekuatan yang diperhitungkan dunia. Akan tetapi setelah kehadiran Rasulullah Saw, masyarakat Arab mengalami perubahan dalam waktu singkat baik dari sisi keyakinan, budaya maupun peradaban.
Barang-barang kuno yang di temukan di Arab diantaranya[1]:
1.      Petilasan-petilasan prasejarah
Tampak jelas dari catatan-catatan para penyelidik , yaitu Palgrave (Central and Eastern Arabia, Vol. 1. Ch.6) berbicara tentang  bagian bentuk sebuah lingkaran yang tersusun dari batu-batu kasar yang di ambil dari bukit-bukit gamping sekitar Nejd.  Delapan atau sembilan dari batu-batu ini masih ada, beberapa di antaranya setinggi sampai 15 kaki , dua di antaranya berjarak 10 sampai 12 kaki masih menunjukan hubungan horizontal.
Karnek Doyghty (Arabia Deserta, Vol. II), yang menjelajahi bagian barat  daya Arabian, melihat batu-batu granit yang tersusun berjajar dan “batu-batu hampar yang tersusun miring” serta ia melihat “timbunan-timbunan yang berbentuk bundar “ yang mungkin gundukan makam. Dan kamar-kamar bundar yang polos tanpa hiasan, yang mungkin adalah makam-makam kuno. JT. Bent meneliti salah satu dari beberapa gundukan di ahrein.ternyata itu adalah kuburan peninggalan jaman kuno.
2.      Istana-istana tembok-tembok
Abad sebelum era kristen suatu kebudayaan telah maju dan berkembang, yaitu di bagian selatan Arabia. Istana-istana besar memang sering di sebut-sebut dalam literatur Arab zaman dulu, satu diantaranya yang ada di sekitar San’an yang di sebut sebagai satu dari keajaiban dunia oleh Qazwini. Kemudian puing-puing kota Ma’rib, ibukota Saba kuno, telah dikunjungi oleh Arnauld, Halevy, dan glaser.
3.       Sumur-sumur Tanggul-tanggul
              Prasasti-prasasti mengenai hal ini masih di dapatkan di bagian selatan, sumur   Zam-zam di Makkah yang terkenal. Berasal dari zaman dahulu kala, ketika lalu lintas perdangan Timur lewat selatan ke barat daya Arabia melalui Hejaz. Sumur ini elah di temukan kembali beberapa waktu sebelum Muhammad. Petilasan-petilasan di Ma’rib yang terkenal adalah tanggul-tanggul besar yang mengingatkan orang kepada tangki-tangki yang telah di restorasi yang sering di lihat para pendatang di Aden. Petilasan –petilasan ini ditulis pertama kali oleh Arnaud (Journal Asiatique, January 1847 dengan gambar-gambar)
4.      Batu-batu dan perunggu
Sejumlah prasasti dalam bahasa Minea dan Saba dan ada sedikit dalam bahasa Hadramaut dan Katabania telah di bawa ke museum-museum Eropa ( khususnya London, Paris, Berlin, dan Wina), hal ini terjadi pada abad ke-19. Prasasti-prasasti ini pada umumnya di tulis pada batu gamping, atau padakeping-keping perunggu. Ukurannya bervariasi dari beberapa inci sampai beberapa kaki panjang dan tinggi nya. Huruf-huruf  yang di pakai berasal dari Phoenica (cf. Lizbarski’s Ephemeris, Vol. 1. Pp. 109 ff)
5.      Cap, Timbangan dan Uang Logam
Museum Wina memiliki sejumlah kecil cap dan permata, cap-cap tersebut bertatah tulisan Saba dan terbuat dari perunggu, tembaga, perak, dan batu. Batu-batu permata, batu-batu setengah berharga, dan batu akik, serta menunjukan bermacam-macam gambar dan prasasti huruf Arab.
Sejumlah mata uang logam telah di bawa ke museum Inggis dari Aden, San’a, dan Ma’riv. Lainya di beli oleh G.Sahlumberger di Konstentinopel, dan yang lainnya di bawa ke Eropa oleh Glasser.
Eksplorasi Oman
Para  penyelidik  hanya masuk sedikit dari pantai Niebuhr  tidak ke pedalaman Muscat. padahal di Oman keadaannya lebih baik. Operasi-operasi keamanan oleh British Indian Force terhadap perusuh-perusuh pantai pada 1810 tidak memungkinkan  untuk mengadakan kunjungan ke pedalaman.
Pada 1835, J.R Wellsted yang telah mencoba menembus Hadramaut dari arah Selatan dengan Muscat dengan maksud masuk dari bagian Timur laut dengan berlayar ke Tsur dekat Ras-el-Had, ia melaju ke selatan melalui daerah Banibu Ali ke tapal batas padang pasir. Kemudian ia berbelok ke arah barat laut, ke Wedi Betha. Ia berjalan ke lereng selatan Jabal Akhdar yang di huni oleh penduduk yang ramah yang menyambutnya dengan baik.
Wellsted sempat mengunjungi Ibra, Semed, dan Nizwa di kaki selatan pegunungan. Namun dengan adanya serbuan dari Nejd ia tidak dapat melaksanakan niatnya yang semula, yaitu menyelidiki bagian barat negei Oman. Setelah perjalanannya ia kembali ke India.
Pada 1876, kolonel S.B. Miles yang telah berbuat banyak dalam minat geografi yang mendalm di Arabia Selatan melanjutkan pekerjaan Wellsted di Oman. Mulai dari Sohar yang terletak di pantai Batina ia memotong jalan lewat Dhahira untuk mencapai Birema.penyeliduk mesir menyimpulkan bahwa Dhahira memiliki banyak perkampungandengan petani-petani yang rajin, serta daerah tang belum terjajahi yang memanjang 250 mil sebelah barat semenanjung El-Katr, merupakan padang berbatu-batu yang terpencil. Padang itu menurun bertingkat-tingkat sampai ke rawa-rawa yang asin, yang merupakan batas daerah pantai Teluk.
Kaum Tsamud di dataran Yaman Selatan
            Dalam pembahasan geografi Al-Qur'an, Yaman merupakan daerah yang paling sering dieksplorasi. Dimulai dari sudut barat daya Semenanjung Arab, antara tahun 1761 dan 1887 oleh para pengelana dari Niebuhr hingga para ahli arkeolog seperti E. Glasser dan R. Manzoni. Daerah ini sering dieksplorasi karena dahulunya daerah ini merupakan permukiman kaum Tsamud, yang hidup pada masa Nani Shaleh A.S.
            Pada dasarnya, kaum Tsamud merupakan kaum yang ahli dala bidang arsitektur dan enterpreneurship. Inilah yang kemudian menjadikan para ahli arkeolog berbondong-bondong datang ke daerah Yaman untuk meneliti peninggalan kaum Tsamud tersebut. Jika diteliti daerah teritorial kaum Tsamud, mereka mendiami kota di Yaman Selatan hingga daerah utara Madinah yang disebut dengan Madain Shaleh. Kaum Tsamud merupakan keturunan dari kaum 'Ad yang hidup sezaman dengan Nabi Hud A.S.
            Di dalam Al-Qur'an sendiri kaum Tsamud ini disebutkan beberapa kali, seperti dalam surat Hud ayat 61-68, dan surat Ibrahim ayat 9. Dalam kisah yang diceritakan Al-Qur'an yang tertera dalam surat Hud ayat 61-68 menyebutkan bahwa Nabi Shaleh A.S. diutus kepada kaum Tsamud untuk kembali ke jalan yang lurus. Tatkala menyampaikan panggilannya tersebut, mereka menanyakan kemu'jizatan Nabi Shaleh A.S., maka mereka akan beriman kepadanya. Nabi Shaleh A.S. pun meminta kepada Allah S.A.W. untuk menurunkan mu'jizat kepadanya, maka diturunkanlah unta betina pertanda kebenaran seruan Nabi Shaleh A.S. kepada kaumnya untuk berpegang kepada agama yang benar. Setelah mendapati kebenaran tersebut, hati mereka tetap tak tergoyah untuk beriman kepada Allah SWT. Mereka menyiksa dan memotong unta betina tersebut, dimana Nabi Shaleh menyerukan mereka untuk menjaga dan membiarkan unta betina tersebut hidup di bumi ini. Maka Allah mengazab mereka dengan kilatan petir yang amat dahsyat, dan menyelamatkan Nabi Shaleh beserta orang-orang yang beriman kepadanya.
            Bukti-bukti Areologi yang ditemukan dewasa ini menunujukkan bahwa kaum Tsamud dan bangsa-bangsa sebelumnya memang telah ada, dan bukan karangan Al-Qur'an belaka. Kaum yang diperkirakan hidup pada tahun 800 SM, hampir selalu disebutkan dengan kaum Ad secara bersamaan. Seperti yang tercantum dalam surat Ibrahim ayat 9 yang berbunyi:
 öNä3Ï?ù'tƒó Os9r& (#àst6tR šúïÏ%©!$# `ÏB ôMà6Î=ö6s% ÏQöqs% 8yqçR 7Š$tãur yŠqßJrOur ¡ šúïÏ%©!$#ur .`ÏB öNÏdÏ÷èt/ ¡ Ÿw öNßgßJn=÷ètƒ žwÎ) ª!$# 4 öNßgø?uä!%y` Nßgè=ßâ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ (#ÿrŠtsù óOßgtƒÏ÷ƒr& þÎû óOÎgÏdºuqøùr& (#þqä9$s%ur $¯RÎ) $tRöxÿx. !$yJÎ/ OçFù=Åöé& ¾ÏmÎ/ $¯RÎ)ur Å"s9 7e7x© $£JÏiB !$oYtRqããôs? Ïmøs9Î) 5=ƒÌãB ÇÒÈ    
            "Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. telah datang Rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya Kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan Sesungguhnya Kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak Kami kepadaNya". (Ibrahim: 9)
            Ayat-ayat yang menyandingkan kaum Tsamud dengan kaum Ad terebut bukan tanpa sebab, tetapi dikarenakan Allah selalu memberikan permisalan kepada suatu kaum tentang kaum-kaum terdahulu yang mendapatkan azab. Hal ini diperuntukan bagi suatu kaum agar mereka dapat bercermin terhadap perbuatan kaum terdahulu yang dapat memicu azab Allah SWT. Bila ditelaah, kaum Ad sendiri merupakam kaum dari Nabi Hud A.S. yang hidup sekitar tahun 1.300 SM, atau sekitar 500 Tahun sebelum kaum Tsamud muncul. Hubungan antara kedua kaum ini bisa dilihat dari bukti arkeologi yang mengatakan bahwa kaum Tsamud mulanya hidup di Utara Semenanjung Arab yang berasal dari Selatan Arabia, tempat Kaum Ad bermukim.
            Bukti-bukti arkeologi yang menandakan pernah hidup kaum Tsamid pada masa tersebut adalah ditemukannya Domatha dan Hegra yang merupakan kota dimana kaum Tsamud bermukim, yang sekarang dikenal dengan Kota Al-Hijr. Bangsa Tsamud juga dikenal dengan sebutan Ashab-Al Hijr dikarenakan tempat yang mereka diami dikenal dengan Kota Hijr. Peninggalan tua yang menjadi bukti keberadaan kaum Tsamud adalah hikayat kemenangan Raja Babilonia, yang bernama Sargon II (abad 8 SM) yang berisikan kekalahan kaum Tsamud dalam peperangan yang terjadi di Arabia Selatan.
            Bukti arkeologi penting lainnya adalah ditemukannya pahatan batu di Jabal Ath-Thalab yang isinya bertuliskan tentang kaum Tsamud. Bukti-bukti inilah yang menandakan kemahiran kaum Tsamud dalam bidang arsitektur. Tidak hanya itu, kaum Tsamud pun pandai dalam bidang interpreneurship. Hasil kerajinan tangan mereka memiliki nilai komuditi yang tingi, sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk barang dagangan yang bernialai tinggi. Bahkan, bukti peradaban kaum Tsamud yang sudah sangat maju pada waktu itu, dijadikan warisan dunia oleh UNESCOsebagai tempat yang harus dilindungi, yakni Madain Shaleh yang merupakan tempat bermuki kaum Tsamud.
            Terlepas dari segala kelebihan yang mereka punya, pada akhirnya mereka dimusnahkan karena mengingkari Allah sebagai Tuhan mereka dan mendustakan Nabi yang diutus di tengah-tengah mereka. Bukti-bukti arkeologi yang disebutkan di atas hanyalah pertanda kebenaran Al-Qur'an yan menceritakan kaum-kaum terdahulu yang ditimpa azab agar dijadikan pelajaran bagi yang mengetahui hikayatnya.
GEORAFI ARABIA
A.  ARABIA MENURUT KITAB PERJANJIAN LAMA
a.    Nama-nama Arabia
Pada zaman Nabi Ibrahim nama Arabia adalah Negri timur dan Negri selatan, di negri timur juga terdapat suku-suku yang diantaranya suku Edom, Moab, Ammon, Amor, Midian, dan Amalek. Dan  pada zaman Nabi Musa nama Arabia adalah Iloreb (Arabia), sedangkan bagian Arabia lainnya tetap disebut dengan nama penghuninya masing-masing. Sedangkan pada zamannya Nabi Sulaiman menamakan Arabia tetap Arabia.
b.    Pembagian Arabia
Orang Yahudi tidak memiliki tentang pengetahuan geografi Arabia, mereka hanya mengetahui tentang Arabia utara saja, yang terdiri dari Hijaz, Sinai, Syria Arab, Irak Arab, Bahrain, dan pantai-pantai teluk persia. Mereka juga membagi Arabi utara menjadi dua bagia yaitu bagian timur dan barat. Yang pertama meliputi kota-kota yang terletak disebelah timur Canaan, pantai-pantai teluk persia, Bahrain, dan Irak Arab, sedangkan yang kedua meliputi Sinai, Hijaz, padang pasir Syiria Arab, dan sebagian Nejd yang terletak disebelah selatan Canaan. Sejumlah suku tinggal dibagian timur dan selatan Arabia utara ini, dan daerahnya dinamakan menurut nama suku-suku itu.
c.    Kota-kota Arabia
Kitab perjanjian lama menyebutkan beberapa kota yang pertama yang terletek dinegra Edom, akan tetepi tempatnya tidak dijelaskan, nama  dalam perjanjian lama hanya dikatakan kemungkinan besar kota “Bozra” adalah kota yang sama dengan “Busra”dan “Teman” dalam Bibel mungkin identik dengan “Tima’i”sebuah kota yang terletak dengan Busra. Dan disebutkan juga “ Hazor” ialah sebuah tempat yang berhubungan dengan kedar putra Nabi Ismail. Tetapi kemungkinan besar Hazor bukanlah nama kota melainkan hanya sebuah tempat tinggal tetap.
Dalam kitab perjanjian lama juga disebutkan kota “shiloh” yang terletak di negri Edom. Kata “Shiloh” berarti batu, sama dengan kata Arab al-Hajar, dan bahasa Yunani Petra. Pada zamannya Yunani Shiloh adalah sebuah kota besar dibagian utara barat. Dan kota pelabuhan “Eloth” yang dekat dengan teluk “ Aqabah” yang termasuk kerajaan Edom yang kemudian ditaklukkan oleh pengikut-pengikut Daud dan Sulaiman dan dijadikan pusat angkatan laut bangsa israel. Pelabuhan Eloth disebut pusat perdagangan. Kota Adem juga dikenal sebagai pusat perdagangan dan perniagaan .
Kitab Injil menyebutkan  kota-kota di Yaman yang menyerahkan diri kehadapan pengadilan Sulaiman adalah Ratu Sheba dan kota-kota dagang lainnya yang terdapat di Yaman, misalnya, Roamah,Uzal, Havilah, Gurbal, dan yang terakhir adalah kota yang disebut-sebut sebagai Palestina, dan mungkin letaknya di Arab utara.
Orang-orang Yahudi hanya mengenal suku-suku yang mempunyai hubungan politik dan perdagangan dengan mereka saja misalnya, suku Median, Edom, Amalek, dan Moab, suku-suku inilah yang mereka anggap sederajat, dalam kitab perjanjian lama disedutkan tentang suku yang pertama diarabia yaitu orang-orang saba dan Roamah, sedangkan suku Ismail telah disebutkan dalam kitab Injil sebagai orang-orang yang berdagang di Arab dan Mesir.
B.  ARABIA MENURUT LITERATUR KLASIK (500-200 SM.)
Orang Yunani pertama yang diakui mempunyai pengetahuan geografi adalah Homer, yang hidup pada 1000 atau 800 SM, ia adalah seorang penyair, yang sajak-sajaknya menceritakan beberapa kota dan negri. Ahli sejarah dan geografi pertama yunani Herodotus, mengetahui sesuatu tentang Arabia dan penduduknya, tetapi pengetahuannya sangat terbatas, misalnya, ia menganggap bahwa Arabia merupakan daerah paling selatan yang dihuni oleh manusia, dan sungai Nil merupakan perbatasan barat daya negri itu, bahkan iapun tidak mengetahuinnya disebelah timur negri itu terletak teluk persia yang memisahkan Arabia danan Persia, iapun mengetahuinya kalau disebelah barat Arabia adalah laut merah.
a.    Batasan-batasa Arabia.
Pengetahuan Yunani mengenai geografi Arabia bertambah cukup banyak setelah kemenangan Alexander di timur pada abad ke 3 sebelum masehi, mereka memastikan bahwa Arabia dibatasi di bagian barat oleh laut merah,di timur oleh teluk persia di selatan oleh lautan, Hindia, di timur laut oleh Euphrate, dan di barat laut oleh Syiria dan Mesir.
b.    Pembagian Arabia
Penulis-penulis klasik terdahulu seperti Erostosthenes, Strabo, dan Pliny membagi Arabia menjadi dua menurut keadaan alamnya. Yaitu bagian selatan dan bagian utara. Dan pembagian yang di buat oleh Ptolemy pada abad kedua masehi, yang di ikuti oleh ahli-ahli geografi eropa, Ptolemy membagi Arabia menjadi 3 bagia yaitu: Arabia Petra, Arabia Deserta dan Arabia felix.
Penulis-penulis kelasik juga telah menerangkan secara terperinci tentang Arabia Petra dan Arabia Deserta, karena mengenal kota-kota itu dengan baik, tetapi keterangan itu sudah sulit untuk dilacak kembali karena penakluk sudah menghancurkan kota-kota tua Arab dan mendirikan kota-kota baru, dan memberikan nama Yunani, yaitu:
a)    Tadmur adalah sebuah kota yang dekat dengan palestina, yang menandai batas bagian utara dari Arabia. Dan orang Romawi mengubahnya menjadi nama Palmyra.
b)   Ribat-i-Moab kota ini terletak di Arabia Petra dekat laut mati, merupakan pusat suku Arab Moaab.dan orang Romawi mengubahnya menjadi Aeropolis.
c)    Busra sebuah kota yang terletak dekat dengan Ribat-i-Moab dan merupakan pusat suku Arab Edom, dan orang Romawi mengubahnya menjadi Bostra.
d)   Ar-Raqim. Sidebut Shiloh ini merupakan ibu kota dari Arabia utara.
e)    Ribat –i-Ammon, merupakan ibu kota dari suku Arab Ammon terletak di bagian timur laut Arabia Deserta. Dan orang Yahudi menyebutnya dengan Philadelphia, karena kota ini di bangun kembali pada abad ke 3 SM oleh raja Philadel Pheus.
c.    Suku-suku dari Arabia
Penulis-penulis kelasik hanya mengenal suku-suku Arabia yang mempunyai hubungan politik dan perdagangan dengan mereka, ahli-ahli georafi Yunani dan Romawi di Alexandria-Pliny, strabo, Diodorus dan Ptolemy, mereka telah menyebutkan sejumlah 50 atau 60 suku Arabia, tetapi nama-nama suku tersebut hingga sekarang sulit untuk diidentifikasi, ada beberapa suku yang sudah di telusuri secara teliti yaitu:
a)    ‘Ad-i-Aram ini adalah suku Arabia yang tertua dan paling dikenal, mereka tinggal didekat Hadramaut.
b)   Thamud, sebagai suku Thamud yang selamat dari hukuman Tuhan, mereka masih hidup di zaman penjajahan Yunani, di tempat tingggal mereka yang lama di Midian dekat Hijaz.
c)    Nabata.
d)   Kedar. Adalah keluarga kedar. Seorang putra Ismail telah memerintah Hijaz sejak 1000 SM.
C.  KAUM  JURHAM
Para berbeda pendapat tentang asal-usul Jurham, sebagian menganggapnya berasal dari bangsa Semit, dan yang lain menganggapnya keturunan Joktan. Sejarawan menggabungkan pendapat tersebut menjadi dua bagian, yaiti Jurham pertama dan Jurham kedua, yang pertama sezaman dengan kaum ‘Ad, dan yang kedua yaitu tetangga serta kerabat dari Ismail, adalah putra Qahtan atau Joktan.
Kaum Jurham tingggal di Hijaz sejak 2200 SM, dan Nabi Ismailmempunyai hubungan kekeluargaan dengan mereka, sebuah ihwal tentang raja-raja kaum Jurham diberikan oleh sejarawan-sejarawan Arab. Bermula dari Madad putra Amar Jurhami menjadi raja, calon saingannya yang bernama Sumida memeranginya, tetapi dapat dikalahkan,  setelah dikalahkan Sumida pergi ke Syria dan menjadi raja orang-orang Amalek disana, dan Madad pun digantikan oleh anaknya  yaitu Harith,  pada zaman pemerintahannya seluruh kaum Jurham hancur karena pemberontakan dan kekalutan.
        I.            Arabia dalam Periode Qur`an
A.      Mengenal Arabia
                Negeri Arabia, oleh penduduknya selalu disebut sebagai pulau ‘Jazirat al-‘Arab’, dan mereka selalu menganggap bahwa negerinya itu sebagai pusatasal muasal manusia. D.G. Hogart, Sir William Muir, dan sarjana-sarjana modern lainnya juga mencirikan Arabia sebagai jantung dari Dunia Lama. Negeri-negeri yang berdekatan dengan Arabia adalah Persia di sebelah timur, India di sebelah selatan, Abyssinia, Sudan, dan Mesir di sebelah barat. Dan Syria, Aljazair, danIrak di sebelah utara.[2] Negeri Arabia sendiri dibatasi di sebelah timur oleh Teluk Persia dan Teluk Oman. Di sebelah selatan oleh Lautan Hindia. Di sebelah barat oleh Laut Merah. Di barat dibatasi oleh Teluk ‘Aqobah, Syria, dan Palestina. Dan di timur dibatasi oleh Euphrate.[3]
                Keadaan alam negeri Arab yang luas itu sebagian besar tidak berpenduduk, sebab tanah tersebut berpasir dan bergunung-gunung. Tanah ini pun merupakan padang pasir tanpa air, iklimnya  pun panas dan kering. Padang pasir luas yang membentang dari Syria ke Arabia oleh orang Arab disebut ‘padang pasir Syria’, dan oleh orang non-Arab dinamakan ‘padang pasir Arabia’.[4]Sedang  padang pasir paling luas kedua adalah ‘ad-Dahna’ (artinya lautan pasir) yang disebut juga ‘ar-Rub’al Kholi (daerah sunyi). Gurun pasir ini luasnya 250.000 miil persegi. Tepat di seberang negeri ini berderet rangkaian pegunungan yang paling panjang – dari selatan (Yaman) ke utara (Syria) – yang disebut ‘Jabal-us-Sarat’ yang puncak tertingginya mencapai 8000 kaki.[5] Negeri Arabia walaupun tidak memiliki sungai yang berarti, namun kekurangan ini cukup diimbangi oleh arus air yang keluar terus menerus dari pegunugan-pegunungan, yang menjadikan lereng perbukitan serta lembah-lembah tetap subur. Dan daerah Arabia yang pada umumnya termasuk daerah subur yaitu daerah yang terletak di pantai, lebih-lebih provinsi Yaman yang tereletak di pantai Lautan Hindia dan Laut Merah. Dan oleh orang Yunani daerah ini dikenal dengan ‘Arabia subur’, yaitu Oman, Hadramaut, Nejd, dan Taif merupakan bagian Arab yang palingn produktif.[6]
                Adapun hasil tanah Arabia itu terdiri dari kurma, apel, dan buah-buahan lainnya. Tanah-tanah pertanian pun terdapat di sana sini. Namun di kalangan bangsa-bangsa kuno, Arabia dikenal karena tambang-tambang emas dan perak, serta wewangiannya. Burton menulis dalam buku mengenai itu dengan judul The Gold Mines of Midian. Pantai-pantai Oman dan Bahrain dapat dikatakan merupakan tambang mutiara, sebab tiap tahun ribuan penyelam terlibat dalam pencarian mutiara di pantai tersebut.[7]
B.     Provinsi-Provinsi Arabia
            Ahli-ahli geografi Arab membagi negeri mereka – kecuali Mesopotamia dan Syria Arab – ke dalam lima provinsi, yaitu : Tihamah, Hijaz, Nejd, Yaman, dan ‘Arud. Rangkaian pegunungan terbesar di Arabia, Jabal-us-Sarat, membentuk garis demarkasi. Rangkaian itu yang dimulai dari ujung utara (Syria) dan berakhir di ujung perbatasan Arabia (Yaman) membelah Arabia menjadi dua bagian, bagian timur dan bagian barat.[8]

1.      Provinsi ‘Arud
            Provinsi ini terdiri dari tiga distrik, yaitu : Yamama, Bahrain, dan Oman.[9]
1)      Yamama. Dibatasi di bagian timur oleh Oman dan Bahrain, di selatan oleh Ahqaf (gurun berpasir), di barat oleh Hijaz dan sebagian Yaman, dan di utara oleh Nejd. Dan bagian utara Yamama sangat subur.
          Pada zaman kuno, Yamama merupakan tempat tinggal suku Tasm dan Jad. Kota-kota terkenal di distrikk ini adalah Hijr dan Ja’da. Puing-puing bangunan serta benteng dari kedua suku itu masih ada sampai zaman kelahiran Islam. Kota Hijr menjadi pusat kegiatan provinsi ini.
          Beberapa waktu sebelum kelahiran Islam, Yamama adalah tempat tinggal suku terkenal Banu Hanifah – anak suku dari Bakr bin Wa`il. Seorang utusan dari suku ini menunggu nabi pada tahun ke-8 Hijriyah dan memeluk Islam. Tokoh licik, Musailamah juga dari suku ini.
2)      Bahrain. Yang juga dikenal sebagai ‘al-Ihsa’, adalah sebuah kota pantai. Kota ini dibatasi di sebelah barat oleh Yamama, dan Teluk Persia di timur dengan Irak di utara, dan Oman di selatan.[10]
          Kota ini dalam sejarah pernah ditempati oleh suku Jad, suku ‘Abdul Qais (keturunan dari Adnan), beberapa keturunan Rabi’ah juga tinggal di sini. Pada abad keenam Masehi, Bahrain di bawah kekuasaan kerajaan Persia. Pada tahun keenam Hijriyah, penguasa Bahrain, Mundhir, putra dari Sawi memeluk Islam beserta seluruh warga Arabnya. Dan peristiwa paling unik pada zaman Islam adalah suku Qaramatah (Carmathians), yang separuh muslim separuh majusi, memilih tempat ini sebagaipusat kegiatan politik mereka.[11]
3)      Oman. Di timur, Oman dibatasi oleh Teluk Oman, di selatan Bahrain, di barat oleh Ahqaf, dan di utara oleh Yaman. Daerah pantai pada umumnya subur dan makmur. Pegunungan terbesar di provinsi ini adalah Akhdar, dengan ketinggian 3000 meter. Pegunungan-pegunungan di Oman kaya akan barang-barang tambang, sungai-sungainya menyimpan batu permata, dan lembah-lembahnya merupakan tanah subur untuk jagung, buah-buahan, serta rempah-rempah. Oman juga dikenal karena kudanya, sapi dan domba. Ahli-ahli sejarah Arab beranggapan, nama Oman berasal dari Uman bin Qathan. Tetapi menurut kitab perjanjian lama, nama itu berasal dari Uman bin Lut. Keturunan suku Azd atau Asad tinggal di sini sebelum Islam.[12]
2.      Provinsi Nejd
            Nejd, yang merupakan dataran tinggi yang subur di tengah-tengah Arabia, terletak 1200 meter di atas permukaan laut. Tiga sisinya dikelilingi padang pasir, karena itu terhindar dari serangan musuh serta pengaruh asing. Di bagian utara Nejd dibatasi oleh padang pasir Syria, di barat padang pasir Hijaz, di tmur padang pasir Ahqaf, dan di selatan oleh provinsi Yamama. Wilayah ini dulu merupakan tempat tinggal suku Bakr bin Wa`il, di bawah pimpinan Kulaib, namun setelah Kulaib terbunuh, timbul perang dahsyat antara suku Bakr dan Taghlib selama empat puluh tahun.
            Negara bagian Kindah, yang mengaku setaraf dengan kerajaan Hirah, termasuk provinsi Nejd. Keturunan Adnan telah menduduki Nejd sejak lama, pada periode yang lebih akhir, cabang Tai dari suku Kahlani bermukim di daerah-daerah pegunungan Nejd. Di sini juga tinggal kaum Gatfani – kaum yang pada tahun ke-4 H mendapat hukuman dari nabi Muhammad. Suku-suku Hawazin dan Salim menduduki bagian barat Nejd. Salah satu marga suku Hatim juga tinggal di sini.[13]
3.      Provinsi Yaman
            Yaman merupakan provinsi Arabia yang paling subur dan berbudaya. Sebelum dan juga sesudah Islam, yaman merupakan pusat pendidikan dan kebudayaan. Tapi, masa lampau Yaman tertutup kegelapan. Puing-puing bangunan dan benteng-benteng, yang menunjukkan kejayaan masa lampau banyak ditemukan di sini. Kekaisaran-kekaisaran di sekitarnya, Roma, Persia, dan Abyssinia berkali-kali menyerbu Yaman. Kadang-kadang, serbuan itu  berhasil.[14]
            Orang-orang Abyssinia, sekitar seabad sebleum Islam, menguasai dan memerintah Yaman selama tujuh puluh tahun. Akhirnya mereka disingkirkan oleh orang-orang Persia. Badhan, gubernur Persia di Yaman, memeluk Islam pada tahun 7 H. Penduduknya yang kebanyakan Yahudi menerima Islam melalui Ali bin Abi Thalib pada tahun 10 H. Suku Yaman yang terkenal, Hamdan, kemudian menerima Islam. [15]
            Sejumlah besar kota kuno Yaman hancur atau tenggelam dalam pasir, beberapa di antaranya kembali dihuni penduduk, tetapi nama kota diganti. Adapun distrik-distrik terkenal adalah :[16]
1)      Hadramaut. Terletak di pantai Lautan Hindia. Batas-batasnya, sebelah utara Lautan Hindia, selatan Rub’al Kholi dan Ahqaf, di barat San’a. Hadramaut adalah tempat tinggal asal dari Qathan (Yoktan atau Joktan), bapak orang-orang Arab Yaman. Hadramaut juga merupakan asal kaum ‘Ad dan Tsamud, tetapi kemudian ‘Ad pindah, dan tinggal di Ahqaf.
2)      Kota-kota Ahqaf. Rub’al Kholi yang memanjang melalui Oman, Yamama, Bahrain, Hadramaut, dan bagian barat Yaman, tidak dapat ditinggali penduduk. Namun daerah pinggiran terutama sepanjang tepi Hadramaut ke Najran, ditemukan beberapa penghuni. Meskipun sekarang merupakan padang pasir, duulunya adalah tempat tinggal suku terkenal, ‘Ad yang mendapat kemurkaan Allah dan musnah.
3)      San’a. Ini merupakan jantung provinsi Yaman dan pusat kebudayaan Arab kuno. San’a terletak di pantai Lautan Hindia dan Laut Merah, di ujung barat daya Arabia. Di sini suku-suku Minae, Himyar, dan Saba` mendirikan kerajaan-kerajaan besar mereka, dan di sinilah dibangun bendungan yang terkenal. Zafar, Uzal, dan Ma’rib merupakan pusat-pusat pemerintahan yang berbeda-beda. Ratu Sheba juga berasal dari sini.
4)      Najran. Merupakan kota kecil antara Ahqaf dan ‘Asir. Dahulu, Bajilah bin Nazar, keturunan Isma’il, tinggal di sini. Sebelum Islam lahir, agama Kristen dikembangkan di sini oleh orang-orang Romawi dan Abyssinia. Kerajaan Yahudi di Yaman juga mencoba memasukkan agama Yahudi ke Najran, tetapi kekaisaran Kristen dari Roma dan Abyssinia selalu berhasil merintanginya.
4.      Provinsi Hijaz
            Hijaz, yang terletak di pantai Laut Merah, dalam kitab Perjanjian Lama disebut sebagai Faran, suatu tempat suci. Di timur, provinsi ini dibatasi oleh Nejd, di selatan oleh Asir, di barat oleh Laut Merah, dan di utara oleh Syria Arab ( atau Arabia Petra). Tepat di seberang negeri ini terdapat rangkaian pegunungan, dikenal sebagai Jabal-us-Sarat, yang berderet dari selatan ke utara, yang puncak tertingginya 8000 kaki.[17]
            Arus air yang mengalir melalui pegunungan itu menjadikan negeri ini subur, penuh taman serta tanah-tanah pertanian. Bagian tersubur dari daerah yang kebagiain aliran air terletak di pantai Laut Merah. Sedangkan daerah yang tak terkena aliran air merupakan padang pasir yang tidak mungkin ditanami. Jeddah, pelabuhan bagi Mekkah merupakan kota pantai terbesar di Hijaz. Kota pantai terbesar kedua adalah Yanbu’, adalah pelabuhan bagi Madianh. Kota-kota penting yang lainnya di Hijaz adalah Mekkah, Madinah, serta Taif.[18]
1)     Mekkah. Dikenal sebagai Ummul Qura, atau ibu dari semua kota. Inilah pusat provinsi Hijaz. Kota ini didirikan oleh nabi Ibrahim (Abraham), tempat putranya, Isma’il (Ishamel), berpindah. Dan di sinilah nabi Muhammad dilahirkan. Kota Mekkah berada di ketinggian 300 meter dari atas permukaan laut. Kini, panjang kota dari timur ke barat, hampir 30 km. Dan lebarnya, dari selatan ke utara sekitar 1,5 km.[19]
                        Pada 2500 sebelum Masehi, Mekkah merupakan tempat singgahnya para pedagang. Ibrahim dan Isma’il di kota ini membangun sebuah altar dengan nama Allah, yang dinamakan Ka’bah. Keturunan Isma’il berjaya di sini sampai bani Qathan naik ke puncak kejayaannya. Belakangan, keturunan Isma’il berhasil mendirikan kerajaan. Dia itulah bapak dan pendiri kaum Quraysy, yang dari waktu ke waktu menjadi penguasa di kota itu. Mereka mendirikan pemerintahan sendiri, dan berbagai departemen dalam pemerintahan dipercayakan kepada kepala-kepala keluarga.[20]
2)     Madinah. Pada mulanya kota ini disebut Yathrib. Ketika terpilih sebagai tempat tinggal Nabi dikenal sebagai Madinatun Nabi atau kota Nabi. Kota ini terletak 619 meter di atas permukaan laut. Pada musim panas suh unaik sampai 28˚C. Dan pada musim dingin, turun menjadi 10˚ di siang hari, dan 5˚ di bawah nol di malam hari – sehingga air pun beku.[21]
                        Kota Yathrib mula-mula ditempati oleh suku Amalek. Sesudah itu ditempati orang-orang Yahudi, dan kemudian oleh dua marga  dari suku Azd yang dikenal sebagai Aus dan Khazraj. Kedua marga ini kemudian disebut kaum Ansar oleh nabi Muhammad, karena mereka telah menerima agama Islam dan bersikap ramah serta  membantu pengungsi-pengungsi Islam.[22]
3)     Taif. Kota ini dapat dikatakan sebagai surganya Hija. Kota ini paling subur dan kaya, tempat orang-orang kaya Hijaz melewatkan musim panas mereka. Sebelum hijrah, Nabi Muhammad pergi ke Taif untuk meyiaarkan Islam, tetapi tak seorang pun yang mau mendengarkannya. Pada tahun ke-8 H, Taif dikepung oleh pasukan Nabi. Pada tahun ke-9 kepala suku mereka memeluk Islam, dan karena itu ia dibunuh oleh rakyatnya sendiri. Tetapi kematian itu tidak sia-sia, pada tahun yang sama utusan suku menemui Nabi dan memeluk Islam.[23]
            Kota-kota Hijaz yang lainnya yaitu :[24]
1) Jawf atau wadi-ul Qura, di sebelah utara Madinah, tempat tinggal suku Tsamud, dengan Hijr sebagai ibu kotanya. Qur`an juga menyebut-nyebut kota dan penduduk Jawf. Nama yang lebih dikenal untuk kota ini adalah Mada`in Solih (kota tempat tinggal Solih) menurut nama nabinya.
2) Tabuk. Di sinilah Nabi Muhammad tinggal untuk beberapa lama, guna mempersiapkan pertahanan mengahadapi serangan Romawi.
3) Khoibar. Sebelah barat Madinah, merupakan basis kuat kaum Yahudi, serta merupakan pusat kegiatan politik mereka. Pada tahun ke-7 H, Nabi Muhammad menaklukkannya.
4) Midian. Di pantai Laut Merah, di balik kota Hijr. Di kota inilah tinggal Nabi Joshua, mertua Nabi Musa. Kota ini merupakan ibu kota pemerintahan suku Midian.
            Pada permualaan Islam, kota-kota tersebut berada dalam kekuasaan kaum Yahudi, dengan benteng-bentengnya yang kuat. Tetapi semuanya ditaklukkan oleh kaum Muslimin pada masa hidup Nabi.
    II.            Kaum ‘Ad
            Istilah ‘Ad merupakan bahasa Ibrani, yang mana merupakan bahasa Semit teretua. ‘Ad dalam bahasa Ibrani (Hebrew/Yahudi) berarti ‘tinggi dan masyhur. Kata Aram serta Shem mempunyai arti yang sama pula. Dalam bahasa Arab, Aram berarti gunung dan batu tonggkak. [25]
            Sistem tanggal belumlah banyak dipakai pada periode pra-Islam di Arabia. Oleh karenanya masa hidup ‘Arabi Ba’idah sulit ditentukan. Tapi berdasarkan pembuktian para sejarawan Arab yang menyatakan ‘Ad sebagai putra Uz, putra Aram, putra Sam, putra Nuh, maka kurang lebih kaum ‘Ad hidup sebelum 3000 Sebelum Masehi. Qur`an juga menyebutkan kaum ‘Ad sebagai penerus kaum Nuh, seperti dikatakan : “Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (dari pada kaum Nuh itu).”[26] “Dan bahwasanya Dia (Allah) telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama,”[27] dari ayat yangterakhir ini bukan saja msa hidup kaum ‘Ad yang dapat ditentuka, tetapi juga membenarkan teori bahwa rantai pertama bangsa Semit dan kaum’Ad adalah satu dan sama[28]
            Pada umumnya diakui bahwa kemajuan bangsa Semit yang sebenarnya terjadi pada 2200 SM atau 2000 SM. Pada tahun itulah mereka menyerbu Mesir dan Babylonia. Dengan demikian bisa dikatakan zaman ‘Ad-i-Iram dimulai dari 2200 SM, dan berakhir sebelum 1500 SM (kira-kira 1700 SM). [29]
            Kaum ‘Ad hidup di bagian terbaik dari Arabia, yaitu Yaman dan Hadramaut, tersebar dari pantai Teluk Persia sampai ke perbatasan Mesopotamia. Yaman merupakan pusat, memanjang sampai ke Irak di pantai Teluk Persia, dari sinilahh mereka bertolaj dengan mudah dan aman bila hendak bepergian jauh.[30]
“Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu.”[31]
Eksplorasi di hejaz
Penyelidik pertama yang memasuki hejaz adalah orang spanyol. Dengan mengaku bernama Ali Bey,sebagai utusan terakhir dari dinasti Abbas, ia berhasil tiba di Jedah pada 1807. Ia pun menjalankaan ibadah haji ke Mekkah. Dialah orang yang pertama menerangkan dengan jelas kepada dunia tentang kota suci tersebut. Dan tata cara menjalan kan ibadah haji. Ia pula yang pertama kali menentukan posisi kota mekkah dengan observasi astronomi. Dan menjelaskan ciri-ciri alam daerah sekitarnya.
Tetapi pionir yang sebenarnya dalam penyelidikannya di hejaz adalah J,L. Burckhardt. Orang ini telah memperoleh reputasi sebagai penemu petra. Ditambah dengan pengalaman perjalanannya  ditanah arab serta pengetahuannya tentang kehidpan di arab, burckhardt mendarat di jedah pada juli 1914. Ia mula-mula mengunjungi taif atas undangan gubernur (pasha). Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke Makkah. Di kota suci ini ia menghabiskan waktu selama tiga bulan untuk menyelidiki detil-detil topografi tempat-tempat suci. Pada Januari 1815, ia pergih ke Madinah melalui pantai barat, meski ia jatuh sakit karna beratnya perjalanan. Akan tetapi sakitnya itu tidak menghalangi pekerjaannya untuk melihat  dan mencatat segala sesuatu yang menarik perhatan. Burchardt kembali melalui yanbu dan laut Cairo, tempat ia meninggal dua tahun kemudian.
Penyelidik berikutnya yang menonjol. Sir Richard burton. Ia merjalan sebagai seorang jamaah haji muslim. Pun mencatat semua ritual haji dengan ketekunan. Ia membuktikan ketepatan keterangan burckhardt  tentang madinah dan mekah sampai kedetil-detilnya  bahkan deskripsi topografi burton lebih lengkap. Perjalanannya dari Makkah ke Madinah melalui pantai timur, mula-mula ia menuju ke arah tenggara madinah, kemudian keselatan di seberng lapisan-lapisan Lava Harra, terus menyusur sepanjang dataran tinggi yang menjadi tapal batas antara Hejaz dan nejd.richard burton memperoleh penemuan-penemuan arkeologi yang menarik. Ia pun melakukan penyelidikan topografi yang berharga meliputi eluruh pantai Median dari ujung teluk Akabah sampai kemulut “Wadi Hamd”, termasuk daerah Tehama serta lembah Hisma di belakangnya. Serta luas daerah yang di airi oleh anak-anak sungainya dapat dijelaskan.
Eksplorasi Nejd
            Burckhardt , pada 1815, sebelum ia meninggal pernah berharap bahwa berhasilnya tentara Mesir mengalahkan kaum Wahabi, akan memberikan kesempatan baginya untuk melihat Nejd. Tetapi, sayang ia telah meninggalkan arabia sebelum terjadi pengusiran kaum Wahabi oleh Ibrahim Pasha yang meembuat Nejd terbuka bagi pelancong-pelancong dari Hejaz. Penaklukan Mesir atas kau wahabi memungkinkan kunjungan pertama dari seorang inggrs ke Nejd. Dengan harapan menjalin hubungan dengan Ibrahim Pasha sebagai penguasa de facto dari Nejd dan El Hasan kunjungan ini untuk mengucapkan selamat kepada Ibrahim atas kemenangan tentara mesir, agar persahabatan ini mencegah perampok-perampok di teluk Persia mengganggu kapal-kapal dagang India.
              Sesampainya di Hofuf , ibrahim telah meninggalkan Derainya. A mengikuti tentara mesir yang sedang mundur melalui yemama dan Wushm, ke ras di kasim. Akhirnya dia memang bertemu dengan kelompok utama Ibrahim. Sayangnya, ibrahim sendiri telah melanjutkan perjalanan ke Madinah. Sadier ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan lebih jauh. Tetapi ia pun tdak dapat memperoleh jaminan keamanan untuk kembali ke lewat basra, maka dengan enggan ia terpaksa mengikuti pasukan tentara itu ke madinah. Akhirnya ia berjumpa dengan ibrahim, meskipun ia diterima dengan ramah, pembicaraan tdak mendapatkan apa-apa, maka sadlier buru-buru menuju Yanbu, dan dari situ ia berangkat ke jedah, ia pun berlayar pulang ke india.
              Hasil politis darimisi itu nol. Tetapi manfaatnya bagi ilmu geografis sangat besar . meskipun ia sendiri bukan seorang ahli geografi. Rute perjalanan sadlier mengarungi arabia memungkinkan, untuk pertama kalinya menentukan posisi hubungan tempat-tempat penting. Secara kebetulan ia menunjukan lintas praktis menyebrangi padang pasir nejd.sadlier tidak melalui jabal Shammar dalam perjalanannya. Barulah penerusnya, G.A. Wallen, menjadikan daerah itu sebagi tujuan perjalanan. Wallen meninggalkan kairo pada 1845. Ia memotong lintasan haji di ma’an, terus melintasi padang pasir di Syiria ke Wadi Srihan dan oasis Jauf. Ia bergerak ke Hail, sebua kota yang maju dan merupakan ibukota negara bagian Shammar.batas negara bagian itu meliputi seluruh arabia bagian utara dari Kasim sampai keperbatasan Syiria. Selama tinggal di Hail ia sempat mengamati sifat-sifat negri serta penduduknya, keramahan dan keadilan pemimpinnya. Kemudian wallen pergi ke madinah dan Makkah, baru ia kembali kekairo untuk melaporkan kepada pengutusnya.      
Perjalanan palgrave ke nejd
              Ketika W.G. palgrave membuat prjalanan yang mengagumkan ke nejd. Hasil perjalanan ini di terbitkan, dan menjadi satu karya klasik tentang eksplorasi arabia yang bagus sekali. Dari pendidikan dan juga karna wataknya, ia lebih mampu untuk menghayati dan menguraikan kehidupan sosial penduduk dari pada lingkungan alam sekeliling. Maka hasil perjalanannya tdak memuaskan bagi sebagian ahli geografi. Akan tetapi keterangannya tentang masyarakat kota Oasis, jelas memiliki daya tarik yang menawan sebagai potret kehidupan arab pada awal perkembangannya mengikuti jejak wallen melintasi padang pasir lewat ma’an dan Jauf palgrave dan temannya, seorang kristen syiria, sampai di Hail mereka dijamu dengan ramah oleh Amir Talal, kemanakan pendiri dinasti Ibnu Rashid. Setelah tinggal beberapa lama. Palgrave melanjutkan perjalanan dengan persetujuan Amir Talal. Ia melalui Kasim ke Najd bagian selatan.
              Palgrave dan teman-temannya yang diketahui beragama kristen, tinggal selama hampir dua bulan di ibukota itu tanpa gangguan. Mereka mengadakan perjalanan ke El Kharfa, daerah paling selatan dari nejd. Sesudah meninggalkan Riad, mereka melanjutkan perjalanan ke Yamma, dan menyebrangi jalur padang pasir El hasan. Di sini palgrave menemukan lingkungan yang lebih menyenangkan. Akhirnya, setelah pelayaran kepantai Oman dantinggal sebentar disana, lengkaplah pengembaraan di Arabia, dengan sukses.
Kaum Tasam dan Jad
              Kota Yaman, Oman, Bahrain yang terletak di teluk persia, pada zaman dulu dihuni oleh suku-suku Tasm dan jad. Kekuatan politik mula-mula dipegang oleh kaum Tasm. Tetapi seorang raja yang jahat membuat marah kaum jad dengan tindakan-tindakannya yang sewenang-wenang, jad memberontak, kaumTasem minta bantuan raja yaman. Bantuan memang diberikan, tetapi raja yaman menduduki negeri itu untuk diri sendiri.kehancuran suku Tasm menjadi demikian luas diterima sehingga lama-lama kata “Tasm” dalam bahasa arab menunjuk kepada kehancuran. Yamama lebih dikenal pusat kotanya, yaitu sebagai Hijr atau Qariah, kedua kata itu sama artinya, yaitu sebuah kota. para ahli geografi Yunani dan Romawi menyebutkan dua nama kota arab dengan nama “Gerra” atau “gerrai” atau “gerraha”, dan yang lain dengan nama “Agraic” tempat-tempat ini belumpernah secara serius diserang oleh bangsa Romawi atau yunani. Karena itu catatan yunani benar-benar menambah pengetahuan orang arab tentang masalah itu.
              Distrik-distrik yaman, yaitu ma’in dan Baqash terletak didekat padang pasir Rahab. Ma’in adalah nama sebuah benteng di yaman. Bisa disimpulkan bahwa Ma’in dan Baqash dibangun oleh raja raja Yaman, dan bahwa keduanya masih ada sampai abad ke Dua hijriah. Kenyataan kenyataan tersebut memberikan bukti konklusif bahwa Ma’in adalah sebuah nama kota di padang pasir Yaman.
              Pertemuan-pertemuan modern, penemuan arkeologi di Yaman terutama merupakan jasa kedua orang ahli Jerman, E.Glaser dan J. Halevy. Mereka memperoleh beberapa ribu prasasti dan menguraikannya. Prasasti-prasasti itu menjelaskan kepada kita segala sesuatu tentang kerajaan-kerajaan Handramaut, Qatab, Ma’rib, dan Saba. Perbedaan pendapat muncul tentang masa pemerintahan Mina, sebab prasasti-prasasti dari Ma’in sedemikian jauh tidak mencantumkan tanggal. Prasasti itu tdak bertanggal sampai suatu priode akhir.
              Pandangan yunani. Orang-orang Yunani hanya memiliki hubungan dagang orang orang Arab. Semenjak abad ke empat SM. Mesir telah berada ditangan yaman, dan aleksandria merupakan pusat perdagangan. Dari bukti yang bersal dari tahun 200 Sm tersebut jelas bahwa pada waktu tu ada empat negara di Yaman, salah satunya Ma’in yang tidak lebih kecil dari pada delta Mesir. Dari kutipan tersebut tersimpulkan bahwa pada abad pertama SM, kaum mina telah terkalahkan olehkaum Saba, Koloni mina di araba utara bukan merupakan kota politis, yang ikut berperang atas nama penguasanya. Samuel laing. Raja-raja Mina. Parasejarawan Arab dan Yunani tidak menyebutkan jumlah serta nama-nama raja Mina, Samuel Laing berpendapat, ada 32 nama raja ditemukan dari prasasti-prasasti, dantampaknya masih banyak lagi bila prasasti-prasasti di temukan lagi.
Kaum Lihyan
              Sejarawan-sejarawan arab, termasuk ibnu khaldun, menyebutkan sukulain yangdinamakan bani lihyantermasuk marga kaum Jurham. Menurut ahli-ahli arkeologi, kaum lihyan berkuasa diarabia utara pada priode antara kejatuhan kaum Mina dan Saba. Bani Lihyan tinggal diantara Mesir dan Persia. Herodotus, dalam menerangkan hubungan orang-orang arab denga orang-orang persia, mengatakan bahwa setiap tahun orang-orang arab menghadirkan sejumblah besar wewangian kepada kaisar Persia. Dan itu bukan sebagai tanda tunduk melainkan sebagai tanda persahabatan.
              Ketika Cambyses, Kaisar Persia, bermaksud menyerang mesir pada 525 SM, ia harus mencari bntuan dari orang-orang Arab. Herodotus menulis dalam hubungan ini. Tetapi, karna pada waktu itu air tak tersedia, cambyses atas nasehat seorang asing suku Halicarnassi, mwngirim utusan kepada orang-orang arab, dan meminta jaminan untuk lewat dan di perolehnya. Orang-orang arab sangat menghargai janji itu, dan mereka bersiap olehkarna itu ketika orang-orang arab itu saling bertukarjanji dengan utusan dari Cambises, ia metujui hal berikut.










[1] Sayid Muzaffarudin Nadwi, Sejarah Geografi Qur’an,( Pustaka Firdaus, 1997) cetakan kedua, hal 39
[2]  Sayyid Muzaffarudin Nadwi Sejarah Geografi Qur`an, 1997, Pustaka Firdaus, hlm. 63.
[3]  Ibid. Hlm. 63-64.
[4]  Ibid. Hlm. 64.
[5]  Ibid. Hlm. 65.
[6]  Ibid.
[7]  Ibid. Hlm.65-66.
[8]  Ibid. Hlm. 66.
[9]  Ibid. Hlm.67.
[10]  Ibid. Hlm.68.
[11]  Ibid.
[12]  Ibid. Hlm. 68-69.
[13]  Ibid. Hlm.69.
[14]  Ibid. Hlm. 70.
[15]  Ibid. Hlm.70-71.
[16]  Ibid. Hlm.71.
[17]  Ibid. Hlm.72.
[18]  Ibid. Hlm.72-73.
[19]  Ibid. Hlm.73.
[20]  Ibid.
[21]  Ibid.
[22] Ibid. Hllm. 74.
[23] Ibid.
[24]  Ibid. Hlm.74.
[25]  Sayyid Muzaffarudin Nadwi Sejarah Geografi Qur`an. 1997. Pustaka Firdaus. Hlm.96.
[26]  Surat Al-A’raf:69.
[27]  Surat An-Najm: 50.
[28]  Op.Cit. Sayyid Muzaffarudin Nadwi Sejarah Geografi Qur`an, hlm. 97.
[29]  Ibid.
[30]  Ibid. Hlm. 97-98.
[31]  Surat Huud:89.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ads Inside Post